SITUS BERITA TERBARU

Pengakuan Dedengkot Begal, 9 Kali Dipenjara

Monday, March 9, 2015
TEMPO.CO, Lampung - Di halaman belakang rumahnya, pria berperawakan kecil dengan tinggi sekitar 165 sentimeter itu menyambut Tempo cukup hangat. Wajahnya terus memancarkan senyuman. Inilah Minak Radin alias Ismail, pembegal dan perampok kawakan yang namanya tersohor hampir di seluruh Indonesia. "Saya sudah insaf sejak tahun 2008," ujar pria 43 tahun itu kepada Tempo ketika menanyakan masa lalunya yang hitam.

Secangkir kopi dan dua buah durian menemani perbincangan Tempo selama hampir dua jam di ruangan dengan perangkat home theather lengkap dengan fasilitas televisi kabel di rumah Ismail di Desa Tebing, Kecamatan Melinting, Lampung Timur.

Kampung Anda terkenal sebagai kampung begal, bagaimana tanggapan Anda?

Saya akui nama Tebing itu memang kalau di luar tampaknya sudah hitam. Kalau namanya sudah hitam ya memang susah untuk diputihkan. Tapi sebenarnya para pelaku itu tak cuma berasal dari sini. Banyak juga sekarang ini pelaku dari daerah-daerah lain mengakunya dari Lampung. Seperti yang "main" di Jakarta itu, tidak semua asalnya dari Lampung. Mereka mengaku-aku saja dari Lampung. Lampung juga kan sebenarnya luas, pelakunya juga tidak semua dari kampung kami dan asli orang sini. Penduduk Lampung Timur ini kan sudah banyak orang Jawanya. Memang ada sebagian orang yang melakukan hal itu, kami tidak menutupi fakta yang ada.

Sejak kapan nama kampung Tebing ini mulai disebut-sebut sebagai kampung begal?

Saya tidak tahu. Yang pasti, yang mengatakan kampung kami sebagai penghasil begal itu mereka yang tidak merasakan bagaimana sakit dan pedihnya pemuda-pemuda di sini tidak berdaya. Tidak punya uang, sementara orang tua keadaannya juga minus. Tidak ada lapangan pekerjaan. Pemerintah sendiri tidak pernah peduli dengan keadaan kampung kami ini.

Benarkah di kampung ini banyak pemuda yang menjadi begal?

Hanya segelintir mereka yang seperti itu. Alasan mereka nekat kan karena mereka tidak bisa dapat pekerjaan. Coba Anda datang ke Jakarta dan sekitarnya, dengan modal identitas dari Lampung Timur, siapa yang mau kasih pekerjaan? Kalau dapat pekerjaan, potong telinga saya. Saya mengalami sendiri kejadian itu.

Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa sedikit banyak membantu. Saya ada rejeki sedikit, ada kerjaan, saya ajak mereka untuk kerja dengan saya. Setelah saya lihat, mereka ini mau kok kerja baik-baik. Tidak ada orang yang mau jadi penjahat.

Apa saja usaha yang Anda jalankan sekarang?

Ada beberapa usaha kecil-kecilan. Saya punya penambangan pasir, batu, saya punya truk saja 6 sekarang untuk angkut pasir dan batu. Area penambangan pasir saya ya kurang lebih 100 hektare. Kadang-kadang kalau bisa dapat proyek pembangunan jalan atau apa saya juga ambil, saya ajak juga mereka itu. Tapi kan pekerjaan seperti itu kadang tidak menentu. Dua tiga bulan kerja, selebihnya nggak kerja. Terus anak istrinya mau dikasih makan apa?

Benarkah modal usaha ini Anda dapatkan dari hasil kejahatan Anda?


Tidak seluruhnya. Bisa dikatakan modal awalnya sebagian iya. Ada juga dari hasil kebun saya sendiri yang saya tabung sedikit demi sedikit.

Bagaimana cerita awal Anda masuk dalam dunia begal?

Awalnya saya merantau ke Jawa cari kerja. Itu sekitar tahun 1989. Waktu itu gaji saya Rp 1.900 per bulan di sebuah pabrik di Tangerang. Kemudian saya kena PHK sekitar tahun 1991-1992 karena perusahaannya tutup. Dari situlah saya mulai nekat karena tertekan kebutuhan ekonomi, di sini tidak ada lapangan pekerjaan, sementara orang tua juga minus. Kebetulan saat itu saya kenalan dengan teman dari Surabaya. Dia yang awalnya mengajak saya untuk jadi begal. Sejak saat itulah saya jadi begal. Keluar masuk penjara sampai 9 kali.

Anda pernah beroperasi sampai dimana saja?

Dimana-mana. Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan pernah sampai Singapura dan Malaysia.

Anda mencuri kendaraan sampai di Singapura dan Malaysia?

Tidak. Kalau di sana nggak main curanmor. Siapa yang mau beli di sana? Kalau di sana saya merampok.

Kapan Anda beroperasi di Singapura dan Malaysia?

Itu sekitar tahun 2000 sampai 2002-an.

Setiap Anda beraksi, apakah selalu dengan orang atau kelompok yang sama?

Tidak. Biasanya ya ada teman yang ajak, siapa saja yang mau ikut ayo ikut.

Anda merampok dengan siapa saja?


Ada yang dari Kalimantan, Surabaya, dari Jawa Barat, banyak. Teman-teman kita inikan banyak. Karena keluar masuk penjara itu, kenal sama orang dari mana-mana. Keluar penjara telpon-telponan, ketemuan diajak sama mereka. Kebetulan tidak ada kerjaan ya sudah ikut sama mereka.


sumber  


berawal dari tekanan hidup dan pernah sampai malaysia dan singapura juga

Link: http://adf.ly/18rlVD
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive