Surabaya - Sulastri, ibunda Brama atau Bram terdakwa penghina capres Prabowo dan mengaku polisi berharap anak bisa kembali ke rumah. Sulastri juga menyampaikan keluarganya tak mampu mendatangkan pengacara untuk membantu proses hukum Bram.
"Kulo niki tiang alit, mbonten mampu. Yotro sangkin pundi. (Saya ini orang kecil, tidak mampu-membiaya pengacara. Uang dari mana," ujar Sulastri, Kamis (6/11/2014).
Sulastri berpasangan dengan Agus dan mempunyai 3 anak. Kakak dan adik Bram sudah menikah hanya Bram yang belum menikah, karena ingin membahagiakan ibunya, agar memiliki tempat tinggal yang layak.
Keluarga Sulastri dan Agus sebelumnya tinggal di rumah orang tua Agus di Sawotratap, Sidoarjo. Namun sekitar 15 tahun lalu, Sulastri dan Agus bercerai.
Semenjak bercerai, Bram dan adik-kakanya tinggal di rumah kontrakan di kawasan Ketegan perkampungan padat di Taman, Sidoarjo. Untuk menyambung hidup, Sulastri berjualan nasi di warung kecil dengan harga yang sangat murah untuk kelas sopir hingga anggota Brimob Medaeng.
Tak jarang warung kecil Sulastri yang dekat dengan pangkalan ojek Medaeng diobrak. Namun, Sulastri tetap berusaha membuka lapaknya dan kadang dibantu Bram dan saudaranya.
Sedangkan ayah Bram (Agus) hanya pegawai rendahan yang sehari-hari sebagai petugas kebersihan dan tukang kebun di Markas Kompi 4 Detasemen A Brimob Polda Jatim (Medaeng)
Sumber : http://news.detik.com/read/2014/11/0...akai-pengacara
Link: http://adf.ly/tpdva
"Kulo niki tiang alit, mbonten mampu. Yotro sangkin pundi. (Saya ini orang kecil, tidak mampu-membiaya pengacara. Uang dari mana," ujar Sulastri, Kamis (6/11/2014).
Sulastri berpasangan dengan Agus dan mempunyai 3 anak. Kakak dan adik Bram sudah menikah hanya Bram yang belum menikah, karena ingin membahagiakan ibunya, agar memiliki tempat tinggal yang layak.
Keluarga Sulastri dan Agus sebelumnya tinggal di rumah orang tua Agus di Sawotratap, Sidoarjo. Namun sekitar 15 tahun lalu, Sulastri dan Agus bercerai.
Semenjak bercerai, Bram dan adik-kakanya tinggal di rumah kontrakan di kawasan Ketegan perkampungan padat di Taman, Sidoarjo. Untuk menyambung hidup, Sulastri berjualan nasi di warung kecil dengan harga yang sangat murah untuk kelas sopir hingga anggota Brimob Medaeng.
Tak jarang warung kecil Sulastri yang dekat dengan pangkalan ojek Medaeng diobrak. Namun, Sulastri tetap berusaha membuka lapaknya dan kadang dibantu Bram dan saudaranya.
Sedangkan ayah Bram (Agus) hanya pegawai rendahan yang sehari-hari sebagai petugas kebersihan dan tukang kebun di Markas Kompi 4 Detasemen A Brimob Polda Jatim (Medaeng)
Sumber : http://news.detik.com/read/2014/11/0...akai-pengacara
Link: http://adf.ly/tpdva