Bogor - Satelit LAPAN-A2 dengan Sistem Identifikasi Otomatis-nya (Automatic Identification System) untuk mendeteksi kapal laut, diperkirakan sudah siap mengawasi perairan Indonesia pada semester pertama 2015.
Dengan sistem ini, dari layar monitor, kapal-kapal yang melayari perairan bisa langsung dideteksi, mulai dari nama dan bendera di mana dia terdaftar, jenis dan tipe kapal, dimensi fisik dan tonase kapal, rute yang dipilih dan rute sejati yang ditempuh, pelabuhan bertolak dan pelabuhan tujuan, dan sebagainya.
"Konfirmasi dari pihak India untuk (satelit) A2 semester pertama 2015 sudah bisa diluncurkan. Kalau yang (satelit) A3 baru akhir 2015," kata Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Rika Andiarti, di Rumpin, Bogor, Kamis.
Kedua satelit mikro yang telah ditingkatkan kemampuannya tersebut, menurut dia, dapat mendeteksi kapal laut (LAPAN-A2) dan memprediksi produksi beras berdasarkan area penanaman (LAPAN-A3).
Khusus untuk satelit mikro A2 yang dilengkapi sensor canggih berupa receiver AIS, muatan radio amatir melalui Automatic Position Reporting System (APRS), dan kamera video analog dan digitak yang lebih baik, Rika mengatakan akan memiliki kemampuan jangkauan lebar karena ditempatkan di ekuatorial.
"Satelit ini akan mengunjungi Indonesia 14 kali dalam satu hari," ujar dia.
Sementara itu, Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, mengatakan, lembaganya akan membantu pemerintah dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemantauan kemaritiman dengan beberapa teknologi yang telah ada dan maupun yang sedang dikembangkan.
Dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, ia mengatakan LAPAN dapat membantu memantau wilayah pantai untuk pengembangan potensi sumber daya laut, termasuk di dalamnya informasi zona penangkapan ikan sehingga membantu nelayan lebih efektif menangkap ikan.
Untuk mengidentifikasi kapal-kapal yang terkait pencurian ikan di perairan Indonesia, satelit LAPAN-A2 dan pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) yang dikembangkan LAPAN dapat dimanfaatkan, kata Djamaluddin.
"Saat ini kita masih menggunakan teknologi asing untuk satelit. Kita harus mandiri nanti, bisa nanti dimulai dengan (mengembangkan satelit) penginderaan jauh sumber daya alam," ujar dia.
Sumber : http://untuknkri.org/satelit-lapan-a...indonesia-2015
Link: http://adf.ly/ulfIq