Lembaga Keagamaan Bangun Aliansi Konservasi Alam
The Nature Conservancy (TNC) Program Indonesia membangun kerja sama strategis dengan organisasi keagamaan dalam menjaga kekayaan alam yang berkelanjutan di Indonesia.
Direktur The Nature Conservancy Sapto Handoyo Sakti mengatakan dalam sepuluh tahun terakhir pelestarian lingkungan menjadi semakin populer di antara organisasi keagamaan dan pengikutnya. Nahdlatul Ulama, Dompet Dhuafa, Muhammadiyah, Yayasan Budha Tzu Chi, ekopastoral Fransiskan Katolik, Parisada Hindu Dharma Indonesia, dan berbagai kelompok lainnya telah secara rutin melakukan berbagai kegiatan peduli lingkungan dan konservasi.
"Kegiatan mereka mulai dari sedekah pohon, pengolahan limbah, hingga pemanfaatan air sisa wudhu untuk mengairi taman-taman di masjid, menanam sayur-mayur dan buah organik, hingga penyuluhan cara menangkap ikan yang ramah lingkungan," ujar Sapto dalam acara Thought Leadership Forum di Jakarta, Kamis, 27 November 2014.
Dino V. Prayoga, Strategic Alliance Associate Director The Nature Conservancy, mengatakan pihaknya sedang menjalin kerja sama dengan Lazisnu untuk memfasilitasi komunitas nelayan di Berau, Kalimantan Timur.
Komunitas nelayan itu awalnya melakukan penangkapan secara tidak ramah lingkungan. Dengan program dana bergulir dari Lazisnu, komunitas diberi kesadaran untuk melakukan penangkapan yang berkelanjutan. "Kami berharap dengan program itu, hasil tangkapan nelayan lebih baik dan dapat diekspor," ujarnya.
Amir Ma'ruf, Direktur Lazisnu, mengatakan Lazisnu berfokus pada pemberdayaan umat melalui zakat, infak dan sedekah. Selain menjalin kerja sama dengan TNC, Lazisnu juga melakukan pendampingan sendiri untuk program-program yang dilakukan. "Kami melakukan pemberdayaan sekaligus konservasi di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, dengan penanaman mangrove dan pembuatan karamba," ujarnya.
Nana Mintarti, Direktur Pengembangan Sosial Dompet Dhuafa, mengatakan ketertarikannya dengan program konservasi karena pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nana mengatakan pengalaman di lapangan, ketika pemberdayaan ekonomi, sering kali dilakukan dengan merusak alam. "Akhirnya yang terjadi adalah justru miskin perlahan," ujarnya.
Pemberdayaan pun sering tidak sesuai harapan karena minimnya pemahaman daya dukung lingkungan. Ia mencontohkan, program pemberian perahu kepada para nelayan, ternyata tidak bisa berjalan baik karena area tangkap nelayan sudah rusak dan mereka harus melaut ke tengah. "Biayanya pun lebih tinggi," ujarnya. "Dari situ perlunya program perbaikan lingkungan, misalnya dengan penanaman mangrove," ujarnya.
Nana menekankan perlunya program pelestarian lingkungan bersama di antara berbagai kelompok keagamaan sehingga tercipta sinergi yang lebih kuat.
SUMBER
Link: http://adf.ly/uhIMK
The Nature Conservancy (TNC) Program Indonesia membangun kerja sama strategis dengan organisasi keagamaan dalam menjaga kekayaan alam yang berkelanjutan di Indonesia.
Direktur The Nature Conservancy Sapto Handoyo Sakti mengatakan dalam sepuluh tahun terakhir pelestarian lingkungan menjadi semakin populer di antara organisasi keagamaan dan pengikutnya. Nahdlatul Ulama, Dompet Dhuafa, Muhammadiyah, Yayasan Budha Tzu Chi, ekopastoral Fransiskan Katolik, Parisada Hindu Dharma Indonesia, dan berbagai kelompok lainnya telah secara rutin melakukan berbagai kegiatan peduli lingkungan dan konservasi.
"Kegiatan mereka mulai dari sedekah pohon, pengolahan limbah, hingga pemanfaatan air sisa wudhu untuk mengairi taman-taman di masjid, menanam sayur-mayur dan buah organik, hingga penyuluhan cara menangkap ikan yang ramah lingkungan," ujar Sapto dalam acara Thought Leadership Forum di Jakarta, Kamis, 27 November 2014.
Dino V. Prayoga, Strategic Alliance Associate Director The Nature Conservancy, mengatakan pihaknya sedang menjalin kerja sama dengan Lazisnu untuk memfasilitasi komunitas nelayan di Berau, Kalimantan Timur.
Komunitas nelayan itu awalnya melakukan penangkapan secara tidak ramah lingkungan. Dengan program dana bergulir dari Lazisnu, komunitas diberi kesadaran untuk melakukan penangkapan yang berkelanjutan. "Kami berharap dengan program itu, hasil tangkapan nelayan lebih baik dan dapat diekspor," ujarnya.
Amir Ma'ruf, Direktur Lazisnu, mengatakan Lazisnu berfokus pada pemberdayaan umat melalui zakat, infak dan sedekah. Selain menjalin kerja sama dengan TNC, Lazisnu juga melakukan pendampingan sendiri untuk program-program yang dilakukan. "Kami melakukan pemberdayaan sekaligus konservasi di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, dengan penanaman mangrove dan pembuatan karamba," ujarnya.
Nana Mintarti, Direktur Pengembangan Sosial Dompet Dhuafa, mengatakan ketertarikannya dengan program konservasi karena pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nana mengatakan pengalaman di lapangan, ketika pemberdayaan ekonomi, sering kali dilakukan dengan merusak alam. "Akhirnya yang terjadi adalah justru miskin perlahan," ujarnya.
Pemberdayaan pun sering tidak sesuai harapan karena minimnya pemahaman daya dukung lingkungan. Ia mencontohkan, program pemberian perahu kepada para nelayan, ternyata tidak bisa berjalan baik karena area tangkap nelayan sudah rusak dan mereka harus melaut ke tengah. "Biayanya pun lebih tinggi," ujarnya. "Dari situ perlunya program perbaikan lingkungan, misalnya dengan penanaman mangrove," ujarnya.
Nana menekankan perlunya program pelestarian lingkungan bersama di antara berbagai kelompok keagamaan sehingga tercipta sinergi yang lebih kuat.
SUMBER
Link: http://adf.ly/uhIMK