Quote:TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengaku siap untuk mendorong dan mendukung PT Esemka, perintis mobil lokal asal Solo, Esemka, agar bisa menjadi mobil nasional dengan sebuah persyaratan.
"Sepanjang mereka (Esemka) mau memproduksi mobil dengan bahan bakar listrik, maka saya siap mendukung dan bekerja sama sepenuhnya. Tapi jika tidak, ya enggak," kata Dahlan menjawab pertanyaan Tempo saat di Yogyakarta, Jumat malam, 18 Oktober 2013.
Pernyataan Dahlan dinilai sebagai tanggapan setelah beberapa waktu lalu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengkritik pemerintah karena tidak sepenuhnya mendukung mobil Esemka. Padahal segala persyaratannya mobil itu telah dipenuhi. Mulai dari pembentukan perseroan terbatas hingga uji emisi, proyek yang telah dirintis sejak lima tahun saat dirinya menjabat sebagai Wali Kota Surakarta itu pun akhirnya kandas.
Belakangan, Jokowi juga makin menyesalkan ketika pemerintah menggalakkan program mobil murah atau Low Cost Green Car. Namun pemain program itu tetap saja produsen asing. Walhasil, selain bakal memicu kemacetan lebih parah di Ibu Kota karena mudahnya memiliki mobil, program itu juga dinilai bakal menyingkirkan sumber daya lokal di bidang otomotif.
Namun, Dahlan mengaku, ia tak peduli apakah yang dipakai masyarakat itu mobil lokal atau mobil murah. "Selama mobil yang diproduksi dan digunakan itu tetap memakai BBM (Bahan Bakar Minyak), mau lokal atau mobil murah, saya tetap tidak setuju," kata Dahlan.
Dahlan menuturkan ia termasuk salah satu orang yang sangat tidak menyukai jika sebuah kendaraan itu menggunakan BBM baik bensin maupun solar. "BBM itulah yang selama ini menjerat bangsa kita. Dan pelan pelan, BBM itu juga yang membunuh kita, mematikan republik ini," kata mantan Direktur Perusahaan Listrik Negara (PLN) itu.
Dahlan pun mengungkapkan sudah seharusnya bangsa ini mulai bergerak untuk mengurangi dan menjauhi penggunaan kendaraan yang memakai BBM. "Sudah selayaknya dan seharusnya kita ini memusuhi (kendaraan yang menggunakan) BBM."
Sumber : tempo
Setuju, industri mobil konvesional kita udah ketinggalan jauh, lebih baik ke mobil listrik, kita masih belum tertinggal jauh, lagian bentar lagi era nya mobil listrik ....
Nasionalis boleh, tapi juga harus realistis.......
"Sepanjang mereka (Esemka) mau memproduksi mobil dengan bahan bakar listrik, maka saya siap mendukung dan bekerja sama sepenuhnya. Tapi jika tidak, ya enggak," kata Dahlan menjawab pertanyaan Tempo saat di Yogyakarta, Jumat malam, 18 Oktober 2013.
Pernyataan Dahlan dinilai sebagai tanggapan setelah beberapa waktu lalu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengkritik pemerintah karena tidak sepenuhnya mendukung mobil Esemka. Padahal segala persyaratannya mobil itu telah dipenuhi. Mulai dari pembentukan perseroan terbatas hingga uji emisi, proyek yang telah dirintis sejak lima tahun saat dirinya menjabat sebagai Wali Kota Surakarta itu pun akhirnya kandas.
Belakangan, Jokowi juga makin menyesalkan ketika pemerintah menggalakkan program mobil murah atau Low Cost Green Car. Namun pemain program itu tetap saja produsen asing. Walhasil, selain bakal memicu kemacetan lebih parah di Ibu Kota karena mudahnya memiliki mobil, program itu juga dinilai bakal menyingkirkan sumber daya lokal di bidang otomotif.
Namun, Dahlan mengaku, ia tak peduli apakah yang dipakai masyarakat itu mobil lokal atau mobil murah. "Selama mobil yang diproduksi dan digunakan itu tetap memakai BBM (Bahan Bakar Minyak), mau lokal atau mobil murah, saya tetap tidak setuju," kata Dahlan.
Dahlan menuturkan ia termasuk salah satu orang yang sangat tidak menyukai jika sebuah kendaraan itu menggunakan BBM baik bensin maupun solar. "BBM itulah yang selama ini menjerat bangsa kita. Dan pelan pelan, BBM itu juga yang membunuh kita, mematikan republik ini," kata mantan Direktur Perusahaan Listrik Negara (PLN) itu.
Dahlan pun mengungkapkan sudah seharusnya bangsa ini mulai bergerak untuk mengurangi dan menjauhi penggunaan kendaraan yang memakai BBM. "Sudah selayaknya dan seharusnya kita ini memusuhi (kendaraan yang menggunakan) BBM."
Sumber : tempo
Setuju, industri mobil konvesional kita udah ketinggalan jauh, lebih baik ke mobil listrik, kita masih belum tertinggal jauh, lagian bentar lagi era nya mobil listrik ....
Nasionalis boleh, tapi juga harus realistis.......