RMOL. Kebijakan Presiden Jokowi yang telah menurunkan harga BBM jenis premium Rp 7.600, setelah menaikkannya Rp 8.500 dari Rp 6.500 dinilai hanya lucu-lucuan.
Dosen ilmu politik UIN Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago (Ipang) mengatakan, langkah Jokowi menurunkan harga BBM setelah harga minyak dunia terus merosot sudah tepat, meski telat dan angka turunnya masih perdebatan.
"Tapi yang pasti, ini adalah bagian dari pencitraan Jokowi. Sebenarnya pencitraaan itu sah-sah saja, namun jangan sibuk pencitraan diiringi miskin pelayanan ke publik," kata dia kepada redaksi, Senin (5/1).
Dosen ilmu politik UIN Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago (Ipang) mengatakan, langkah Jokowi menurunkan harga BBM setelah harga minyak dunia terus merosot sudah tepat, meski telat dan angka turunnya masih perdebatan.
"Tapi yang pasti, ini adalah bagian dari pencitraan Jokowi. Sebenarnya pencitraaan itu sah-sah saja, namun jangan sibuk pencitraan diiringi miskin pelayanan ke publik," kata dia kepada redaksi, Senin (5/1).
Jelas Ipang, citra politik dan popularitas yang terlalu banyak dipupuk sangat membahayakan tanpa realita. Seharusnya Jokowi kerja dulu dengan baik, otomatis citra dan reputasinya akan baik juga.
"Pemupukan yang berlebihan lewat pencitraan media sementara realita tidak ketemu, akan membuat citra yang dibangun cepat hancur," ungkap Ipang.
Di luar itu, tambah dia, kebijakan Jokowi yang mencabut subsidi BBM dan menyerahkannya kepada harga pasar, sangat membuat miris. Ini namanya bunuh diri ekonomi dan terlanjur terjun bebas, serta sangat neolib. [rus]
Sumber: http://m.rmol.co/news.php?csal185649
Dikutip dari: http://adf.ly/vs5en


