
Duta Besar Indonesia untuk Sudan dan Eritrea Sujatmiko memastikan warga negara Indonesia baik-baik saja. Meski situasi di Sudan Selatan masih belum menentu dan mengarah ke konflik fisik antara suku Dinka Ngok dari Presiden Salva Kiir dan Suku Neir dari mantan wapres Riek Machar.
�Sejauh ini kondisi WNI aman dan banyak yang sudah dievakuasi,� kata Sujatmiko kepada Tempo, Senin, 23 Desember 2013.
�Kami juga menerima informasi, fakta di lapangan meskipun mencekam namun di beberapa area kilang minyak dan komplek perusahaan relatif tidak terkena dampak (jauh dari pusat kerusuhan) dan keberadaan WNI di area kilang/perusahaan minyak relatif aman dengan penjagaan ketat aparat keamanan,� kata Sujatmiko, dalam surat elektroniknya kepada Tempo.
Menurut dia kondisi ibukota Juba sendiri saat ini sudah mulai stabil namun suasana masih mencekam dengan pembatasan jadwal malam dan mati lampu serta keberadaan sejumlah personil militer.
Diperkirakan kedepan konflik akan terus memanas dan tidak akan terkendali normal dalam waktu singkat, serta tantangan sebagai opsi penyelesaian adalah dengan rekonsiliasi politik.
Sementara keberadaan WNI di Sudan Selatan yang melapor pada KBRI Khartoum sebelumnya hanya tiga orang. Semuanya tenaga kerja professional. Pasca situasi darurat dan perlu evakuasi, lebih banyak lagi yang melaporkan diri.
Berdasar data terkini, di Sudan Selatan terdapat 46 WNI yang terdiri atas tiga personil Tentara Nasional Indonesia yang anggota UN Mission in South Sudan (UNMISS), satu pegawai sipil UNMISS dan 10 pegawai beberapa NGO serta 32 pekerja sejumlah kilang minyak.
Saat ini, 15 WNI sudah keluar dari Juba dan 31 WNI masih berada di Sudan Selatan baik di Juba maupun di lokasi kilang minyak. Proses dan biaya evakuasi selama ini ditanggung langsung oleh sejumlah perusahaan tempat WNI bekerja, namun demikian sejumlah perwakilan RI di sekitar Sudan Selatan juga mengantisipasi dengan skenario evakuasi darat jika diperlukan. KBRI terus menjalin komunikasi intensif dengan para WNI dimaksud.
Sebagai catatan, Kendala utama evakuasi adalah ditutupnya seluruh penerbangan ke bandara Juba dan akses darat sangat jauh dari Khartoum (sekitar 1.000 km) serta hanya bisa dilalui melalui Uganda, Kenya dan Nairobi. Hanya pesawat charter miliki negara-negara besar seperti Amerika Serikat yang beroperasi melakukan proses evakuasi.
SUMBER


