Sejak akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat. Kini, dolar AS mulai 'betah' bertahan di bawah Rp 11.000.
Mengutip data perdagangan Reuters, Senin (6/4/2015), dolar AS dibuka di Rp 10.950/US$. Menguat dibandingkan penutupan perdagangan sebelum ibur akhir pekan yaitu Rp 10.985/US$.
Hal ini tidak lepas dari pelemahan dolar AS terhadap mata uang dunia. Penyebabnya adalah data ketenagakerjaan AS yang kurang menggembirakan.
Sepanjang Maret 2015, tercipta 126.000 lapangan kerja baru di Negeri Paman Sam. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, yang di atas 200.000.
Data ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi di AS memang belum stabil. Oleh karena itu, pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed akan kembali tertunda.
Bila sebelumnya The Fed Fund Rate diperkirakan naik pada pertengahan tahun ini, investor memperkirakan kenaikan baru terjadi setidaknya September 2015. Namun kalau ekonomi AS masih labil, maka bukan tidak mungkin ada penundaan lagi.
Investor pun kembali bersemangat memburu aset-aset di negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan dibuka menguat.
Namun, fenomena ini diperkirakan hanya berlangsung sementara. Dalam jangka menengah-panjang, dolar AS masih menjadi investasi paling aman dan menjanjikan.
"Kita masih akan melihat tingginya perdagangan dolar AS dalam jangka panjang. Data ketenagakerjaan ini memang tidak sebaik perkiraan, tetapi tetap ada tambahan lapangan kerja baru. Ini merupakan hal positif," kata Kyosuke Suzuki, Direktur di Societe Generale.
sumber (finance.detik.com)
Link: http://adf.ly/1Db7uh