REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kisruh Partai Golkar akhirnya masuk babak baru di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Prosesnya yang kian panjing diprediksi akan memudarkan citra partai yang pernah berjaya selama lebih dari tiga dekade di masa Presiden RI Soeharto.
"Publik tidak tertarik dengan partai yang kisruh dan elitnya tidak dewasa dalam berpolitik," kata peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, Sabtu (4/4).
Ia mengatakan, Golkar akan menjadi partai yang tak menarik bagi pemilihnya. Sebab, elit Golkar masih memerlihatkan ego masing-masing dan tak kunjung menyelesaikan konflik di internal. Elit Golkar menjadi terkesan saling berebut kekuasaan.
Surat Keputusan (SK) Menteri Hukum dan HAM yang mengesahkan kepengurusan hasil Munas Ancol ditunda pelaksanaannya dengan putusan sela PTUN. Penyelesaian dualisme partai berlambang pohon beringin ini jadi semakin panjang di pengadilan.
Kisruh partai Golkar ini bukan hanya di lingkup kepengurusan partai, tetapi sudah merambah kepengurusan fraksi di DPR RI. Bahkan, akibat perebutan kursi pimpinan fraksi, ruangan ketua fraksi Golkar menjadi status quo agar tidak terjadi gesekan fisik di lembaga negara tersebut.
DPR bahkan berencana untuk tidak membacakan surat dari dua kepengurusan Golkar atas kisruh fraksi ini.
Menurut Zuhro, suara Golkar akan dapat kembali dengan catatan partai ini kembali solid pascakonflik.
"Itupun dengan syarat elit Golkar mampu menunjukkan perilaku positif dalam berpolitik usai kisruh internal," ujarnya.
Dengan sikap legowo tersebut, publik akan mengapresiasi dan kembali percaya dengan salah satu partai paling paling tua di Indonesia ini.
Terlebih jika elit Golkar bersatu dan segera melakukan recovery kepercayaan masyarakat dengan tindakan-tindakan yang lebih konkrit.
"Bisa jadi akan mengubah opini publik dari negatif ke positif," tegas Zuhro
SUMBER
RAKYAT TINGGALKAN GOLKAR, MARI MERAPAT KE GERINDRA
PRABOWO FOR RI 2019
Link: http://adf.ly/1DNY3w
"Publik tidak tertarik dengan partai yang kisruh dan elitnya tidak dewasa dalam berpolitik," kata peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, Sabtu (4/4).
Ia mengatakan, Golkar akan menjadi partai yang tak menarik bagi pemilihnya. Sebab, elit Golkar masih memerlihatkan ego masing-masing dan tak kunjung menyelesaikan konflik di internal. Elit Golkar menjadi terkesan saling berebut kekuasaan.
Surat Keputusan (SK) Menteri Hukum dan HAM yang mengesahkan kepengurusan hasil Munas Ancol ditunda pelaksanaannya dengan putusan sela PTUN. Penyelesaian dualisme partai berlambang pohon beringin ini jadi semakin panjang di pengadilan.
Kisruh partai Golkar ini bukan hanya di lingkup kepengurusan partai, tetapi sudah merambah kepengurusan fraksi di DPR RI. Bahkan, akibat perebutan kursi pimpinan fraksi, ruangan ketua fraksi Golkar menjadi status quo agar tidak terjadi gesekan fisik di lembaga negara tersebut.
DPR bahkan berencana untuk tidak membacakan surat dari dua kepengurusan Golkar atas kisruh fraksi ini.
Menurut Zuhro, suara Golkar akan dapat kembali dengan catatan partai ini kembali solid pascakonflik.
"Itupun dengan syarat elit Golkar mampu menunjukkan perilaku positif dalam berpolitik usai kisruh internal," ujarnya.
Dengan sikap legowo tersebut, publik akan mengapresiasi dan kembali percaya dengan salah satu partai paling paling tua di Indonesia ini.
Terlebih jika elit Golkar bersatu dan segera melakukan recovery kepercayaan masyarakat dengan tindakan-tindakan yang lebih konkrit.
"Bisa jadi akan mengubah opini publik dari negatif ke positif," tegas Zuhro
SUMBER
RAKYAT TINGGALKAN GOLKAR, MARI MERAPAT KE GERINDRA
PRABOWO FOR RI 2019
Link: http://adf.ly/1DNY3w
