Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Ada Apa dengan BBM (Bahan Bakar Minyak)

Thursday, April 9, 2015

Pengendara motor mengantre di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, di Bali, Selasa (26/8/2014).
Pengamat: Harga BBM Saat Ini Harga Mafia
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan premium beberapa waktu lalu. Namun, kenaikan harga tersebut dinilai dilakukan secara sewenang-wenang ala mafia.

"Ini harga mafia, karena payung hukumnya tidak ada. Kenaikan ini tidak ada izin DPR, semena-mena," kata Direktur Centre for Budget Analysis, Ucok Sky Khadafi saat diskusi Polemik bertajuk "Pusing Pala Rakyat", Sabtu (4/4/2015).


Harga solar dan premium naik Rp 500 per 28 Maret 2015. Solar naik menjadi Rp 6.900 per liter dari Rp 6.400 per liter. Harga premium di wilayah penugasan menjadi Rp 7.300 per liter dari harga Rp 6.800 per liter. Sementara itu, harga premium untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) menjadi Rp 7.400 per liter.

Kenaikan harga tersebut, menurut Ucok, memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.

Sementara, kebijakan "kartu sakti" Jokowi yang selama ini menjadi modal kampanye saat Pemilu Presiden 2014 seakan tak bertaring.

"Jadi ini bukan pusing saja pala rakyat tapi sudah pecah. Sekarang kita minta Jokowi keluarkan kartu rakyat atau kartu mampus," katanya .
Sumber  (bisniskeuangan.kompas.com)


Banyak pengendara motor yang sudah beralih menggunakan pertamax.
Dengan Harga Saat Ini, Masyarakat Harusnya Dapat Bensin Setara Pertamax
JAKARTA,KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan, seharusnya, Indonesia bisa mengganti BBM premium (RON 88) yang ada sekarang dengan BBM tipe RON 92 atau setara pertamax.

Berdasarkan perhitungan Ahmad, dengan harga jual BBM tipe RON 92 Rp 9.688 per liter, seharusnya rakyat Indonesia bisa memperoleh bensin setara dengan pertamax.



"Jika waktu harga bensin subsidi adalah Rp 9.000 per liter (Rp 6.500 dibayar rakyat dan Rp 2.500 dibayar subsidi pemerintah), seharusnya rakyat memperoleh bensin setara dengan pertamax," kata Ahmad dalam jumpa pers KPBB di Gedung Sarinah, Jakarta, Rabu (8/4/2015).[/B]

Ahmad memberi contoh, negara Australia membeli BBM dengan harga 60 sen dollar AS (sekitar Rp 7.800) dengan kualitas euro 5. "Australia dengan 60 sen dollar AS bisa dapat BBM kualitas euro 5, sedangkan premium kita ke euro 1 saja rusak kendaraan," tutur Ahmad.

Oleh karena itu, Ahmad menyarankan pemerintah melakukan standar emisi kendaraan ke tingkat euro 4. Menurut dia, hal tersebut akan menurunkan total konsumsi nasional BBM yang akan terus meningkat hingga 2019.

"Langkah ini akan mendatangkan benefit hingga Rp 3,9 triliun pada 2030. Kalau ditambah efisiensi BBM 10 persen, ada benefit sebesar Rp 4,4 triliun," kata Ahmad.

Sebelumnya, Ahmad mengatakan, saat ini BBM jenis premium yang beredar di Indonesia dengan harga Rp 7.400 per liter tidak bisa digunakan untuk kendaraan euro 1 (seperti mobil low cost green car). Jika dipaksakan, kata dia, kendaraan akan cepat rusak. Kebijakan ini, kata dia, sudah diterapkan di negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia.

"Sementara itu, premium di Indonesia tidak masuk kategori 1 standar internasional sehingga tidak comply (sesuai) untuk menggerakkan kendaraan standar euro 1," kata Ahmad.
Sumber  (bisniskeuangan.kompas.com)


Zona Emisi Rendah di kota London
Kualitas BBM Bikin Industri Otomotif Indonesia Tertinggal
JAKARTA,KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan industri otomotif Indonesia akan semakin tertinggal jika kualitas BBM tetap di bawah standard internasional. Menurut dia, saat ini kadar sulfur rata-rata yang dikeluarkan emisi kendaraan di Indonesia sebesar 2.000 ppm. Padahal, standard internasional adalah tak lebih dari 500 ppm.

"Buruknya kualitas BBM di Indonesia menjadi kendala bagi auto-industry untuk mengembangkan advance tech of vehicle yang diminati konsumen saat ini. Akhirnya principle memusatkan produksi di Thailand sejak 2003/2004," kata Ahmad di jumpa pers KPBB,Jakarta, Rabu (8/4/2015).

Ahmad mengatakan, Indonesia harus mengejar ketertinggalan standard kendaraan. Pasalnya, pada 2016 negara-negara di ASEAN sepakat menerapkan kendaraan dengan standard Euro 4. "Ujungnya auto industry akan produksi ke LCGC saja. Padahal kecenderungan pendapatan per kapita masyarakat kita sudah naik," Kata Ahmad.

Menurut Ahmad, sejak 1997 Thailand telah mengadopsi standard Euro 2. Sebaliknya, Indonesia baru mengadopsi standard itu sepuluh tahun kemudian.

Kemudian, Thailand telah beranjak mengadopsi standard Euro 4. "Tahun 2012 produksi mobil Thailand itu nomor 10 di dunia dengan total 2,4 juta unit. Sedangkan Indonesia di nomor 18 dengan total produksi 1 juta unit saja," terang Ahmad.

Ahmad mengatakan industri otomotif dunia pada 2050 akan berpusat pada kendaraan dengan teknologi emisi buang nol atau tidak ada sama sekali. "Jepang pada 2025 akan mereduksi emisi buang (C02) hingga 30 persen. Lalu Amerika Serikat mereduksi 42 persen, hingga india mereduksi 20 persen. Mereka menerapkan kebijakan fuel economy," kata Ahmad.

Kemudian, Ahmad memberi contoh penerapan kebijakan standard emisi kendaraan, di negara-negara Timur Tengah. Menurut dia, meskipun kaya akan minyak mentah, pada 2016 negara-negara di situ sudah menetapkan kendaraan dengan kapasitas 1 liter untuk 16 km. "Jadi berlaku sama maupun yang CC rendah maupun tinggi. Ada juga negara yang menerapkan 120 gram C02/km, jika mampu memenuhi standard tersebut akan diberi insentif dari pemerintah, yang melanggar dikasih penalti," jelas Ahmad.
Sumber  (bisniskeuangan.kompas.com)
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive