Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Lembu Peteng Akankah Meraih Tahta di 2014

Sunday, December 22, 2013

Keputusan revolusioner Mahkamah Konstitusi (MK) yang memenangkan tuntutan agar �anak haram� bisa mendapat warisan (memiliki hubungan perdata) ayah kandungnya mengingatkan Indonesia pada kisah Lembu Peteng�sebutan untuk anak raja dari istri simpanan dan tidak diakui sah sebagai pewaris tahta. Di balik itu semua, dalam catatan sejarah Nusantara ternyata banyak Lembu Peteng yang sukses �dengan caranya sendiri�jadi raja (mendapatkan hak waris kekuasaan).

Lepas dari itu, budayawan, Sujiwo Tedjo pada 22 Agustus 2011 berujar, jika bangsa ini mau sukses, pimpinanya harus Lembu Peteng. Yakni, seseorang yang tak jelas identitas orangtuanya (ayahnya), layaknya Soeharto dan Soekarno. Atau, dalam terminologi lebih klasik, sejarah masa lalu, Lembu Peteng ialah mereka yang terlahir dari pernikahan atau garwo yang tidak sah. Sebagai pemisalan, Ken Arok yang sukses melakukan suksesi dan duduk dalam tampuk kepemerintahan. �Ia, bocah haram jadah itu, naik tahta dengan �kutukan� berdarah dan semangat gelak dari dendam,� katanya kala itu.

Istilah Lembu Peteng memang begitu lekat dalam budaya masyarakat Jawa. Dalam sejarah masyarakat Jawa sejak zaman raja-raja dulu, begitu kuat keyakinan bahwa pemimpin atau raja-raja Jawa yang hebat, selalu Lembu Peteng.

Salah satu contoh raja Jawa yang hebat dan banyak disebut tergolong sebagai Lembu Peteng adalah sosok Ken Arok. Ken Arok bisa membuat Kertajaya besar seperti Singosari. Banyak versi memang tentang cerita Ken Arok. Cerita umum diketahui Ken Arok merebut tahta Tumapel dari tangan Tunggul Ametung, orang yang mengawini ibunya� dan berimplikasi membunuh ayahnya.

Belakangan muncul versi lain, yang menyebut ternyata Ken Arok tidak membunuh pembunuh ayahnya, melainkan membunuh ayahnya sendiri. Siapa sang ayah? Tidak lain Tunggul Ametung.



Hiruk pikuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 makin riuh tahun ini. Usulan nakal budayawan, Sujiwo Tedjo, Indonesia butuh Lembu Peteng kiranya patut diperhatikan� tapi mesti diadopsi dalam arti yang lebih luas.

Lembu Peteng dalam dunia politik bisa diartikan dengan seseorang yang bukan pewaris takhta partai politik (Parpol). Misalnya, bukan putra orang nomor satu parpol, seperti Edhie �Ibas� Baskoro Yudhoyono�putra Presiden SBY. Bahkan juga bukan orang utama parpol, seperti Ketua Umum, Sekretaris Jenderal (Sekjen) ataupun pengurus partai.

Tapi mereka yang berkarya�baik di pemerintahan maupun non-pemerintahan�dan mampu berprestasi terutama dalam membangun kesejahteraan rakyat serta �membersihkan� budaya KKN.

Bila �syarat� Lembu Petang yang dimaksud seperti itu, maka beberapa individu layak dilirik masyarakat untuk dipilih memimpin negeri ini. Sebut saja, Mahfud MD. Banyak pihak menggadang-gadang Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini untuk ikut nyalon di 2014. Terkait dorongan yang santer berhembus sejak tahun lalu ini, Mahfud pun angkat bicara. �Kalau saya dipaksa harus bicara soal itu (capres), maka saya akan bicara pada Mei 2013, ketika jabatan hakim saya sudah habis,� katanya.

Mantan politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu tak menampik jika sudah ada partai politik yang meminang dirinya. Namun lantaran masih terikat sebagai hakim konstitusi, ia tak mau menjawabnya saat ini. Menurutnya tak etis jika ia bicara soal itu, sementara jabatan publik masih melekat pada dirinya.

Bahkan beberapa pihak sudah mulai memasang nama Mahfud dengan nama lain, seperti Sri Mulyani�mantan Menkeu�hingga Dahlan Iskan �Menteri BUMN.

Pengamat politik Iberamsjah, salah satunya, menilai Sri Mulyani bisa disandingkan dengan Mahfud MD. �Saya melihat Pak Mahfud memiliki potensi yang bagus di Pemilu 2014,� katanya.

Perjodohan Mahfud dan Sri Mulyani juga ramai dibicarakan di situs jejaring sosial seperti Facebook. Disebut-sebut, keduanya pantas berpasangan untuk menjadi capres.

Menurut Iberamsjah, partai-partai besar saat ini belum memiliki figur yang kuat untuk memimpin Indonesia. Di Partai Demokrat misalnya, belum ada figur yang pas untuk menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. �Partai Demokrat sendiri sulit, Anas (Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum) tidak mungkin karena terbelit kasus,� tegas Iberamsjah.

Tiga sosok di atas bisa dikatakan sebagai �Lembu Peteng�. Mereka bukan elit partai politik tertentu tapi bisa menjadi �anak gelap� parpol yang nanti mengusungnya menjadi RI 1.

Dahlan Iskan juga memiliki peluang besar untuk menjadi �Lembu Peteng� 2014. Sedikitnya empat partai politik sudah meliriknya.. Namun, Dahlan belum menyatakan apalagi memutuskan untuk benar-benar masuk dalam pencapresan. �Astaghfirullah, itu bahaya,� katanya singkat.

Mantan Dirut PT PLN (Persero) ini menolak berbicara panjang lebar seputar isu capres tersebut. Menurut dia, jika ia dikait-kaitkan dengan bursa capres maka akan menganggu kerjanya. Oleh karena itu, ia minta agar hal itu tidak perlu dibesar-besarkan.

Seperti diketahui, nama Dahlan Iskan sudah disebut-sebut Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrat (PD).

Wacana pasangan Hatta-Dahlan didorong oleh Ketua DPP PD Ulil Abshar. Dia bahkan berencana mengusung duet yang dia sebut sebagai �problem solver� tersebut agar mendapatkan dukungan dari PD.

Ada lagi satu nama yang santer layak memimpin Indonesia, Walikota Solo Joko Widodo (Jokowi). Dia dinilai membawa perubahan segar terutama terkait mobil Esemka meski tak lulus uji emisi.

Apalagi Jokowi sudah terbukti mampu merebut hati rakyat karena berhasil menduduki Solo 1 selama dua periode.Jokowi juga punya gaya kepemimpinan yang lugas dan transparan. Ia berhasil menyelesaikan persoalan di akar rumput, termasuk pedagang kaki lima di Solo (Surakarta), secara rapi dan tanpa gejolak.

Nama Jokowi kian melejit belakangan ini lewat kepeloporannya mendorong promosi mobil ESEMKA, karya siswa SMK di Surakarta.

Ia menggunakannya sebagai mobil dinas. Itu sebabnya banyak yang berharap agar para kepala daerah lainnya belajar dari kepemimpinan Jokowi yang juga otentik, sederhana, dan egaliter.

Meski belum jawaban final, tapi Jokowi pernah mengatakan, �Saya tidak ada potongan jadi presiden, jadi wali kota saja saya tidak punya potongan, apalagi presiden,� kata Jokowi di Solo, Jumat (6/1).

Ia digadang-gadang menjadi calon alternatif pemimpin bagi partai yang pernah mengusung Jokowi, PDI Perjuangan.

Jokowi mengatakan tidak tertarik menduduki jabatan tersebut. Karena itu tidak perlu melakukan promosi atau kampanye. �Biar yang �pinter-pinter� saja menduduki jabatan itu. Seperti saya ini pantasnya jadi ketua RT,� ujarnya.

Apakah salah satu dari �Lembu Peteng� ini akan menjadi pemenang dalam perebutan kursi �raja� Indonesia? Dan mampukah mereka membawa kesejahteraan bagi rakyat seperti harapan Sujiwo Tedjo? Kita tunggu saja aksinya
sumber
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive