
JAKARTA - Walaupun generasi alay baru mengemuka saat ini, kalian tahu enggak ternyata alay itu sudah ada sejak zaman dahulu. Perbedaan generasi yang membuat situasi dan kondisi menjadi berubah.
"Alay zaman dulu karena tekanan politik yang takut dengan militer yang menguasai pada zaman Soeharto. Kata militer juga. Jika menggunakan bahasa alay menjadi 'lalar hijau'," ungkap mantan Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Nasional (Unas) Wahyu Wibowo, saat dihubungi Okezone, Kamis (19/12/2013).
Menurut dia, perbedaannya dengan zaman sekarang karena tekanan hidup. Para remaja alay ini, menurutnya, tidak mempunyai ruang publik untuk mengekspresikan diri mereka. "Sehingga mereka menciptakan kaum, komunitas, dan komunikasi sendiri," ucap Dosen Senior FBS Unas itu.
Sebelumnya, Wahyu menyatakan, jika penyebab lain berlaku demikian karena mereka ingin mencari suasana baru dan sesuai dengan gaya hidup mereka. Hal ini karena para anak-anak muda dinilai masih labil dan banyak tekanan.
Pada 2013 ini, ada sejumlah kata baru yang sedang tren di kalangan anak muda, antara lain cabe-cabean, kepo, PHP, koplak, dan woles. Pada era sebelumnya, sudah lebih dulu populer penggunaan seperti kata lahyau, dan gile cing. (ade)
sumber: http://kampus.okezone.com/read/2013/...engan-soeharto


generasi2 olga emang merupakan dampak negatif dari era paska reformasi..
jaman sekarang dan kedepan makin susah nyari namanya laki2 tulen..



