Tapi... dibalik semua kelakuan dan cap negatif mereka, ternyata masih ada lho yang teladan...! Enggak percaya?!
Baca nih beritanya:

2 Nama personel Polda Metro Jaya itu tidak diingat namanya oleh Nuzuarin Ali yang bingung saat mobilnya mogok di jalur cepat Jl Rasuna Said, Jakarta Selatan. Namun 2 wajah polisi itu selalu diingat Ali.
Ali sudah lupa dengan tanggal kejadian. Kira-kira tahun 2004. Cerita berawal saat Ali dan temannya melintas di Jl Rasuna Said sekitar pukul 11.00 WIB. Tiba-tiba mobilnya macet, bahkan mati total. Ada masalah kelistrikan. Mobil sama sekali tidak bisa hidup.
"Saya panik karena itu menjelang jam sibuk dan mobil saya mulai menyebabkan kemacetan," katanya melalui surat elektronik kepada detikcom, Minggu (22/12/2013) kemarin.
Lalin yang tersendat menarik perhatian polisi sekitar. Dua personel patroli dari Polda Metro Jaya datang dengan menggunakan mobil. Mereka turun dan menyarankan agar Pak Ali memanggil derek. Pak Ali menolak dengan alasan biaya derek.
Dua polisi yang tak diketahui namanya itu kemudian menanyakan apakah Ali memiliki tali. Untungnya ada. Mobil berikut Pak Ali ditarik hingga ke area taman di samping Balai Kartini. Kemudian polisi meminta SIM dan STNK Ali.
"Saya pikir mau ditilang, tapi dia bilang hanya untuk pelengkap data laporan saja," kata pria yang tinggal di Cibinong ini.
Selesai menarik mobil dan mencatat SIM dan STNK, 2 polisi itu hendak pergi. Ali refleks merogoh kantong dan segera memberikan uang bensin sebagai ucapan terima kasih, tapi polisi itu menolak. Ia tidak yakin dengan sikap itu.
"Saya pikir dia malu karena ada komandannya, lalu saya datangi komandannya dan saya kasih uang. Juga ditolak. Saya terharu dan tidak bisa melupakan kejadian itu," kata pria kelahiran Palembang ini ketika dikonfirmasi melalui telepon.
Sikap Inspektur Dua (Ipda) Basuki Rahmat patut diacungi jempol. Perwira pertama yang bertugas di Polsek Tanah Abang ini menolak 'uang bensin' ketika salah seorang warga memintanya membantu mencarikan telepon genggam warga tersebut yang hilang.
Adalah Bobi, nama warga tersebut. Pegawai swasta yang berkantor di bilangan Jl MH Thamrin ini baru menyadari ketika telepon genggam yang biasa berada di saku celananya tidak ada setelah turun dari Bajaj, Sabtu (21/12/2013), sekitar pukul 18.00 WIB.
Bobi akhirnya berpikir bagaimana caranya agar telepon yang berisi data-data pekerjaan dan kerabat itu dapat kembali ke tangannya. Akhirnya, dia mendatangi Polsek Tanah Abang, di Jalan Karet Pasar Baru Barat. Kelurahan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
"Awalnya saya pesimis, apakah polisi mau membantu mencari HP saya yang hilang, di tengah kesibukan anggota Polsek yang fokus menjaga Kamtibmas Natal dan Tahun Baru. Apalagi ini hilang, bukan kecopetan, atau kasus jambret, tetapi ketinggalan di Baja di daerah Sarinah," tulis Bobi dalam surat elektronik yang diterima detikcom, Minggu (22/12/2013) kemarin.
Sesampainya di Polsek Tanah Abang, Bobi langsung berhadapan dengan Ipda Rahmat. Dia menceritakan peristiwa nahas yang menimpanya itu. Dia pun menjelaskan kondisi telepon genggamnya dimana teknologi GPS tersambung dengan laptopnya.
Ipda Basuki pun akhirnya menyanggupi menolong Bobi. Dia dibantu seorang staf Polsek berkeliling Jakarta mencari telepon genggam dengan menggunakan ojek.
Usaha gigih ketiganya rupanya membuahkan hasil. Sinyal GPS menunjukan posisi telepon tersebut di sebuah kawasan padat penduduk di wilayah Petamburan, sekitar pukul 00.00 WIB.
Telepon tersebut rupanya berada di rumah kontrakan si sopir Bajaj, dan mengakui telah menemukan telepon tersebut di jok penumpang Bajaj yang dikendarainya. "Saya bingung cara pakainya," kata Bobi menirukan ucapan sopir tersebut.
Bisa jadi karena tidak tahu menggunakan telepon tersebut, Bobi selalu mendapati tidak ada respon dari yang menemukan ketika dia berupaya menghubungi teleponnya.
Laki-laki asal Bandung ini akhirnya dapat bernafas lega. Telepon genggam berikut data-data yang diperlukannya dapat kembali dengan utuh. Yang membuatnya bangga adalah ketika personel polisi dan staf Polsek Tanah Abang itu tidak meminta sepeser pun 'uang lelah' menelusuri jejak handphone.
Luthfi Zain bersyukur karena polisi jujur telah menyelamatkan gajinya yang hilang di ATM di Semarang, Jawa Tengah. Bagi Luthfi, berapa pun nominalnya, gajinya tersebut sangat berharga.
Peristiwa itu terjadi sekitar 4-5 tahun lalu. Luthfi yang tinggal di Semarang minta tolong pacarnya mengambilkan uang di ATM Rp 1.250.000. ATM macet, tapi saldo sudah terpotong. Luthfi dan pacarnya panik.
"Lemas saya. Uang gaji saya hampir tak bersisa," katanya melalui surat elektronik kepada detikcom, Minggu (22/12/2013).
Luthfi 'komplain' ke pihak bank, tapi tidak diterima. Beberapa hari kemudian, seorang teman mengabarkan seseorang menulis surat pembaca di koran dan mengaku menemukan uang Rp 1.250.000 di ATM tempat pacar Luthfi mengambil uang. Tanggal penemuan sama persis. Luthfi menduga, saat ATM macet, kartu keluar duluan, baru disusul uangnya. Nah, pacar Luthfi pergi sebelum uang keluar.
Berbekal print out transaksi ATM, Luthfi mendatangi alamat penemu uang, yakni kantor polisi. Dia diterima dengan baik dan diarahkan ke seorang anggota polisi yang menulis surat pembaca di koran tersebut. Pria yang akhirnya menikahi sang pacar ini menceritakan kronologi tersedotnya uang di ATM.
"Polisi itu mengakui menemukan uang sejumlah uang yang diambil pacar saya. Karena tidak tahu identitas pemilik uang, ia mengumumkan ke radio. Kemudian ia baru menulis surat pembaca," jelasnya.
Polisi yang tak sempat ditanya namanya itu memberikan amplop berisi uang yang ditemukannya ke Luthfi. Isinya utuh: Rp 1.250.000. Luthfi memberikan sebagian uang itu ke polisi sebagai ucapan terima kasih.
"Tapi beliau menolak. Akhirnya ucapan terima kasihnya hanya jabat tangan. Ternyata masih ada polisi jujur," katanya.
SUMBER
Ceritanya waktu pas aye pulang maen dari rumah temen, tiba-tiba motor aye mati mendadak di lampu merah perempatan dan enggak tau kenapa itu motor gak mau nyala meski aye berusaha nyalain berkali-kali. Jadilah aye penyebab kemacetan pas lampu ijo karena kebetulan aye berenti di tengah-tengah. Nah, waktu aye mau bawa motor ke pinggir tau-tau ada polisi nonggol sambil berjalan ke arah aye. Aye sempet mikir sial banget tuh hari... Udah mogok, bakalan "ditilang" polisi (karena aye enggak pake helm full face) , & dompet makin tipis lagi... Eh ternyata...
Setelah menghampiri aye yang ogah-ogahan bawa motor ke pinggir, itu polisi malah bantuin aye bawa motor. Terus pas di pinggir dia tanya kenapa motor aye mogok. Dan pas aye jelasin cerita singkat kejadian motor aye mendadak mati si polisi malah meriksain motor aye. Aye inget banget itu polisi serius meriksaiin motor aye yang mogok sambil nyoba di nyalain tapi enggak bisa-bisa...

Gak cuma ngasih pemeriksaan gratis, aye makin di buat heran karena si polisi juga nawarin bantuannya buat minjemin busi cadangannya pas aye bilang enggak bawa busi cadangan & mesti beli ke toko dulu


Akhirnya dengan perasaan lega campur binggung setengah mati, aye pulang ke rumah. Aye ceritaiin kejadian itu sama semua orang rumah & temen-temen aye, tapi enggak ada yang percaya...
Besoknya aye berniat balikkin busi yang di pinjemin sama si polisi (kasih busi yang baru lho... bukan balikkin yang lama


Sayang, 2 tahun lalu doi kabarnya dipindah tugas ke luar Jakarta. Katanya sih.. dari kabar burung yang aye denger, doi dipindah karena jarang nilang kalo masalahnya enggak serius dan selalu ngasih surat biru, bukan merah ke pelanggar lalin, ngebuat temen-temen & atasannya disitu kesel. Uang jajannya jadi kurang...

Semoga polisi itu bisa tetep jadi teladan di tempatnya yang baru

Nah, sekarang gimana gan? Masih berpikir semua polisi bejat?!
Kalo ada cerita polisi baik kayak aye boleh gan share di komen. Yang bagus bakalan aye masukkin ke pejawan deh!

Inget gan... polisi juga manusia, ada yang jahat & baik. Cuma kadar yang jahatnya itu sampe 90%, makanya polisi yang baiknya suka enggak keliatan






