Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dinaikkan sebesar Rp 500 per liter akhir pekan lalu untuk premium disebut belum mencapai harga keekonomian. Pemerintah mengakui tren harga minyak dunia terus naik dan pelemahan rupiah terus berlangsung sehingga memungkinkan harga BBM kembali naik.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, kenaikan harga BBM sebesar Rp 500 per liter menjadi Rp 7.400 per liter belum mencapai harga keekonomian untuk premium. Diperkirakan harga keekonomian mencapai Rp 8.000 per liter.
Jika mengikuti mekanisme pasar akan memicu harga premium lebih besar dari saat ini. Namun pemerintah saat menentukan harga BBM melihat kondisi sosial ekonomi di kalangan masyarakat, sehingga hanya menaikkan harga premium sebesar Rp 500 per liter.
"Ini juga berlaku pada penetapan harga BBM jenis solar yang masih kami pertahankan dengan subsidi Rp 1.000 per liter," katanya di Jakarta, Selasa (31/3).
Menurut dia, harga keekonomian untuk BBM jenis premium berselisih Rp 500 hingga Rp 600 per liter dari penetapan harga saat ini. Ia mengklaim, harga premium mencapai Rp 7.800 hingga Rp 8.000 per liter.
"Kami masih terus menghitung selisih tersebut. Penetapan kenaikan harga BBM adalah konsekuensi dari kebijakan mengalihkan subsidi dari sektor konsumtif ke produktif."
Menteri Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pelemahan rupiah menjadi penyebab utama pemerintah menaikkan harga BBM. Ia menilai, harga BBM berpotensi naik lagi karena ada tren kenaikan harga minyak dunia. "Kenaikan harga minyak cukup besar. Kita harapkan terjadi penguatan nilai tukar rupiah," ujarnya.
Menurut dia, ada kemungkinan harga BBM naik lebih tinggi. Namun kenaikan sebesar Rp 500 per liter untuk premium dan solar saat ini dibuat agar tidak mengagetkan masyarakat. "Saat minyak naik dan kurs melemah memang terjadi gap (jarak) kenaikan cukup besar," katanya.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah sudah membuat rumus dan formula yang jelas terkait harga BBM sehingga tidak hanya dipengaruhi harga minyak tetapi juga kurs rupiah.
SUMBER:
gimana nihhhhhhhhhhhhhh
Link: http://adf.ly/1CYyu2
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, kenaikan harga BBM sebesar Rp 500 per liter menjadi Rp 7.400 per liter belum mencapai harga keekonomian untuk premium. Diperkirakan harga keekonomian mencapai Rp 8.000 per liter.
Jika mengikuti mekanisme pasar akan memicu harga premium lebih besar dari saat ini. Namun pemerintah saat menentukan harga BBM melihat kondisi sosial ekonomi di kalangan masyarakat, sehingga hanya menaikkan harga premium sebesar Rp 500 per liter.
"Ini juga berlaku pada penetapan harga BBM jenis solar yang masih kami pertahankan dengan subsidi Rp 1.000 per liter," katanya di Jakarta, Selasa (31/3).
Menurut dia, harga keekonomian untuk BBM jenis premium berselisih Rp 500 hingga Rp 600 per liter dari penetapan harga saat ini. Ia mengklaim, harga premium mencapai Rp 7.800 hingga Rp 8.000 per liter.
"Kami masih terus menghitung selisih tersebut. Penetapan kenaikan harga BBM adalah konsekuensi dari kebijakan mengalihkan subsidi dari sektor konsumtif ke produktif."
Menteri Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pelemahan rupiah menjadi penyebab utama pemerintah menaikkan harga BBM. Ia menilai, harga BBM berpotensi naik lagi karena ada tren kenaikan harga minyak dunia. "Kenaikan harga minyak cukup besar. Kita harapkan terjadi penguatan nilai tukar rupiah," ujarnya.
Menurut dia, ada kemungkinan harga BBM naik lebih tinggi. Namun kenaikan sebesar Rp 500 per liter untuk premium dan solar saat ini dibuat agar tidak mengagetkan masyarakat. "Saat minyak naik dan kurs melemah memang terjadi gap (jarak) kenaikan cukup besar," katanya.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah sudah membuat rumus dan formula yang jelas terkait harga BBM sehingga tidak hanya dipengaruhi harga minyak tetapi juga kurs rupiah.
SUMBER:
gimana nihhhhhhhhhhhhhh
Link: http://adf.ly/1CYyu2
