SITUS BERITA TERBARU

[KHUSUS NASBUNG WAJIB KOMEN] Rintihan Hati Akbar Faizal

Monday, April 6, 2015

Jakarta- Politikus NasDem Akbar Faizal tampaknya risau setelah mendengar pernyataan Luhut Panjaitan tentang masuknya deretan lulusan Harvard University ke Kantor Staf Kepresidenan. Rintihan hatinya itu ia ungkapkan ke Deputi II Kantor Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho. Sayangnya, curhat Akbar itu bocor.
Sebagai kader partai yang pertama kali mendeklarasikan dukungan ke Jokowi-JK, Akbar merasa punya jasa. Saat Jokowi membentuk Tim Transisi untuk mempersiapkan penyusunan kabinet, pria berusia 46 tahun ini ditunjuk menjadisalah satu Deputi Tim Transisi.
Kantor Transisi dipimpin oleh Rini Soemarno dengan 4 deputi yaitu Hasto Kristiyanto, Anies Baswedan, Andi Widjajanto, dan Akbar Faizal. Keempat orang ini memiliki sejumlah pokja di bawahnya. Akbar yang lebih membidangi infrastruktur saat itu sering mengumpulkan pakar. Mereka berdiskusidan hasilnya kemudian disampaikan ke Jokowi.Tim Transisi juga mempersiapkan arsitektur kabinet Jokowi. Berkali-kali mereka mengadakan rapat untuk menggodok susunan pembantu Presiden yang tepat untuk Jokowi. Mereka mengadakan pertemuan dengan sejumlah lembaga negara mulai dari UKP4, Bappenas, hingga Wapres Boediono dan Menko Polhukam Djoko Suyanto. Akbar selalu hadir dalam pertemuan itu demi memastikan ada transisi yang mulus dari pemerintahan SBY ke Jokowi.
Setelah pelantikan, satu per satu anggotaTim Transisi mendapat posisi di sampingJokowi. Rini Soemarno ditunjuk sebagai Menteri BUMN, Anies Baswedan duduk diposisi Mendikbud, dan Andi Widjajanto didapuk menjadi Seskab. Sementara itu, Hasto Kristianto kembali mengabdi ke partai dengan mengisi posisi Plt Sekjen PDIP.
Bagaimana dengan Akbar? Pria yang sudah terpilih sebagai anggota DPR ini tetap menjalankan tugasnya seperti biasa. Ia duduk di Komisi III yang membidangi hukum.
Selama ini, tak pernah ada protes terlempar dari Akbar yang 'tertinggal' dibanding rekannya sesama Tim Transisi. Tapi, ucapan Luhut yang membanggakan lulusan Harvard University di Kantor Staf Kepresidenan ternyata mengusik hatinya. Uneg-uneg pun ia keluarkan. Hanya saja, pesan yang sebenarnya hanya dibagikan ke grup terbatas berisi segelintir orang ternyata bocor ke publik.
"Yth. Pak Yanuar Nugroho, saya Akbar Faizal alumni IKIP Ujung Pandang jurusan Sastra (S1) dan Komunikasi Politik (S2) UI, sekarang anggota DPR RI. Saya ucapkan selamat atas jabatan mentereng sebagai deputinya Jenderal Luhut," begitu bunyi pesan Akbar di awal.
Akbar lalu membandingkan peran Luhut yang saat itu menjabat sebagai penasehat senior Kantor Transisi denganpara ketum parpol pengusung Jokowi-JK. Ada pula jasa berbagai kelompok relawan dalam memenangkan Jokowi-JKyang diungkit Akbar.
"Ada beberapa peran Pak Luhut yang cukup layak untuk dicatat dalam pemenangan Jokowi meski menurutku tidak sebesar peran Megawati yang memerintahkan PDIP hingga ke akar rumput untuk memenangkan Jokowi," sambungnya.
Pria asal Makassar ini lalu mengulas satuper satu asal institusi pendidikan loyalis-loyalis Jokowi. Eva Sundari yang pernah kuliah di Inggris, Rieke Diah Pitaloka yangmerupakan lulusan UI, hingga Teten Masduki yang adalah alumni IKIP.
"Tak ada anak Harvard di tim pemenangan kami," sindir Akbar.
Dia kemudian membahas tentang cara kerja Luhut Panjaitan bersama tim pemenangan yang dibentuknya yaitu Bravo 5. Akbar dan kawan-kawan saat itumengaku kagum dengan kehebatan teknologi yang diajukan oleh tim Luhut.
"Juga proposal beliau tentang sistem IT beliau yang cukup memarkir mobil di depan KPU dan seluruh data-data bisa tersedot. Kami di Jl. Subang 3A --itu markas utama pemenangan Jokowi Mas-- terkagum-kagum membayangkan kehebatan teknologi Pak LBP sekaligus mengernyitkan dahi tentang proses kerja penyedotan data tadi. Saya yang pernah menjadi wartawan senyum-senyum saja sebab sedikit paham soal IT. Senyumanku semakin melebar saat membaca jumlah dan yang dibutuhkan untuk pengadaan teknologi sedot-menyedot tadi," paparnya.
Akbar menuturkan bagaimana ia dari awal ingin mempersoalkan Kantor Staf Kepresidenan yang tidak ada di perencanaan awal namun takut dituding macam-macam. Ada pula pertanyaan yang muncul tentang ahli-ahli di sekitar Jokowi yang mendapat jabatan tidak sesuai dengan kompetensinya.
"Sebenarnya saya tak perlu terlalu menanggapi soal Harvard ini. Saya juga pernah ke sana tapi sebagai turis. Otak saya memang tak akan mampu kuliah di sana. Lha wong saya orang desa. Bahasa Bugis saya juga jauh lebih lancardari Bahasa Inggris saya. Namun soal Harvard ini membuat saya merasa "koq kalian menghina bangsamu sendiri? Merendahkan kualitas pendidikan bangsamu yang kabarnya akan kau katrol kualitasnya dengan cara memasukkan orang Harvard atau entah dari mana lagi di luar negeri sana? Mengapa kalian semakin jauh dari 'kesepakatan awal kita di tim dulu untuk menghormati bangsamu sendiri?' Mengapa kalian makin kurang ajar saja?" keluh Akbar.
Akbar seakan-akan ditinggal sendiri di DPR. Dia harus menghadapi gempuran dari Koalisi Merah Putih terkait berbagai isu. Mantan kader Hanura ini juga mempertanyakan realisasi yang makin jauh dari rencana-rencana yang ia susun saat masih di transisi.
"Mas Yanuar, sebagai anggota DPR pendukung pemerintah dan Insya Allah punya peran (meski sangat kecil) terhadap kemenangan Jokowi-JK, saya ingin kalian di istana fokus pada tugas yang lebih membumi. Misalnya, jangan biarkan kami di DPR dihajar bagai sansakoleh orang-orang Prabowo dalam kasus kenaikan tunjangan mobil pejabat, misalnya, hanya karena kalian tak mampu berkomunikasi dengan kami di DPR," ujarnya.
Sepak terjang Kantor Staf Kepresidenan, dinilai Akbar, makin jauh dari kewenangannya. Ketua DPP NasDem ini mengingatkan Luhut bahwa yang dipilih rakyat adalah Jokowi-JK, bukan sang purnawirawan jenderal.
"Saya sarankan agar menahan diri dalam memberikan masukan ke Presiden. Jangan racuni pikiran Presiden yang polos dengan permainan yang dulu kami hindarkan beliau lakukan meski kadang gregetan lihat langkah-langkah tim Prahara. Terkhusus dengan Pak JK, saya minta kalian berikan rasa hormat. Tanggal 9 Juli lalu, 63% penduduk Indonesia memilih Jokowi-JK dan bukan Jendral Luhut Binsar Panjaitan apalagi Anda-anda yang bergabung belakangan,"tutup Akbar.

Sumber : http://m.detik.com/news/read/2015/04/06/074130/2878566/10/1/rintihan-hati-akbar-faizal

Ayo nasbung komennya nih ada nastak curhat, ternyata bukan brewok atau mamak banteng yg kuasai istana tp Sang Jenderal yg bawa gerbong mafia barkeley

Link: http://adf.ly/1DZzf1
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive