JAKARTA, Jaringnews.com - Meski minim dari liputan media massa, panggung debat Calon Presiden (Capres) Konvensi Partai Demokrat banyak memunculkan gagasan-gagasan segar dan tajam. Debat itu semakin bermakna, karena para Capres berbicara dalam bahasa yang mudah dimengerti, menggali persoalan-persoalan bangsa ke taraf praktis, bersilang ide dengan konstruktif dan jauh dari saling menjatuhkan lewat sentimen-sentimen personal.
Salah satu soal yang menarik disimak ialah perihal meningkatkan daya saing dan kualitas pendidikan di Tanah Air. Ide ini awalnya banyak disuarakan oleh Gita Wirjawan, mantan Menteri Perdagangan yang semakin banyak digandrungi anak-anak muda. Sebagai bagian dari 'kampanye'-nya untuk membangkitkan rasa percaya diri kaum muda di tengah persaingan global, alumni Kennedy School of Government Universitas Harvard ini melontarkan gagasan untuk mendorong sebanyak mungkin anak-anak muda going global lewat dunia pendidikan.
Gita mengatakan, reorientasi pendidikan menjadi kunci penguatan sumber daya manusia Indonesia di dunia. Di mata dia, alokasi 20 persen APBN untuk sektor pendidikan tak menjadi jaminan, sepanjang tidak ada perencanaan yang jelas perihal bagaimana meningkatkan daya saing SDM.
Oleh karena itu, Gita Wirjawan mengatakan, perlunya Indonesia mengirim sebanyak mungkin putra-putra terbaiknya mengecap pendidikan di universitas-universitas terbaik di luar negeri. Gagasan yang sudah pernah ia praktikkan ketika dia menjadi Kepala BKPM dan Menteri Perdagangan itu, menurut dia, merupakan salah satu cara untuk mengejar ketertinggalan RI di bidang pendidikan.
"Salah satu kebijakan saya saat menjabat Menteri Perdagangan ialah menyekolah ratusan staf kementerian ke pelbagai universitas terbaik di luar dan dalam negeri. Dalam skala besar, harusnya kita bisa mengirim ribuan pelajar Indonesia ke kampus-kampus bergengsi tapi dengan perencanaan yang jelas. Saya lihat sekarang belum maksimal dan output sumber daya manusianya tidak merata", kata Gita Wirjawan kepada wartawan belum lama ini.
Dengan alokasi anggaran yang besar, menurut Gita Wirjawan, seharusnya dapat diperluas beasiswa pendidikan tinggi, sehingga jumlah sarjana di Indonesia proporsional dengan jumlah penduduknya.
"Sekarang jumlah (bergelar) S3 tidak lebih dari 30.000, itu belum cukup menopang industrialisasi kita," kata Gita saat berkunjung ke redaksi Kompas.com. Padahal, menurut hitungannya, Indoensia paling tidak memerlukan 200.000 orang lulusan S3. Para mahasiswa Indonesia yang dibiayai studi di luar negeri, tutur dia, juga dapat menjadi duta untuk mengenalkan budaya nusantara di kancah dunia.
Sementara itu Anies Baswedan, Capres muda Partai Demokrat lainnya, menggulirkan ide yang sedikit berbeda. Menurut dia, jika ia terpilih menjadi presiden, ia akan mendatangkan sebanyak mungkin profesor yang berkometen dari luar negeri untuk mengajar di Indonesia.
Anies yang adalah rektor nonaktif Universitas Paramadina, tampaknya menganggap, tenaga pengajar di Indonesia masih kalah dibanding dosen-dosen dari luar negeri. Dengan mendatangkan para profesor asing itu, menurut dia, setidaknya para dosen domestik lebih terpacu untuk meningkatkan kualitas.
"Ini efeknya akan ada dua, pertama mahasiswa akan mendapatkan kualitas pendidikan, yang kedua sesama dosen akan merasa terbandingkan, sehingga dosen di sini akan meningkat kualitasnya," ujar kata Anies dalam diskusi di Makassar.
Anies menilai, hal ini juga berguna untuk mengusir rasa puas diri yang ada pada kalangan pendidik di Tanah Air. "Saat ini yang terjadi rasanya pendidikan tinggi sudah hebat sekali. Saatnya datangkan pembanding untuk para dosen, karena kalau tidak ada pembanding rasanya hebat terus. Begitu ada pembanding maka para dosen akan berusaha meningkatkan kualitasnya," ujar dia.
Pada gilirannya, menurut dia, gagasan ini juga akan efektif untuk mengenalkan Indonesia ke dunia Internasional. Soalnya, para profesor yang mengajar di Indonesia setelah kembali ke negaranya, kata dia, akan jadi duta besar yang akan terus mengenal dan bercerita tentang Indonesia.
Sesungguhnya bila disimak lebih jauh, kedua ide ini dapat juga saling melengkapi. Ide Anies melengkapi gagasan Gita atau sebaliknya, ide Gita menyempurnakan proposal Anies. Yang jelas, keduanya masih tetap serius mengikuti serial debat Capres Konvensi Partai Demokrat.
sumber
Gimana gan?
Lebih suka datangkan banyak profesor ke Indonesia untuk transfer ilmu atau kirim sebanyak mungkin mahasiswa keluar.
Memang sih kalau dilihat kedua gagasan tersebut sifatnya temporer dalam mengatasi masalah pendidikan.
Solusi permanen buat ane adalah perbesar anggaran R&D.
Salah satu diantara dua orang ini ada yg visinya memperhatikan R&D.