MEDAN - Kasus dugaan rekayasa kasus kepemilikan narkoba oleh polisi kembali terjadi. Kali ini giliran Jeri Ordona Ginting (38), warga Jl. Abdullah Lubis Medan yang jadi korban.
Selain dijebak atas kepemilikan sabu-sabu, korban juga dianiaya dan dijebloskan ke balik jeruji besi Dit Res Narkoba Poldasu.
Aksi koboy 5 oknum polisi ini terekam di CCTV yang terpasang di Hotel Robinson, Jl. Abdullah Lubis Medan, tempat korban bekerja, Jumat (21/2) sekira pukul 19.00 WIB lalu.
Dalam CCTV itu terungkap, saat Jeri dipukuli polisi, seorang lelaki bertopi dan berambut gondrong sengaja mencampakkkan sabu-sabu tak jauh dari bangku panjang tempat Jeri semula duduk.
Kasus yang mencoreng nama baik Polri ini terungkap saat Popy Andriani (22) dilarang petugas piket menjenguk suaminya (Jeri), Kamis (27/3) siang.
Saat ditemui POSMETRO MEDAN (Grup JPNN), Popy langsung memprotes penangkapan yang dilakukan 5 petugas Dit Res Narkoba Poldasu. Pasalnya, malam itu itu suaminya yang bekerja sebagai pengawas di Hotel Robinson sedang duduk santai di lobi.
Namun, petugas yang menyamar tiba-tiba datang dan menuduh suaminya sebagai bandar narkoba. Ketakutan, Jeri memilih berlari ke luar hotel. "Tapi dia berhasil ditangkap. Dan di situlah dia dipukuli," kenang Popy sembari menyebutkan dirinya saat itu sedang berada di rumah mereka yang hanya berjarak sekira 25 meter dari hotel.
Kemudian, lanjut Popy, setelah dapat kabar suaminya dipukuli dari warga sekitar, Popy pun mendatangi lokasi. "Saat itu aku masih melihat suamiku dipukuli. Makanya akupun berusaha menolongnya," kenangnya.
Kala itu, lanjut Popy, salah seorang petugas melakukan pemukulan menuduh Jeri merupakan bandar narkoba. "Dibilangnya suamiku bandar narkoba. Makanya aku langsung bilang tidak mungkin. Mana buktinya? Dan suamiku pun disitu bilang tak ada," ucapnya.
Perempuan berambut ikal ini juga sempat menanyakan kenapa polisi memukuli suaminya. "Kalau memang dia mau ditangkap, ya dibawa saja jangan dipukuli kayak gini," kata Popy kala itu.
Namun sayang, saran Popy malah membuat seorang petugas makin emosi. Dengan senjata api di tangan kanan, polisi tersebut kemudian mendorong leher Popy hingga jatuh.
"Baru siap itu, mereka bawa suamiku ke dalam mobil Avanza warna hitam. Dan pergi ke arah pajak Pringgan," ucapnya. Takut dengan keselamatan suaminya, Popy pun mencari tau kemana Jeri dibawa.
"Saya sudah datangi Polsek Medan Baru, tidak ada. Kemudian saya datangi Polresta Medan, juga tidak ada. Sampai akhirnya saya datang ke Poldasu. Di sinilah saya baru melihat suami saya. Capek kali aku mencari," bebernya. Mirisnya lagi, pascaditahan, Popy juga dapat info kalau suaminya sering dipukuli polisi di dalam tahanan.
"Maka itu saya tadi datang mau menjenguk. Tapi nggak dikasih ijin sama petugas piket itu. Aku sangat kawatir dengan keadaanya," lirihnya. Selain itu, Popy juga curiga dengan kinerja polisi yang tak kunjung mengirim berkas suaminya ke jaksa.
"Sudah satu bulan suamiku ditahan di sini. Itu yang buat saya kesal. Apalagi kasusnya gantung seperti ini. Sepertinya suamiku dipaksa mengaku," kesalnya. Untuk itu, Popy mendesak polisi segera membebaskan suaminya.
"Kan tidak ada sabu-sabu itu sama dia. Dia itu dituding memiliki sabu seberat 5 gram. Soalnya, macam ada rekayasa waktu dia ditangkap. Bukan apa, dari rekaman CCTV, ada seorang kibus yang menggeser sabu itu ke arah dia, padahal saat itu dia sudah tidak ada di situ," cetusnya.
Terpisah, Dit Res Narkoba Poldasu, Kombes Pol Toga H Panjaitan mengatakan pihaknya akan melihat hasil gelar perkara terlebih dulu. "Kita liat aja dulu hasil gelar perkaranya nanti," singkatnya. (ind/deo)
Kronologi Penangkapan:
1. Jeri Ordona Ginting yang tengah duduk di pojok bangku Hotel Robinson, Jl. Abdullah Lubis Medan, tempatnya bekerja, Jumat (21/2) malam lalu.
2. Dua orang pria duduk mendekatinya. Beberapa menit kemudian seorang pria yang duduk di tengah berdiri dan mendatanginya. Lantaran hendak ditangkap polisi, Jeri Ordona berlari dan dikejar tiga petugas.
3. Saat aksi pengejaran tersebut, muncul seorang pria gondrong mengenakan topi dan melemparkan sebuah bungkusan kecil sabu tepat di depan bangku Jeri duduk.
4. Pria bertopi tadi beberapai kali mengotak-atik bungkusan kecil tersebut dengan meraihnya dengan tangan dan menggesernya dengan kaki, hingga benar-benar tepat di depan bangku Jeri.
5. Selanjutnya pria bertopi yang disyaki bukan polisi itu duduk di bangku tempat Jeri sebelumnya. Dan selang beberapa menit, muncul seorang polisi menggenggam pistol mengambil bungkusan kecil yang dinyatakan sabu-sabu.
6. Polisi berpistol itu lantas menuduhkan barang haram itu milik Jeri Ordona dan dituding sebagai bandar narkoba.
7. Polisi yang diketahui personel Dit Res Narkoba Poldasu, lantas memboyong Jeri ke Markas Poldasu, setelah sebelumnya menganiaya warga Jl. Abdullah Lubis Medan itu.
8. Tak terima dengan penangkapan suaminya yang direkayasa, Kamis (27/3) petang, Popy Andriani (22) mendatangi Kantor Dit Res Narkoba Poldasu dengan membawa bukti rekaman CCTV rekayasa penangkapan suaminya.
Sumber CCTV penangkapan yang diterima POSMETRO MEDAN
http://m.jpnn.com/news.php?id=224830
tenang aja , nanti ada pengadilah akhirat
Selain dijebak atas kepemilikan sabu-sabu, korban juga dianiaya dan dijebloskan ke balik jeruji besi Dit Res Narkoba Poldasu.
Aksi koboy 5 oknum polisi ini terekam di CCTV yang terpasang di Hotel Robinson, Jl. Abdullah Lubis Medan, tempat korban bekerja, Jumat (21/2) sekira pukul 19.00 WIB lalu.
Dalam CCTV itu terungkap, saat Jeri dipukuli polisi, seorang lelaki bertopi dan berambut gondrong sengaja mencampakkkan sabu-sabu tak jauh dari bangku panjang tempat Jeri semula duduk.
Kasus yang mencoreng nama baik Polri ini terungkap saat Popy Andriani (22) dilarang petugas piket menjenguk suaminya (Jeri), Kamis (27/3) siang.
Saat ditemui POSMETRO MEDAN (Grup JPNN), Popy langsung memprotes penangkapan yang dilakukan 5 petugas Dit Res Narkoba Poldasu. Pasalnya, malam itu itu suaminya yang bekerja sebagai pengawas di Hotel Robinson sedang duduk santai di lobi.
Namun, petugas yang menyamar tiba-tiba datang dan menuduh suaminya sebagai bandar narkoba. Ketakutan, Jeri memilih berlari ke luar hotel. "Tapi dia berhasil ditangkap. Dan di situlah dia dipukuli," kenang Popy sembari menyebutkan dirinya saat itu sedang berada di rumah mereka yang hanya berjarak sekira 25 meter dari hotel.
Kemudian, lanjut Popy, setelah dapat kabar suaminya dipukuli dari warga sekitar, Popy pun mendatangi lokasi. "Saat itu aku masih melihat suamiku dipukuli. Makanya akupun berusaha menolongnya," kenangnya.
Kala itu, lanjut Popy, salah seorang petugas melakukan pemukulan menuduh Jeri merupakan bandar narkoba. "Dibilangnya suamiku bandar narkoba. Makanya aku langsung bilang tidak mungkin. Mana buktinya? Dan suamiku pun disitu bilang tak ada," ucapnya.
Perempuan berambut ikal ini juga sempat menanyakan kenapa polisi memukuli suaminya. "Kalau memang dia mau ditangkap, ya dibawa saja jangan dipukuli kayak gini," kata Popy kala itu.
Namun sayang, saran Popy malah membuat seorang petugas makin emosi. Dengan senjata api di tangan kanan, polisi tersebut kemudian mendorong leher Popy hingga jatuh.
"Baru siap itu, mereka bawa suamiku ke dalam mobil Avanza warna hitam. Dan pergi ke arah pajak Pringgan," ucapnya. Takut dengan keselamatan suaminya, Popy pun mencari tau kemana Jeri dibawa.
"Saya sudah datangi Polsek Medan Baru, tidak ada. Kemudian saya datangi Polresta Medan, juga tidak ada. Sampai akhirnya saya datang ke Poldasu. Di sinilah saya baru melihat suami saya. Capek kali aku mencari," bebernya. Mirisnya lagi, pascaditahan, Popy juga dapat info kalau suaminya sering dipukuli polisi di dalam tahanan.
"Maka itu saya tadi datang mau menjenguk. Tapi nggak dikasih ijin sama petugas piket itu. Aku sangat kawatir dengan keadaanya," lirihnya. Selain itu, Popy juga curiga dengan kinerja polisi yang tak kunjung mengirim berkas suaminya ke jaksa.
"Sudah satu bulan suamiku ditahan di sini. Itu yang buat saya kesal. Apalagi kasusnya gantung seperti ini. Sepertinya suamiku dipaksa mengaku," kesalnya. Untuk itu, Popy mendesak polisi segera membebaskan suaminya.
"Kan tidak ada sabu-sabu itu sama dia. Dia itu dituding memiliki sabu seberat 5 gram. Soalnya, macam ada rekayasa waktu dia ditangkap. Bukan apa, dari rekaman CCTV, ada seorang kibus yang menggeser sabu itu ke arah dia, padahal saat itu dia sudah tidak ada di situ," cetusnya.
Terpisah, Dit Res Narkoba Poldasu, Kombes Pol Toga H Panjaitan mengatakan pihaknya akan melihat hasil gelar perkara terlebih dulu. "Kita liat aja dulu hasil gelar perkaranya nanti," singkatnya. (ind/deo)
Kronologi Penangkapan:
1. Jeri Ordona Ginting yang tengah duduk di pojok bangku Hotel Robinson, Jl. Abdullah Lubis Medan, tempatnya bekerja, Jumat (21/2) malam lalu.
2. Dua orang pria duduk mendekatinya. Beberapa menit kemudian seorang pria yang duduk di tengah berdiri dan mendatanginya. Lantaran hendak ditangkap polisi, Jeri Ordona berlari dan dikejar tiga petugas.
3. Saat aksi pengejaran tersebut, muncul seorang pria gondrong mengenakan topi dan melemparkan sebuah bungkusan kecil sabu tepat di depan bangku Jeri duduk.
4. Pria bertopi tadi beberapai kali mengotak-atik bungkusan kecil tersebut dengan meraihnya dengan tangan dan menggesernya dengan kaki, hingga benar-benar tepat di depan bangku Jeri.
5. Selanjutnya pria bertopi yang disyaki bukan polisi itu duduk di bangku tempat Jeri sebelumnya. Dan selang beberapa menit, muncul seorang polisi menggenggam pistol mengambil bungkusan kecil yang dinyatakan sabu-sabu.
6. Polisi berpistol itu lantas menuduhkan barang haram itu milik Jeri Ordona dan dituding sebagai bandar narkoba.
7. Polisi yang diketahui personel Dit Res Narkoba Poldasu, lantas memboyong Jeri ke Markas Poldasu, setelah sebelumnya menganiaya warga Jl. Abdullah Lubis Medan itu.
8. Tak terima dengan penangkapan suaminya yang direkayasa, Kamis (27/3) petang, Popy Andriani (22) mendatangi Kantor Dit Res Narkoba Poldasu dengan membawa bukti rekaman CCTV rekayasa penangkapan suaminya.
Sumber CCTV penangkapan yang diterima POSMETRO MEDAN
http://m.jpnn.com/news.php?id=224830
tenang aja , nanti ada pengadilah akhirat