Quote:Pesan Satinah: Tidak di Dunia, Ketemu di Akhirat
Semarang - Satinah, tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi yang terancam hukuman pancung, sudah mengirim pesan ke keluarganya di Ungaran, Kabupaten Semarang. Dia menelepon Ahad lalu. "Satinah sudah menyampaikan beberapa pesan menjelang tenggat pembayaran diyat," kata Sulastri, kakak Satinah, Jumat, 28 Maret 2014.
Di ujung telepon, Satinah menyatakan sudah pasrah mengenai nasibnya. Dia menyerahkan nasib umurnya kepada Tuhan. "Kalau enggak bisa bertemu (keluarga) di dunia, ya, ketemu di akhirat," kata Sulastri menirukan ucapan Satinah.
Satinah, kata Sulastri, juga sudah berpesan jika anak semata wayangnya, Nur Afriani, sudah beranjak dewasa dan ingin menikah, dipersilakan menikah. "Kalau Nur mau menikah, ya, nikahkan. Tak usah menunggu saya," ujar Sulastri menirukan pesan kakaknya.
Keluarga Satinah di Ungaran semakin susah saat mendengar pesan Satinah menitipkan anaknya. Maklum, sejak 2006, Nur ditinggal Satinah bekerja di Arab Saudi. Sehari-hari Nur ikut pamannya di Ungaran. "Titip Nur, ya. Mohon maaf aku tak bisa membalas kebaikanmu," ujar Sulastri menirukan ucapan Satinah.
Beberapa ucapan Satinah tersebut membuat para anggota keluarga yang mendengar langsung menumpahkan air mata. Bahkan, kata Sulastri, kakaknya juga sudah selalu menyampaikan permohonan maaf. "Kalau aku enggak bisa ditolong, aku sudah ikhlas," ujar Satinah.
Sulastri menyatakan saat ini utusan pemerintah Indonesia sudah berada di Arab Saudi untuk menyelamatkan nyawa Satinah. "Kami di Ungaran hanya bisa berdoa," ujar Sulastri. Keluarga Satinah di Ungaran juga sudah meminta kiai di kampungnya untuk melakukan ritual doa-doa agar Satinah bisa pulang ke Indonesia.
Satinah terancam hukuman pancung setelah divonis terbukti membunuh majikannya, Nura Al Garib, pada 2007. Satinah mengaku terpaksa membunuh lantaran tak terima dituduh mencuri uang sang majikan senilai 38 ribu riyal. Pengadilan Arab Saudi menjatuhkan hukuman pancung atau membayar 7 juta riyal, setara Rp 21 miliar, jika ingin dimaafkan.
SUMBER....
Pesan yang di tinggalkan Satinah bikin hati sedih banget, dia sudah pasrah dengan umurnya, soalnya untuk bebasin dia tidak gampang karena keluarga korban meminta uang diyat sebanyak 7 juta riyal yang artinya kalo di rupiahkan sebanyak 21 milyar, itu kan gede banget untuk ukuran keluarga Satinah di Indonesia!!!!!
Semarang - Satinah, tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi yang terancam hukuman pancung, sudah mengirim pesan ke keluarganya di Ungaran, Kabupaten Semarang. Dia menelepon Ahad lalu. "Satinah sudah menyampaikan beberapa pesan menjelang tenggat pembayaran diyat," kata Sulastri, kakak Satinah, Jumat, 28 Maret 2014.
Di ujung telepon, Satinah menyatakan sudah pasrah mengenai nasibnya. Dia menyerahkan nasib umurnya kepada Tuhan. "Kalau enggak bisa bertemu (keluarga) di dunia, ya, ketemu di akhirat," kata Sulastri menirukan ucapan Satinah.
Satinah, kata Sulastri, juga sudah berpesan jika anak semata wayangnya, Nur Afriani, sudah beranjak dewasa dan ingin menikah, dipersilakan menikah. "Kalau Nur mau menikah, ya, nikahkan. Tak usah menunggu saya," ujar Sulastri menirukan pesan kakaknya.
Keluarga Satinah di Ungaran semakin susah saat mendengar pesan Satinah menitipkan anaknya. Maklum, sejak 2006, Nur ditinggal Satinah bekerja di Arab Saudi. Sehari-hari Nur ikut pamannya di Ungaran. "Titip Nur, ya. Mohon maaf aku tak bisa membalas kebaikanmu," ujar Sulastri menirukan ucapan Satinah.
Beberapa ucapan Satinah tersebut membuat para anggota keluarga yang mendengar langsung menumpahkan air mata. Bahkan, kata Sulastri, kakaknya juga sudah selalu menyampaikan permohonan maaf. "Kalau aku enggak bisa ditolong, aku sudah ikhlas," ujar Satinah.
Sulastri menyatakan saat ini utusan pemerintah Indonesia sudah berada di Arab Saudi untuk menyelamatkan nyawa Satinah. "Kami di Ungaran hanya bisa berdoa," ujar Sulastri. Keluarga Satinah di Ungaran juga sudah meminta kiai di kampungnya untuk melakukan ritual doa-doa agar Satinah bisa pulang ke Indonesia.
Satinah terancam hukuman pancung setelah divonis terbukti membunuh majikannya, Nura Al Garib, pada 2007. Satinah mengaku terpaksa membunuh lantaran tak terima dituduh mencuri uang sang majikan senilai 38 ribu riyal. Pengadilan Arab Saudi menjatuhkan hukuman pancung atau membayar 7 juta riyal, setara Rp 21 miliar, jika ingin dimaafkan.
SUMBER....
Pesan yang di tinggalkan Satinah bikin hati sedih banget, dia sudah pasrah dengan umurnya, soalnya untuk bebasin dia tidak gampang karena keluarga korban meminta uang diyat sebanyak 7 juta riyal yang artinya kalo di rupiahkan sebanyak 21 milyar, itu kan gede banget untuk ukuran keluarga Satinah di Indonesia!!!!!