Quote:Bengkulu - Pemanasan global akan semakin terasa apabila manusia tidak berbuat apa-apa. Sebab, energi matahari terperangkap dalam jumlah yang meningkat akibat gas rumah kaca. Efek pemanasan global juga mulai terjadi, seperti banjir, kekeringan, peningkatan suhu bumi, dan naiknya permukaan laut.
Menyikapi permasalahan tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengajak masyarakat untuk menanam pohon jati. "Salah satu cara mengatasi pemanasan global adalah menanam pohon. Menanam pohon jati lebih baik karena selain bisa mengurangi pemanasan global, juga sebagai bentuk investasi," kata Syamsidah Rahmawati, peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, di Bengkulu, Sabtu, 28 September 2013.
Ajakan menanam pohon jati ini sekaligus suatu upaya memperkenalkan bibit jati buatan LIPI bernama Jati Berlian dan Jati Platinum. Syamsidah mengatakan, kebanyakan bibit jati yang ditanam kurang bagus karena ketersediaan bibit bagus yang terbatas.
Kendala utama penanaman jati ini, kata dia, harga bibit berkualitas yang relatif mahal karena induk impor diperbanyak secara kultur jaringan. Hanya ada beberapa bibit bagus yang tersedia di Indonesia, salah satunya jati plus Perhutani.
Di luar negeri, jati bagus telah dikembangkan dan dipaket sebagai program investasi bersama properti. Program investasi jati di Indonesia juga sudah ada, masih terbatas luasannya. "Di Malaysia, Thailand, dan India, jati bagus telah dikembangkan sebagai program investasi bersama properti," kata Syamsidah.
Menurut dia, Indonesia bisa tertinggal bila tidak peduli terhadap perkembangan perjatian dunia. Karena itu, LIPI berpartisipasi mengembangkan pembibitan jati berkualitas bagus.
Jati Platinum buatan LIPI diperbanyak dengan teknologi in vitro dan sudah diuji coba penanamannya pada Maret 2012 di Nusa Tenggara Barat. "Saat ini persebaran penanaman Jati Platinum LIPI sudah ada dari Sabang sampai Merauke," ujarnya.
Kandungan karbon satu log jati sebesar 100 kilogram dan satu pohon jati mampu menyerap karbon 10 kilogram per tahun. Sedangkan emisi karbon dioksida (CO2) dari kendaraan bermotor rata-rata 258 gram per kilometer. Artinya, dibutuhkan sekitar 50 pohon dari setiap orang yang mengendarai kendaraan bermotor untuk menyerap karbon.
LIPI, ia menambahkan, mengajak masyarakat menanam pohon jati karena selain menyelamatkan bumi, juga bisa mendatangkan keuntungan. Yang dibutuhkan adalah lahan pribadi minimal 1 hektare.
Harga bibit dan pemeliharaan Jati Rp 100 ribu per tanaman. Namun, keuntungan yang bisa didapat dari menjual pohon jati berumur 10 tahun sekitar Rp 1 juta sampai Rp 3 juta per pohon. Keuntungan akan semakin tinggi apabila umur tanaman semakin tua.
Satu pohon jati LIPI berumur 10 tahun dapat dipanen log berdiameter 20 sentimeter dengan panjang 10 meter. "Menanam jati sama dengan menyelamatkan bumi sekaligus berinvestasi," ujarnya.
sumber: TEMPO
disaat negara lain sedang memulihkan lingkungan disini malah semakin dirusak, yuk gan kita belajar menanam jati, memang sih butuh modal yang lumayan ane bingung tapi mau tanem dimana secara halaman ga cukup untuk pohon