JAKARTA, KOMPAS.com � Seorang pria paruh baya tiba-tiba menangis di depan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Peristiwa itu terjadi seusai Prabowo menerima dukungan dari ratusan jenderal purnawirawan TNI-Polri sebagai calon presiden, di Wisma Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (27/3/2014).
Pria bernama Darmanto itu kemudian menemui Prabowo. Ternyata, ia mantan anak buah Prabowo ketika bertugas di Timor Timur hingga menjabat sebagai Danjen Kopassus. Pertemuan antara keduanya terjadi secara tidak sengaja.
Awalnya, Darmanto yang tinggal di Cijantung, Jakarta Timur, mendapatkan informasi bahwa Prabowo akan memperoleh dukungan dari purnawirawan TNI-Polri di Bidakara. Ia pun bergegas berangkat dari rumahnya menuju ke lokasi acara. Ketika acara berlangsung, Darmanto segan untuk duduk di barisan depan yang mayoritas diisi oleh perwira tinggi TNI-Polri itu. Ia memilih duduk di kursi belakang dan menunggu Prabowo selesai memberikan pidato politiknya.
Seusai acara, Darmanto, yang pensiun dengan pangkat mayor, merasa ragu untuk menemui Prabowo. Ia khawatir Prabowo tak akan mengenalinya lagi. Kemudian ia memilih meninggalkan ruangan dan menuju toilet yang berada di sisi luar aula.
Sesaat kemudian, Prabowo yang tengah berjalan ke luar aula terhenti di depan toilet karena lajunya tertahan oleh wartawan. Darmanto pun akhirnya keluar dari toilet dan berhasil menemui mantan atasannya itu.
Bagi Darmanto, bertemu Prabowo menjadi sebuah anugerah. Ia tak kuasa menahan tangis karena belasan tahun tak bertemu. Tangisnya tumpah di pelukan Prabowo. Awalnya, Prabowo tak menyadari bahwa yang dipeluknya adalah mantan anak buahnya. Setelah beberapa saat barulah ia sadar bahwa pria yang memeluknya itu Darmanto, mantan anak buahnya.
"Ini sersan saya yang jago perang. Rambut kamu sudah putih. Darmanto ini jago perang. Apa pangkat terakhir kamu?� tanya Prabowo.
�Siap, mayor, Jenderal,� kata Darmanto, masih dengan tangis sesenggukan.
�Wah hebat juga kamu bisa sampai mayor,� kata Prabowo.
Keduanya lantas berbincang dan bernostalgia mengenai pengalaman yang pernah dilalui. Namun, perbincangan mereka tak berlangsung lama karena Prabowo harus segera meninggalkan lokasi.
Kepada wartawan, Darmanto menceritakan bahwa kariernya di TNI banyak dibantu oleh Prabowo. Saat itu, ia masuk TNI melalui jalur Tamtama. Rupanya Prabowo melihat potensi yang baik dari dirinya sehingga ia merekomendasikan Darmanto untuk mengikuti sekolah perwira.
Seusai menjalani pendidikan perwira tahun 1978, kemudian Darmanto ikut bersama Prabowo bertugas di Timor Timur. Di mata Darmanto, Prabowo merupakan sosok pemimpin yang tegas dan disiplin terhadap anak buahnya. Jika ada anak buahnya yang melakukan kesalahan, maka ia tak segan untuk memberikan hukuman. Menurut dia, wajar bahwa seorang pemimpin tegas dalam memimpin pasukan.
�Sampai saat ini, sikap kepemimpinan Pak Prabowo itu diikuti oleh komandan satuan yang ada di Kopassus sekarang,� ujarnya.
Terkait rencana Prabowo maju sebagai bakal capres Partai Gerindra, Darmanto mengaku sangat mendukungnya.
"Pak Prabowo sudah kaya, tidak mungkin akan mencari kekayaan jika menjadi presiden. Dulu Pak Prabowo selalu memikirkan kesejahteraan bawahannya," ujarnya.
Sumber
matabelo
Pria bernama Darmanto itu kemudian menemui Prabowo. Ternyata, ia mantan anak buah Prabowo ketika bertugas di Timor Timur hingga menjabat sebagai Danjen Kopassus. Pertemuan antara keduanya terjadi secara tidak sengaja.
Awalnya, Darmanto yang tinggal di Cijantung, Jakarta Timur, mendapatkan informasi bahwa Prabowo akan memperoleh dukungan dari purnawirawan TNI-Polri di Bidakara. Ia pun bergegas berangkat dari rumahnya menuju ke lokasi acara. Ketika acara berlangsung, Darmanto segan untuk duduk di barisan depan yang mayoritas diisi oleh perwira tinggi TNI-Polri itu. Ia memilih duduk di kursi belakang dan menunggu Prabowo selesai memberikan pidato politiknya.
Seusai acara, Darmanto, yang pensiun dengan pangkat mayor, merasa ragu untuk menemui Prabowo. Ia khawatir Prabowo tak akan mengenalinya lagi. Kemudian ia memilih meninggalkan ruangan dan menuju toilet yang berada di sisi luar aula.
Sesaat kemudian, Prabowo yang tengah berjalan ke luar aula terhenti di depan toilet karena lajunya tertahan oleh wartawan. Darmanto pun akhirnya keluar dari toilet dan berhasil menemui mantan atasannya itu.
Bagi Darmanto, bertemu Prabowo menjadi sebuah anugerah. Ia tak kuasa menahan tangis karena belasan tahun tak bertemu. Tangisnya tumpah di pelukan Prabowo. Awalnya, Prabowo tak menyadari bahwa yang dipeluknya adalah mantan anak buahnya. Setelah beberapa saat barulah ia sadar bahwa pria yang memeluknya itu Darmanto, mantan anak buahnya.
"Ini sersan saya yang jago perang. Rambut kamu sudah putih. Darmanto ini jago perang. Apa pangkat terakhir kamu?� tanya Prabowo.
�Siap, mayor, Jenderal,� kata Darmanto, masih dengan tangis sesenggukan.
�Wah hebat juga kamu bisa sampai mayor,� kata Prabowo.
Keduanya lantas berbincang dan bernostalgia mengenai pengalaman yang pernah dilalui. Namun, perbincangan mereka tak berlangsung lama karena Prabowo harus segera meninggalkan lokasi.
Kepada wartawan, Darmanto menceritakan bahwa kariernya di TNI banyak dibantu oleh Prabowo. Saat itu, ia masuk TNI melalui jalur Tamtama. Rupanya Prabowo melihat potensi yang baik dari dirinya sehingga ia merekomendasikan Darmanto untuk mengikuti sekolah perwira.
Seusai menjalani pendidikan perwira tahun 1978, kemudian Darmanto ikut bersama Prabowo bertugas di Timor Timur. Di mata Darmanto, Prabowo merupakan sosok pemimpin yang tegas dan disiplin terhadap anak buahnya. Jika ada anak buahnya yang melakukan kesalahan, maka ia tak segan untuk memberikan hukuman. Menurut dia, wajar bahwa seorang pemimpin tegas dalam memimpin pasukan.
�Sampai saat ini, sikap kepemimpinan Pak Prabowo itu diikuti oleh komandan satuan yang ada di Kopassus sekarang,� ujarnya.
Terkait rencana Prabowo maju sebagai bakal capres Partai Gerindra, Darmanto mengaku sangat mendukungnya.
"Pak Prabowo sudah kaya, tidak mungkin akan mencari kekayaan jika menjadi presiden. Dulu Pak Prabowo selalu memikirkan kesejahteraan bawahannya," ujarnya.
Sumber
matabelo