Quote:Ketika Maaf dan Memaafkan Dituduh Sebagai Modus
Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani, papi dan mami Ade Sara Angelina Suroto, sebagaimana diungkap oleh media (news online, tv, radio, dan media cetak), memaafkan pelaku pembunuhan putrinya. Ketika suara maaf dan memaafkan tersebut keluar dari mulut Suroto, banyak orang merasa heran, aneh, dan bertanya-tanya, mengapa hal tersebut bisa terjadi!?
Suroto pun memberi alasan yang tepat; alasan yang terbangun dari religiusitasnya dan terbentuk dari keimnannya yang kuat serta dewasa rohani. Menurut Suroto,
�Kalau berpikir secara manusiawi, kami tentu tidak bisa menerima anak kami dibunuh secara keji seperti itu, yang ada kami ingin membalas dendam perbuatan mereka. Ade Sara anak semata wayang, adalah tumpuan masa depan manakala nanti pensiun; namun Hafidt dan Assyifah telah membuyarkan harapan. Masa depan kami hilang.
Secara manusiawi, orang tua pasti marah mengetahui anaknya diperlakukan seperti itu. Tapi memaafkan kedua pelaku. Permaafan itu adalah pengewajantahan perintah Tuhan. Dalam Doa Bapa Kami ada kalimat untuk memaafkan orang yang bersalah.
Meski telah memaafkan, namun bukan berarti memaafkan lalu proses hukum selesai. Hukum harus terus berjalan, tidak boleh ada pengurangan hukuman atas kedua pelaku serta tidak boleh ada trik yang dilakukan untuk meringankan mereka, � (tribun/tempo/detik/kompas.com)�
Hal-hal di atas, merupakan pengakuan yang tulus, walau masih terasan getir dan harapan; harpan agar para pelaku dihukum atau mendapat penghukuman yang pantas. Bunda Ade Sara pun, Elisabeth Diana Dewayani senada dengan suaminya; ia yakin bahwa dua tersangka pembunuhan Ade Sara pada dasarnya anak yang baik. Namun, saat pembunuhan terjadi, sejoli ini sedang dikuasai sisi jahat. Maaf dan memaafkan ia berikan kepada kedua pembumbunuh. Luar biasa.
Pasangan suami-isteri, Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani, papi dan mami Ade Sara Angelina Suroto, secara gamblang terlah memperlihatkan kepada anda dan saya (kita, siapa pun, dan semua) tentang makna maaaf serta memaafkan, bahkan cenderung sebagai bentuk pengampunan terhadap orang yang bersalah. Dan, itu hanya bisa muncul dari spiritualitas yang dewasa, sesuai dengan apa yang ia imani.
Dari image di atas, sejatinya, maaf dan memaafkan adalah B, tak membekas dan sama sekali melupakan (dan membebaskan dari hukum sipil atau Negara); maaf dan memaafkan juga membuat adanya hubungan baru antara yang diberi maaf dan pemberi maaf. Jika maaf dan memaafkan seperti A, maka akan menjadi akar pahit pada masa kemudian, dan itu akan membuka peluang adanyan ingatkan kembali salah dan kesalahan yang pernah dibuat.
Sayangnya, ketulusan maaf dan memaafkan tersebut, mendapat apresiasi negatif dari beberapa orang; dan dituduh sebagai modus.
Tuduhan sebagai modus tersebut dibagikan ke media sosial sebagai kebenaran; akibatnya, tak sedikit orang yang percaya pada kebenaran tuduhan tersebut. Dan sangat banyak orang yang menyayangkan adanya tuduhan seperti itu.
Mungkin saja, anda telah membaca tentang tuduhan modus tersebut di medsos (terutama FB dan Twitter), dan mempunyai pandangan yang sama atau menolaknya; itulah hak berpendapat pada diri masing-masing.
Namun, jika gunakan akal sehat, apakah hingga sejauh itukah, tujuan dari Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani ketika memaafkan pembunuh putri semata wayang mereka!? Diriku pastikan, bahwa mereka tidak bertujuan seperti itu. Karena apa yang keluar dari dalam diri Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani adalah cerminan orang yang mempunyai kedewasaan rohani, spiritualitas yang matang, dan kekuatan iman yang luar biasa.
Lebih dari itu, Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani telah memperlihatkan salah satu bentuk kasih yang sebenarnya.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.
Akhir kata, cuma mau berpesan kepada Mereka dan Mereka, yang menuduh maaf-memaafkan sebagai modus, jagalah ucap dan ucapan, �..!!
Hidup dan kehidupan selalu berputar dan bergerak menuju arah luar diri; oleh sebab itu, mari kita menjaganya agar tetap semarak, dan bukan berucap karena batasan-batasan diri yang sempit dan sesak.
SUMBER
NIH SI KHUMAIROH ANNISA DAN ALJIHADI CUMAN NUMPANG BEKEN DI FACEBOOK , KOMEN BEGO MERENDAHKAN AJARAN AGAMANYA SENDIRI , CEWE JILBABER TAPI OTAKNYA DIPANTAT
MALU ADA ORANG SEBEGO KHUMAIROH ANNISA DAN ALJIHADI
Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani, papi dan mami Ade Sara Angelina Suroto, sebagaimana diungkap oleh media (news online, tv, radio, dan media cetak), memaafkan pelaku pembunuhan putrinya. Ketika suara maaf dan memaafkan tersebut keluar dari mulut Suroto, banyak orang merasa heran, aneh, dan bertanya-tanya, mengapa hal tersebut bisa terjadi!?
Suroto pun memberi alasan yang tepat; alasan yang terbangun dari religiusitasnya dan terbentuk dari keimnannya yang kuat serta dewasa rohani. Menurut Suroto,
�Kalau berpikir secara manusiawi, kami tentu tidak bisa menerima anak kami dibunuh secara keji seperti itu, yang ada kami ingin membalas dendam perbuatan mereka. Ade Sara anak semata wayang, adalah tumpuan masa depan manakala nanti pensiun; namun Hafidt dan Assyifah telah membuyarkan harapan. Masa depan kami hilang.
Secara manusiawi, orang tua pasti marah mengetahui anaknya diperlakukan seperti itu. Tapi memaafkan kedua pelaku. Permaafan itu adalah pengewajantahan perintah Tuhan. Dalam Doa Bapa Kami ada kalimat untuk memaafkan orang yang bersalah.
Meski telah memaafkan, namun bukan berarti memaafkan lalu proses hukum selesai. Hukum harus terus berjalan, tidak boleh ada pengurangan hukuman atas kedua pelaku serta tidak boleh ada trik yang dilakukan untuk meringankan mereka, � (tribun/tempo/detik/kompas.com)�
Hal-hal di atas, merupakan pengakuan yang tulus, walau masih terasan getir dan harapan; harpan agar para pelaku dihukum atau mendapat penghukuman yang pantas. Bunda Ade Sara pun, Elisabeth Diana Dewayani senada dengan suaminya; ia yakin bahwa dua tersangka pembunuhan Ade Sara pada dasarnya anak yang baik. Namun, saat pembunuhan terjadi, sejoli ini sedang dikuasai sisi jahat. Maaf dan memaafkan ia berikan kepada kedua pembumbunuh. Luar biasa.
Pasangan suami-isteri, Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani, papi dan mami Ade Sara Angelina Suroto, secara gamblang terlah memperlihatkan kepada anda dan saya (kita, siapa pun, dan semua) tentang makna maaaf serta memaafkan, bahkan cenderung sebagai bentuk pengampunan terhadap orang yang bersalah. Dan, itu hanya bisa muncul dari spiritualitas yang dewasa, sesuai dengan apa yang ia imani.
Dari image di atas, sejatinya, maaf dan memaafkan adalah B, tak membekas dan sama sekali melupakan (dan membebaskan dari hukum sipil atau Negara); maaf dan memaafkan juga membuat adanya hubungan baru antara yang diberi maaf dan pemberi maaf. Jika maaf dan memaafkan seperti A, maka akan menjadi akar pahit pada masa kemudian, dan itu akan membuka peluang adanyan ingatkan kembali salah dan kesalahan yang pernah dibuat.
Sayangnya, ketulusan maaf dan memaafkan tersebut, mendapat apresiasi negatif dari beberapa orang; dan dituduh sebagai modus.
Tuduhan sebagai modus tersebut dibagikan ke media sosial sebagai kebenaran; akibatnya, tak sedikit orang yang percaya pada kebenaran tuduhan tersebut. Dan sangat banyak orang yang menyayangkan adanya tuduhan seperti itu.
Mungkin saja, anda telah membaca tentang tuduhan modus tersebut di medsos (terutama FB dan Twitter), dan mempunyai pandangan yang sama atau menolaknya; itulah hak berpendapat pada diri masing-masing.
Namun, jika gunakan akal sehat, apakah hingga sejauh itukah, tujuan dari Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani ketika memaafkan pembunuh putri semata wayang mereka!? Diriku pastikan, bahwa mereka tidak bertujuan seperti itu. Karena apa yang keluar dari dalam diri Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani adalah cerminan orang yang mempunyai kedewasaan rohani, spiritualitas yang matang, dan kekuatan iman yang luar biasa.
Lebih dari itu, Suroto dan Elisabeth Diana Dewayani telah memperlihatkan salah satu bentuk kasih yang sebenarnya.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.
Akhir kata, cuma mau berpesan kepada Mereka dan Mereka, yang menuduh maaf-memaafkan sebagai modus, jagalah ucap dan ucapan, �..!!
Hidup dan kehidupan selalu berputar dan bergerak menuju arah luar diri; oleh sebab itu, mari kita menjaganya agar tetap semarak, dan bukan berucap karena batasan-batasan diri yang sempit dan sesak.
SUMBER
NIH SI KHUMAIROH ANNISA DAN ALJIHADI CUMAN NUMPANG BEKEN DI FACEBOOK , KOMEN BEGO MERENDAHKAN AJARAN AGAMANYA SENDIRI , CEWE JILBABER TAPI OTAKNYA DIPANTAT
MALU ADA ORANG SEBEGO KHUMAIROH ANNISA DAN ALJIHADI
![bagikan ke facebook FB Share](http://4.bp.blogspot.com/-WBHTxQyLMuw/TkAMYLJhOSI/AAAAAAAAgO4/465lu0O7L7I/s1600/facebook.png)
![publikasikan ke twitter Twitter Share](http://1.bp.blogspot.com/-k5oTZ-w4qUo/TkAMX9prZmI/AAAAAAAAgOw/ALlB8FpXkjo/s1600/twitter.png)