TANPA LISTRIK - Mujiono Sukarman (46) memperagakan pompa air tanpa listrik buatannya di gelar juara Krenova (Kreasi Inovatif) yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Penelitian Balitbang Provinsi Jawa Tengah, pada penutup tahun 2013.
Yang rumahnya deket situ tolong share dong gan....
Kalau ga merepotkan sekalian di foto tuh detail pompa airnya biar ane juga bisa membuat
Jajaran perbukitan bagian selatan Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara kini tak lagi sering dilalui warga Desa Blitar yang mencari air bersih.
Mata air kecil nan tersembunyi di balik hutan dengan jalanan terjal sekarang tak lagi banyak diambil airnya oleh warga desa. Lima tahun yang lalu, setiap musim kemarau mau tidak mau ratusan warga harus berduyun-duyun menjunjung air dari perbukitan dengan medan yang sulit terjangkau.
"Saya masih ingat, tiap musim kemarau kami selalu kesulitan air bersih. Rombongan manusia harus antre di sumber mata air di desa yang jaraknya sangat jauh itu, dan selepas magrib baru mendapatkan air," kenang Mujiono Sukarman (43), pembuat pompa air tanpa listrik.
Kakek satu cucu yang akrab disapa sebagai "Karman pompa" ini bukanlah seorang sarjana. Ia hanya buruh serabutan dengan latar belakang pendidikan lulusan SMP.
"Jangankan tabungan, uang untuk kehidupan keseharian saja pas-pasan," ujarnya sambil tertawa lepas.
Masa lalu yang serbasulit dengan kebutuhan air bersih yang terbatas rupanya membuat Karman bertekad memikirkan hidup yang lebih baik. Ia mengaku setiap hari selalu berpikir bagaimana cara mendapatkan air dengan lebih mudah.
"Idenya datang saat saya bermain sedotan di gelas teh dengan cucu, semacam bermain memancing air. Lalu saya juga mendengar di luar sana ada orang yang berhasil membuat pompa. Itu membuat saya bersemangat," ia bercerita.
Beruntung, idenya mendapat tanggapan positif dari para tetangga sehingga bersama lima orang lainnya, Karman lantas membuat sumur dengan menumpang di lahan milik seorang warga.
Semua dilakukan secara swadaya, termasuk membuat saluran air dengan menyambungkan pipa-pipa ke beberapa rumah warga sebagai uji coba agar air sumur dapat mengalir dengan mudah ke rumah warga.
Uji Coba Enam Bulan
"Percobaan tidak cukup dalam hitungan hari, tapi berbulan-bulan dan gagal terus. Dari menyambung pipa paralon, pasang plat, semua cara dicoba asalkan air bisa naik dan mengalir ke pipa," kata Karman.
Selama enam bulan melakukan uji coba, Karman akhirnya berhasil membuat tabung tampungan untuk memancing air di dalam sumur mengalir ke atas hingga ke pipa-pipa yang sudah disediakan ke rumah yang berjarak 600 meter dari sumur.
"Saya membuat ember pancingan di atas sumur dan akhirnya bisa berfungsi. Prinsip kerja menggunakan model pancingan dengan menaruh ember di atas sumur untuk memancing air sumur. Pipa-pipa paralon kemudian disambung dengan ember pancingan yang diisi air hingga penuh. Setelah itu katup di pipa yang mengalir ke rumah dibuka. Meski air pancingan habis, air dari sumur akan mengalir sendiri. Semuanya itu tanpa listrik," ia menjelaskan.
Sumur dengan pompa air tanpa listrik itu pun kemudian dimanfaatkan warga sekitar. Karman mengaplikasikan teknologi sederhana itu dengan membuat sembilan sumur dengan pompa air tanpa listrik di sejumlah tempat di desanya. Tidak hanya untuk warga sekitar, tetapi juga di musala dan sarana umum lainnya.
Keyakinan Karman terbukti, teknologi tepat guna tak harus mahal, seperti pompa air tanpa listrik buatannya.
"Semoga temuan ini bisa bermanfaat untuk orang banyak dan menguntungkan tidak hanya orang-orang di sekitar saya, tetapi juga semuanya. Itu karena alat ini sangat sederhana dan mudah diterapkan. Saya tidak pernah belajar di mana-mana untuk membuat ini, hanya mengandalkan inspirasi," ujarnya santai.
Berkat kegigihannya pula, ia mendapat pengakuan sebagai juara pertama dalam lomba Krenova (kreasi inovatif) yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Penelitian Balitbang Provinsi Jawa Tengah pada penutup tahun 2013.
Ia berencana, dalam waktu dekat ini akan membuat sumur khusus untuk mengaliri kebutuhan air bagi 100 kepala keluarga di Kecamatan Blitar, Banjarnegara.
Menyelamatkan Sawah
Jauh sebelum Karman, dikenal juga nama Sudiyanto (46) yang berhasil membangun desanya lewat pompa hydram untuk menyelamatkan lahan persawahan dan kebutuhan air bersih. Warga Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas itu bahkan menerima anugerah dari Kementerian Riset dan Teknologi, dan beberapa penghargaan lainnya sebagai inovator rakyat.
Dengan modal dan peralatan seadanya, Sudiyanto berhasil mendesain pompa air bertenaga air yang kini dimanfaatkan 576 keluarga atau 1.728 jiwa di desanya. Bahkan, kini ia menerima order pembuatan dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Purwokerto, Purbalingga, Wonosobo, Ngawi, Bogor, dan Bandung.
"Awalnya saya sering dianggap gila oleh tetangga. Kata mereka, mana ada tanpa tenaga listrik air dari tempat yang lebih rendah naik?" ujarnya.
Sudiyanto mengaku, ia tertarik mencoba pompa buatannya sejak menemukan buku usang di perpustakaan desa.
Meski tak memiliki pengetahuan mengenai mekanika fluida, lulusan madrasah aliyah ini tetap nekat mencoba. Buku itu menyebutkan, air yang dipompa hanya bisa naik setinggi 7 meter. Padahal, jarak antara sumber mata air Sungai Lumarapi lebih rendah 500 meter dari permukiman.
Usaha demi usaha ia lakukan, dan kegigihan Sudiyanto berbuah manis. Kini, hampir enam tahun ia mengembangkan pompa kreasinya. Hasilnya, banyak warga yang terbantu dengan pompanya. Ia lantas menerangkan cara pembuatan pompa yang sebenarnya cukup sederhana, yakni dengan memanfaatkan teknologi hydraulic ram (hydram), seperti pada pompa bermerek Dragon yang cukup dikenal masyarakat pada era 1980-an.
Bedanya, tuas pompa itu tidak digerakkan dengan tenaga manusia, tetapi memanfaatkan derasnya aliran air. Selain sibuk melayani order pesanan, Sudiyanto berencana mengembangkan listrik mikro hidro di beberapa tempat yang belum terjangkau aliran listrik agar semakin banyak warga yang mendapatkan air bersih dengan mudah dan murah.
Sumber : Sinar Harapan
Link: http://adf.ly/rkkDn