Warga Tanah Abang tidak respek dengan bisnis H Lulung
Bagi pendukungnya, Abraham Lunggana alias Haji Lulung merupakan tokoh yang disegani dan dihormati. Namun bagi sebagian warga Tanah Abang, wakil ketua DPRD DKI Jakarta itu dikenal keras.
Salah satu warga Tanah Abang yang ditemui merdeka.com, Selasa (30/7) kemarin di sekitar kantor PT PT Putraja Perkasa milik Lulung mengatakan, hampir seluruh pedagang kaki lima (PKL) dan tukang parkir di Pasar Tanah Abang menyegani sosok Lulung.
"Asal Mas tahu aja, itu perkumpulan orang-orangnya Haji Lulung yang berkedok PT, yang latar belakangnya preman dan suka menagih jatah bagi para PKL di Tanah Abang," ujar warga yang enggan disebutkan namanya.
"Jujur semua warga di sini juga enggak respek sama dia karena memang pola pikirnya tidak mencerminkan seorang wakil rakyat," ujar dia.
Terkait langkah Pemprov DKI yang ingin menertibkan PKL yang membuat macet, dia menyatakan mendukung. "Kita juga enggak mau Tanah Abang jadi macet dan kita dukung penuh Ahok agar berantas saja sekalian orang-orang seperti itu," ujarnya.
Dia pun bercerita jika hari Senin (29/7) sempat diajak oleh orangnya Lulung untuk ikut demo di Balai Kota memprotes Ahok.
"Waktu demo Senin kemarin pun orang-orangnya mengajak warga di sini untuk ikut. Saya tembak aja langsung berani bayar saya berapa? Kalau Rp 100.000 saya mau. Udah panas-panasan dan enggak ada untungnya untuk kita Mas ngapain ikutan demo," tuturnya.
Sebelumnya, Lulung ketika dikonfirmasi mengakui, memang banyak orang yang menilai dirinya sebagai preman Tanah Abang. Ia pun meminta Pemprov DKI duduk bersama dewan dan membahas masalah Tanah Abang ini.
"Saya ini orang lama di Tanah Abang, tapi coba tanya, siapa pun yang di sana, apa pernah Haji Lulung memeras, apa pernah Haji Lulung masuk penjara? Kalau mau disebut preman ya nggak apa-apa," papar Lulung.
Ia mengatakan, dirinya besar di Tanah Abang sejak menjadi tukang sampah, tukang loak, hingga punya bisnis properti, toko, operator parkir, dan jasa keamanan. Sampai saat ini ia memiliki 7.000 karyawan.
Selain itu, Lulung mengaku menjadi pencetus pasar malam di kawasan Tanah Abang, puluhan tahun silam. Namun hal itu bukanlah asal mula PKL. Dulunya pasar malam diadakan di dalam pemukiman, bukan di jalan raya.
"Jadi Wagub harus terbuka, kalau ada oknum DPRD, selain saya main di Tanah Abang, saya sikat, dia berurusan sama saya, makanya saya tersinggung," ujarnya.
Lulung juga mengatakan, dalam menata Tanah Abang, Pemprov DKI seharusnya melihat secara makro. Mulai dari permasalahan sosial, tata ruang, penertiban pedagang kaki lima, lalu lintas, parkir, kajian ekonomi, serta sarana prasarana.
sumber
Ketika ada 1 orang saja berani melawan preman, yang lain akan berpikir "udah ada yang berani, ngapain gue tersiksa tunduk juga sama preman selama ini, waktunya melawan"
dalam hati manusia sebenarnya dia pasti akan menolak ditindas, cuma karena tidak ada contoh konkrit dari yang lainnya berani melawan maka dia akan diam daripada terjadi hal yang lebih buruk lagi, padahal tidak ada yang lebih buruk daripada dia ditindas terus menerus oleh preman, karena itu artinya dia masih belum merdeka dan selalu terjajah.
Ingat kata bung karno, "perjuanganku lebih ringan karena melawan penjajah, perjuangan kalian lebih berat karena melawan bangsa kalian sendiri (bangsa preman)"
Bagi pendukungnya, Abraham Lunggana alias Haji Lulung merupakan tokoh yang disegani dan dihormati. Namun bagi sebagian warga Tanah Abang, wakil ketua DPRD DKI Jakarta itu dikenal keras.
Salah satu warga Tanah Abang yang ditemui merdeka.com, Selasa (30/7) kemarin di sekitar kantor PT PT Putraja Perkasa milik Lulung mengatakan, hampir seluruh pedagang kaki lima (PKL) dan tukang parkir di Pasar Tanah Abang menyegani sosok Lulung.
"Asal Mas tahu aja, itu perkumpulan orang-orangnya Haji Lulung yang berkedok PT, yang latar belakangnya preman dan suka menagih jatah bagi para PKL di Tanah Abang," ujar warga yang enggan disebutkan namanya.
"Jujur semua warga di sini juga enggak respek sama dia karena memang pola pikirnya tidak mencerminkan seorang wakil rakyat," ujar dia.
Terkait langkah Pemprov DKI yang ingin menertibkan PKL yang membuat macet, dia menyatakan mendukung. "Kita juga enggak mau Tanah Abang jadi macet dan kita dukung penuh Ahok agar berantas saja sekalian orang-orang seperti itu," ujarnya.
Dia pun bercerita jika hari Senin (29/7) sempat diajak oleh orangnya Lulung untuk ikut demo di Balai Kota memprotes Ahok.
"Waktu demo Senin kemarin pun orang-orangnya mengajak warga di sini untuk ikut. Saya tembak aja langsung berani bayar saya berapa? Kalau Rp 100.000 saya mau. Udah panas-panasan dan enggak ada untungnya untuk kita Mas ngapain ikutan demo," tuturnya.
Sebelumnya, Lulung ketika dikonfirmasi mengakui, memang banyak orang yang menilai dirinya sebagai preman Tanah Abang. Ia pun meminta Pemprov DKI duduk bersama dewan dan membahas masalah Tanah Abang ini.
"Saya ini orang lama di Tanah Abang, tapi coba tanya, siapa pun yang di sana, apa pernah Haji Lulung memeras, apa pernah Haji Lulung masuk penjara? Kalau mau disebut preman ya nggak apa-apa," papar Lulung.
Ia mengatakan, dirinya besar di Tanah Abang sejak menjadi tukang sampah, tukang loak, hingga punya bisnis properti, toko, operator parkir, dan jasa keamanan. Sampai saat ini ia memiliki 7.000 karyawan.
Selain itu, Lulung mengaku menjadi pencetus pasar malam di kawasan Tanah Abang, puluhan tahun silam. Namun hal itu bukanlah asal mula PKL. Dulunya pasar malam diadakan di dalam pemukiman, bukan di jalan raya.
"Jadi Wagub harus terbuka, kalau ada oknum DPRD, selain saya main di Tanah Abang, saya sikat, dia berurusan sama saya, makanya saya tersinggung," ujarnya.
Lulung juga mengatakan, dalam menata Tanah Abang, Pemprov DKI seharusnya melihat secara makro. Mulai dari permasalahan sosial, tata ruang, penertiban pedagang kaki lima, lalu lintas, parkir, kajian ekonomi, serta sarana prasarana.
sumber
Ketika ada 1 orang saja berani melawan preman, yang lain akan berpikir "udah ada yang berani, ngapain gue tersiksa tunduk juga sama preman selama ini, waktunya melawan"
dalam hati manusia sebenarnya dia pasti akan menolak ditindas, cuma karena tidak ada contoh konkrit dari yang lainnya berani melawan maka dia akan diam daripada terjadi hal yang lebih buruk lagi, padahal tidak ada yang lebih buruk daripada dia ditindas terus menerus oleh preman, karena itu artinya dia masih belum merdeka dan selalu terjajah.
Ingat kata bung karno, "perjuanganku lebih ringan karena melawan penjajah, perjuangan kalian lebih berat karena melawan bangsa kalian sendiri (bangsa preman)"