JAKARTA, KOMPAS.com – Komitmen pemerintah
Joko Widodo-Jusuf Kalla memberantas mafia
migas diragukan. Pangkal persoalannya ada
pada keberadaan Petral. Meski pemerintah
telah membentuk Tim Reformasi Tata Kelola
Migas – yang kini tengah mengkaji keberadaan
Petral –
Binsar Effendy Hutabarat, Ketua Umum
Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina
(eSpeKaPe) pesimistis, Jokowi berani
membubarkan Petral. "Ini Petral saja kok
enggak berani membubarkan. Kita bisa masak di
sini, kenapa mesti masak di Singapura?" kata
Binsar.
Binsar sangat berharap, ditunjuknya Dwi
Soetjipto sebagai Direktur Utama PT Pertamina
(Persero) yang baru, bisa menyudahi
permasalahan mafia migas.
Senada, Direktur Forum Indonesia Untuk
Transparansi Anggaran (FITRA) Uchok Sky
Khadafi juga memandang keberadaan Petral
lebih banyak mudharatnya. Menurut Uchok,
Petral merupakan sarana aktivitas para mafia
migas. "Modusnya, Petral harus beli dari
perusahaan milik orang-orang yang punya
kekuasaan di Indonesia," kata Uchok.
Kendati tak memiliki angka kerugian pasti,
Uchok yakin jika Petral dibubarkan, maka
utang Pertamina bisa terbayar. Sepanjang 2013,
utang BUMN migas itu mencapai Rp 288,4 triliun.
Dari sisi pendapatan, Uchok juga yakin jika
Petral dibubarkan, maka pendapatan
Pertamina bisa lebih besar dari yang dibukukan
pada 2013 lalu, sebesar Rp 639,9 triliiun.
"Kalau Petral dibubarkan, para mafia ini tidak
punya sarana lagi untuk ambil keuntungan.
Tapi di samping membubarkan Petral, kita harus
membangun kilang-kilang," imbuh Uchok.
Sementara itu, pengamat kebijakan publik dari
Indonesian Public Institute (IPI), Karyono
Wibowo menyadari, memutus mata rantai mafia
migas bukanlah perkara gampang. Namun
menurut dia, tidak dibubarkannya Petral
berarti hanya akan menggeser para pemain
kartel lama dengan yang baru.
"Kalau terjadi (hanya berganti pemain kartel),
maka harapan untuk memperbaiki kinerja
Pertamina hanya impian belaka. Pertamina
akan jatuh ke tangan VOC baru," ucap Karyono.
sumber
Ayo laksanakan pak Jokowi-JK,
sampean sdh diledek dan ditantang
tuh....
Link: http://adf.ly/uqMUq
Joko Widodo-Jusuf Kalla memberantas mafia
migas diragukan. Pangkal persoalannya ada
pada keberadaan Petral. Meski pemerintah
telah membentuk Tim Reformasi Tata Kelola
Migas – yang kini tengah mengkaji keberadaan
Petral –
Binsar Effendy Hutabarat, Ketua Umum
Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina
(eSpeKaPe) pesimistis, Jokowi berani
membubarkan Petral. "Ini Petral saja kok
enggak berani membubarkan. Kita bisa masak di
sini, kenapa mesti masak di Singapura?" kata
Binsar.
Binsar sangat berharap, ditunjuknya Dwi
Soetjipto sebagai Direktur Utama PT Pertamina
(Persero) yang baru, bisa menyudahi
permasalahan mafia migas.
Senada, Direktur Forum Indonesia Untuk
Transparansi Anggaran (FITRA) Uchok Sky
Khadafi juga memandang keberadaan Petral
lebih banyak mudharatnya. Menurut Uchok,
Petral merupakan sarana aktivitas para mafia
migas. "Modusnya, Petral harus beli dari
perusahaan milik orang-orang yang punya
kekuasaan di Indonesia," kata Uchok.
Kendati tak memiliki angka kerugian pasti,
Uchok yakin jika Petral dibubarkan, maka
utang Pertamina bisa terbayar. Sepanjang 2013,
utang BUMN migas itu mencapai Rp 288,4 triliun.
Dari sisi pendapatan, Uchok juga yakin jika
Petral dibubarkan, maka pendapatan
Pertamina bisa lebih besar dari yang dibukukan
pada 2013 lalu, sebesar Rp 639,9 triliiun.
"Kalau Petral dibubarkan, para mafia ini tidak
punya sarana lagi untuk ambil keuntungan.
Tapi di samping membubarkan Petral, kita harus
membangun kilang-kilang," imbuh Uchok.
Sementara itu, pengamat kebijakan publik dari
Indonesian Public Institute (IPI), Karyono
Wibowo menyadari, memutus mata rantai mafia
migas bukanlah perkara gampang. Namun
menurut dia, tidak dibubarkannya Petral
berarti hanya akan menggeser para pemain
kartel lama dengan yang baru.
"Kalau terjadi (hanya berganti pemain kartel),
maka harapan untuk memperbaiki kinerja
Pertamina hanya impian belaka. Pertamina
akan jatuh ke tangan VOC baru," ucap Karyono.
sumber
Ayo laksanakan pak Jokowi-JK,
sampean sdh diledek dan ditantang
tuh....
Link: http://adf.ly/uqMUq