SALATIGA, KOMPAS.com - Umat Nasrani di Kota Salatiga, Jawa Tengah, Kamis (12/6/2014), mempertanyakan visi kebhinekaan pasangan capres-cawapres nomor 1 Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Apa jawaban Hatta?
"Kami perhatikan dari mulai deklarasi di Jakarta dulu. Bahkan tadi saja acara dibuka dengan bacaan Al Quran," kata Sigit Pranoto, warga Salatiga yang hadir dalam deklarasi Pemantapan Dukungan Prabowo-Hatta oleh Prof Haryoko Centre dan partai pengusung di Graha Korpri, Salatiga, Kamis petang.
Menurut Sigit, protokoler itu memunculkan keraguan umat Nasrani terhadap visi kebhinekaan Prabowo-Hatta bila memenangi pemilu presiden. "Bagi saya pribadi tidak begitu mempermasalahkan karena saya seorang yang nasionalis. Cuma di luar sana banyak pertanyaan. Loh mau dibawa kemana? Belum-belum sudah seperti itu," ungkapnya.
Sigit lantas mengajukan sebuah pertanyaan kepada Hatta, "Jadi bagaimana konsep Bapak tentang kerukunan umat beragama?" Atas pertanyaan tersebut, Hatta bertutur tentang awal berdirinya Indonesia yang tak lepas dari sentimen nasionalisme dan multikulturalisme.
Namun dalam perjalanannya semua tokoh pendiri bangsa satu kata mengenai dasar negara. "Para pendiri kita sadar betul ketika mendirikan negara, itu ada sentimen kesejarahan yang kuat. Tapi apapun latar belakangnya itu, melalui perdebatan yang panjang, akhirnya kita melahirkan filosofi berbangsa dan bernegara yakni Pancasila," kata Hatta.
Menurut Hatta, dia tetap menjadikan Pancasila sebagai pegangan dalam menyikapi kebhinekaan dan beragamnya umat beragama di Indonesia. "Jadi pada prinsipnya, yang minoritas menghormati yang mayoritas. Akan tetapi yang mayoritas menyayangi dan melindungi yang minoritas," kata Hatta.
sumber
mau di bawa kemana bhinneka kita?
pengen tau tanggapan efpei dan anti pancasila fenboy yg jadi pengikut om wowo
"Kami perhatikan dari mulai deklarasi di Jakarta dulu. Bahkan tadi saja acara dibuka dengan bacaan Al Quran," kata Sigit Pranoto, warga Salatiga yang hadir dalam deklarasi Pemantapan Dukungan Prabowo-Hatta oleh Prof Haryoko Centre dan partai pengusung di Graha Korpri, Salatiga, Kamis petang.
Menurut Sigit, protokoler itu memunculkan keraguan umat Nasrani terhadap visi kebhinekaan Prabowo-Hatta bila memenangi pemilu presiden. "Bagi saya pribadi tidak begitu mempermasalahkan karena saya seorang yang nasionalis. Cuma di luar sana banyak pertanyaan. Loh mau dibawa kemana? Belum-belum sudah seperti itu," ungkapnya.
Sigit lantas mengajukan sebuah pertanyaan kepada Hatta, "Jadi bagaimana konsep Bapak tentang kerukunan umat beragama?" Atas pertanyaan tersebut, Hatta bertutur tentang awal berdirinya Indonesia yang tak lepas dari sentimen nasionalisme dan multikulturalisme.
Namun dalam perjalanannya semua tokoh pendiri bangsa satu kata mengenai dasar negara. "Para pendiri kita sadar betul ketika mendirikan negara, itu ada sentimen kesejarahan yang kuat. Tapi apapun latar belakangnya itu, melalui perdebatan yang panjang, akhirnya kita melahirkan filosofi berbangsa dan bernegara yakni Pancasila," kata Hatta.
Menurut Hatta, dia tetap menjadikan Pancasila sebagai pegangan dalam menyikapi kebhinekaan dan beragamnya umat beragama di Indonesia. "Jadi pada prinsipnya, yang minoritas menghormati yang mayoritas. Akan tetapi yang mayoritas menyayangi dan melindungi yang minoritas," kata Hatta.
sumber
mau di bawa kemana bhinneka kita?
pengen tau tanggapan efpei dan anti pancasila fenboy yg jadi pengikut om wowo