JAKARTA, KOMPAS.com â?? Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyayangkan soal data kebocoran anggaran yang dikutip calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto, dari Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Kalau Rp 7.200 triliun bukan kebocoran. Itu bendungan bobol atau tsunami yang membuat banjir publik Indonesia," kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu saat ditemui di Jakarta, Senin (16/6/2014).
Dia mengatakan, APBN Indonesia saja hanya Rp 1.800 triliun, sementara produk domestik bruto tak lebih dari Rp 10.000 triliun. "Jadi kalaupun bocor kan pasti kelihatan ke mana. Maka banjirlah negara ini karena yang bocor 70 persen dari kuenya," katanya lagi.
Faisal lalu membandingkan Prabowo Subianto dengan Professor Soemitro Djojohadikoesoemo, ayah Prabowo. "Jadi tolonglah kalau bicara agak terkendali. Kalau ayahnya Pak Prabowo, Prof Soemitro, dulu bilang kebocorannya 30 persen, make sense," katanya.
"Jadi jangan berbohonglah. Namun, yang berbohong kan Abraham Samad ya. Ya Abraham Samad jangan ngomong seperti itulah. Berantas saja korupsi. Ini kan bukan domain dia," ujarnya.
Faisal pun menyarankan, jika lain waktu Prabowo ingin mengutip data atau angka-angka yang berkaitan dengan perekonomian negara, maka sumbernya harus jelas, dan jelas pula argumentasinya. "Jangan bluffing begitu," ucapnya.
Sebelumnya, dalam putaran kedua debat capres-cawapres yang bertemakan "Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat", Prabowo Subianto mengutip Abraham Samad yang menyebut kebocoran negara hingga Rp 7.200 triliun, meskipun setelahnya dia bilang akan menutup kebocoran yang sebesar Rp 1.000-an triliun.
Pernyataan Prabowo ini juga disayangkan oleh pakar ekonomi Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetyantono. Tony, kepada Kompas.com, mengatakan bahwa angka yang disebut Prabowo "menggelikan".
sumber
inilah akibat "campur aduk" profesi,
orang hukum bicara ekonomi, padahal perhitungannya gak jelas.
lucunya ada capres yg percaya dan main kutip aja.
"Kalau Rp 7.200 triliun bukan kebocoran. Itu bendungan bobol atau tsunami yang membuat banjir publik Indonesia," kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu saat ditemui di Jakarta, Senin (16/6/2014).
Dia mengatakan, APBN Indonesia saja hanya Rp 1.800 triliun, sementara produk domestik bruto tak lebih dari Rp 10.000 triliun. "Jadi kalaupun bocor kan pasti kelihatan ke mana. Maka banjirlah negara ini karena yang bocor 70 persen dari kuenya," katanya lagi.
Faisal lalu membandingkan Prabowo Subianto dengan Professor Soemitro Djojohadikoesoemo, ayah Prabowo. "Jadi tolonglah kalau bicara agak terkendali. Kalau ayahnya Pak Prabowo, Prof Soemitro, dulu bilang kebocorannya 30 persen, make sense," katanya.
"Jadi jangan berbohonglah. Namun, yang berbohong kan Abraham Samad ya. Ya Abraham Samad jangan ngomong seperti itulah. Berantas saja korupsi. Ini kan bukan domain dia," ujarnya.
Faisal pun menyarankan, jika lain waktu Prabowo ingin mengutip data atau angka-angka yang berkaitan dengan perekonomian negara, maka sumbernya harus jelas, dan jelas pula argumentasinya. "Jangan bluffing begitu," ucapnya.
Sebelumnya, dalam putaran kedua debat capres-cawapres yang bertemakan "Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat", Prabowo Subianto mengutip Abraham Samad yang menyebut kebocoran negara hingga Rp 7.200 triliun, meskipun setelahnya dia bilang akan menutup kebocoran yang sebesar Rp 1.000-an triliun.
Pernyataan Prabowo ini juga disayangkan oleh pakar ekonomi Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetyantono. Tony, kepada Kompas.com, mengatakan bahwa angka yang disebut Prabowo "menggelikan".
sumber
inilah akibat "campur aduk" profesi,
orang hukum bicara ekonomi, padahal perhitungannya gak jelas.
lucunya ada capres yg percaya dan main kutip aja.