"Jadi, kami canangkan 8 Juni sebagai Hari Solo menyapu," katanya di kawasan Plasa Sriwedari, Ahad, 8 Juni 2014.
Kegiatan menyapu hari ini yaitu membersihkan trotoar, taman kota, jalur hijau, dan jalur lambat di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dari Kleco sampai Gladag sejauh sekitar 5 kilometer. Titik kumpul para penyapu di Solo Square, Solo Center Point, Plasa Sriwedari, kawasan Ngarsopuro, dan bundaran Gladag.
Peserta Solo Menyapu adalah pegawai negeri sipil, pegawai badan usaha milik negara dan milik daerah, TNI dan Polri, karyawan swasta, dan masyarakat umum. Ada 5.000 orang yang berpartisipasi. Dalam kesempatan tersebut diserahkan bantuan 2.000 sapu dari perbankan.
Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo mengatakan kegiatan menyapu adalah warisan leluhur, yaitu perilaku yang mengajarkan untuk hidup bersih dan disiplin. "Sekarang kalau pagi hari sudah tidak terdengar lagi suara srak-srek orang menyapu," katanya.
Padahal, tutur Hadi, dengan membiasakan menyapu halaman rumah sendiri, pemilik rumah dan tamu yang berkunjung akan merasa nyaman. Menurut Hadi, Sapu juga punya filosofi lain, yaitu persatuan. Jika lidi diikat jadi satu, bisa membersihkan kotoran. "Kalau hanya satu lidi, tidak mungkin bisa dipakai," ujarnya.
Sama seperti persatuan bangsa, kata Hadi, jika seluruh elemen bangsa bersatu, Indonesia akan tetap tegak berdiri. Namun, jika tercerai-berai, mudah disusupi. "Saya akan menggerakkan masyarakat agar giat kembali menyapu halamannya sendiri. Bukan hanya bersih, tapi juga menanamkan filosofi persatuan dan kesatuan," tuturnya.
SUMBER
