TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sudjito, menilai ada kesan jelas bahwa para elite dalam Tim Kampanye Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sedang disorientasi dan kalut pascadebat capres-cawapres beberapa waktu lalu.
"Kalau menurut saya, kecenderungan sifat menyerang tanpa bukti, itu tanda kalut dan disorientasi. Toh publik juga bisa menilai siapa yang terpancing emosi, siapa yang saling melengkapi," kata Arie Sudjito di Jakarta, Rabu (11/6/2014).
"Justru Jokowi unggul. Cuma kalau ada gejala pendukung Prabowo-Hatta cari-cari kesalahan, itu karena mereka defisit ide untuk menilai secara kritis dan objektif atas apa yang terjadi," ujarnya.
Pernyataan Arie itu untuk menanggapi pernyataan para elite Tim Pemenangan Prabowo-Hatta pasca debat pada Senin (9/6/2014) lalu.
Di media massa, misalnya, Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Mahfud MD menyatakan jagoannya itu unggul 1-0 mengalahkan Jokowi-JK di debat pertama.
Elite lainnya, Romahurmuzy dari PPP menyatakan, dari enam segmen debat, Prabowo-Hatta unggul dengan skor 4-2.
Atau pernyataan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham yang menyatakan Prabowo unggul karena terlihat sebagai pemimpin, sementara Jokowi hanya terlihat sebagai manajer.
Menurut Arie Sudjito, munculnya pernyataan tersebut akibat kesalahan Tim Kampanye Prabowo-Hatta sendiri yang sudah terlebih dahulu melakukan glorifikasi atas figur Prabowo sebelum debat dilaksanakan.
Misalnya disebut Prabowo sebagai jagoan pidato dan ber-IQ tinggi. Sementara saat debat berlangsung, faktanya itu tak terjadi.
Menurut Arie, yang terlihat justru Prabowo dan Hatta sangat terlihat jargonik, persis seperti iklan-iklan yang diputar-putar di televisi.
Ketika debat resmi yang seharusnya arena menggali dan menampilkan fakta, itu tak muncul dari Prabowo.
"Karena itu semua tahu Jokowi-JK unggul. Yang di Tim Prabowo juga tahu itu. Tapi kan tak mungkin mereka mengapresiasi Jokowi, mereka kan harus membela jagonya," kata Arie.
"Bagi pendukung Prabowo, ada kesan pokoknya serang tanpa fakta. Tapi orang akan tahu itu karena mereka defisit ide. Lama-lama disorientasi. Sayangnya, itu yang membuat politik tak sehat dan membuat masyarakat jengah dengan politik dan negara," paparnya.
sumber
maklumlah kan di dalemnya tukang mewek semua.. dikit2 mewek, dikit2 mewek. ga si jendral, si oma, ama si mahmud dah kaya perawan mau di jodohin aja
"Kalau menurut saya, kecenderungan sifat menyerang tanpa bukti, itu tanda kalut dan disorientasi. Toh publik juga bisa menilai siapa yang terpancing emosi, siapa yang saling melengkapi," kata Arie Sudjito di Jakarta, Rabu (11/6/2014).
"Justru Jokowi unggul. Cuma kalau ada gejala pendukung Prabowo-Hatta cari-cari kesalahan, itu karena mereka defisit ide untuk menilai secara kritis dan objektif atas apa yang terjadi," ujarnya.
Pernyataan Arie itu untuk menanggapi pernyataan para elite Tim Pemenangan Prabowo-Hatta pasca debat pada Senin (9/6/2014) lalu.
Di media massa, misalnya, Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Mahfud MD menyatakan jagoannya itu unggul 1-0 mengalahkan Jokowi-JK di debat pertama.
Elite lainnya, Romahurmuzy dari PPP menyatakan, dari enam segmen debat, Prabowo-Hatta unggul dengan skor 4-2.
Atau pernyataan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham yang menyatakan Prabowo unggul karena terlihat sebagai pemimpin, sementara Jokowi hanya terlihat sebagai manajer.
Menurut Arie Sudjito, munculnya pernyataan tersebut akibat kesalahan Tim Kampanye Prabowo-Hatta sendiri yang sudah terlebih dahulu melakukan glorifikasi atas figur Prabowo sebelum debat dilaksanakan.
Misalnya disebut Prabowo sebagai jagoan pidato dan ber-IQ tinggi. Sementara saat debat berlangsung, faktanya itu tak terjadi.
Menurut Arie, yang terlihat justru Prabowo dan Hatta sangat terlihat jargonik, persis seperti iklan-iklan yang diputar-putar di televisi.
Ketika debat resmi yang seharusnya arena menggali dan menampilkan fakta, itu tak muncul dari Prabowo.
"Karena itu semua tahu Jokowi-JK unggul. Yang di Tim Prabowo juga tahu itu. Tapi kan tak mungkin mereka mengapresiasi Jokowi, mereka kan harus membela jagonya," kata Arie.
"Bagi pendukung Prabowo, ada kesan pokoknya serang tanpa fakta. Tapi orang akan tahu itu karena mereka defisit ide. Lama-lama disorientasi. Sayangnya, itu yang membuat politik tak sehat dan membuat masyarakat jengah dengan politik dan negara," paparnya.
sumber
maklumlah kan di dalemnya tukang mewek semua.. dikit2 mewek, dikit2 mewek. ga si jendral, si oma, ama si mahmud dah kaya perawan mau di jodohin aja