Jakarta - Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami
defisit listrik saat ini. Jawa juga terancam krisis listrik di
2018, karena molornya proyek pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah.
Indonesia juga terbelenggu dengan subsidi BBM yang
nilainya mencapai Rp 200 triliun lebih per tahun, dan
sulit untuk dihapuskan.
Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan,
penyelesaian masalah energi cukup sederhana dan
mudah. Dia menyatakan, Indonesia terlalu bergantung
pada bahan bakar minyak (BBM).
"Padahal kalau kita alihkan ke gas dan batu bara, ini
(subsidi) langsung jatuh Rp 70 triliun. Tapi tidak tahu
kenapa tidak dilakukan. Ada yang tahu? Karena ada
kepentingan. Itu saja. Jangan pikir rumit, saya ini
orangnya sederhana," tutur Jokowi dalam pemaparan
visi dan misi ekonomi yang dilaksanakan di Hotel Ritz
Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (4/6/2014).
Jokowi mengaku, soal ketergantungan pada subsidi
BBM ini telah diketahuinya karena dia menjabat
Gubernur DKI Jakarta. Dia menilai ada kepentingan yang
membuat Indonesia terlalu bergantung pada BBM.
Sementara terkait listrik, Jokowi mengatakan,
pembangunan pembangkit listrik seringkali terhadang
perizinan yang rumit, sehingga tidak jelas kepastian
kapan proyek bisa dimulai.
Jokowi bahkan berjanji, bila dia menjadi presiden,
investor diberi jaminan proyek pembangkit listriknya
selesai maksimal dalam 2 tahun. Bila tidak selesai, uang
investor akan kembali.
"Kalau saya pasti beri target. Menteri saya beri target.
Misalnya 5 tahun pembangkit listrik 10.000 MW. Kalau
nggak bisa maaf, yang antre menteri itu banyak.
Menterinya saya beri target, kemudian targetnya nggak
tercapai. Maaf saya ganti. Gampang kan? Gampang
banget," cetusnya.
sumber: http://m.detik.com/finance/read/2014/06/04/214834/2600128/1034/janji-jokowi-tangani-listrik-dan-subsidi-bbm-di-indonesia
semangat pak de mantafff niih moga ga salah dpt mentri
defisit listrik saat ini. Jawa juga terancam krisis listrik di
2018, karena molornya proyek pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah.
Indonesia juga terbelenggu dengan subsidi BBM yang
nilainya mencapai Rp 200 triliun lebih per tahun, dan
sulit untuk dihapuskan.
Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan,
penyelesaian masalah energi cukup sederhana dan
mudah. Dia menyatakan, Indonesia terlalu bergantung
pada bahan bakar minyak (BBM).
"Padahal kalau kita alihkan ke gas dan batu bara, ini
(subsidi) langsung jatuh Rp 70 triliun. Tapi tidak tahu
kenapa tidak dilakukan. Ada yang tahu? Karena ada
kepentingan. Itu saja. Jangan pikir rumit, saya ini
orangnya sederhana," tutur Jokowi dalam pemaparan
visi dan misi ekonomi yang dilaksanakan di Hotel Ritz
Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (4/6/2014).
Jokowi mengaku, soal ketergantungan pada subsidi
BBM ini telah diketahuinya karena dia menjabat
Gubernur DKI Jakarta. Dia menilai ada kepentingan yang
membuat Indonesia terlalu bergantung pada BBM.
Sementara terkait listrik, Jokowi mengatakan,
pembangunan pembangkit listrik seringkali terhadang
perizinan yang rumit, sehingga tidak jelas kepastian
kapan proyek bisa dimulai.
Jokowi bahkan berjanji, bila dia menjadi presiden,
investor diberi jaminan proyek pembangkit listriknya
selesai maksimal dalam 2 tahun. Bila tidak selesai, uang
investor akan kembali.
"Kalau saya pasti beri target. Menteri saya beri target.
Misalnya 5 tahun pembangkit listrik 10.000 MW. Kalau
nggak bisa maaf, yang antre menteri itu banyak.
Menterinya saya beri target, kemudian targetnya nggak
tercapai. Maaf saya ganti. Gampang kan? Gampang
banget," cetusnya.
sumber: http://m.detik.com/finance/read/2014/06/04/214834/2600128/1034/janji-jokowi-tangani-listrik-dan-subsidi-bbm-di-indonesia
semangat pak de mantafff niih moga ga salah dpt mentri