Rupiah Melemah, Beban Hutang RI Langsung Meroket ke Rp2.102 T
Quote:
Kamis, 22 Agustus 2013 I10:17 wib
Martin Bagya Kertiyasa I Okezone
JAKARTA - Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang Indonesia mengalami lonjakan Rp66,42 triliun selama periode Juli - Agustus 2013.
Melansir data yang diterbitkan DJPU, Kamis (22/8/2013), total utang Indonesia pada Juli ini naik ke Rp2.102,56 triliun dari posisi Juni sebesar Rp2.036,14 triliun. Hal ini lantaran nilai tukar Rupiah yang terus mengalami pelemahan dari Rp9.929 menjadi Rp10.278 per USD.
Hutang tersebut didominasi penerbitan obligasi alias surat berharga negara (SBN) yang mengalami kenaikan sebesar Rp44,48 triliun dari Rp1.457,14 triliun pada akhir Juni, menjadi Rp1.501,62 triliun pada akhir Juli ini.
Namun jika dibandingkan dengan 2012, maka utang tersebut mengalami kenaikan Rp741,46 triliun dari posisi pada 2012 sebesar Rp1.361,10 triliun. Adapun obligasi itu terdiri dari denominasi Rupiah sebesar Rp1.181,13 triliun dan denominasi valuta asing (valas) sebesar Rp320,48 triliun.
Di sisi lain, pinjaman luar negeri tercatat mengalami kenaikan sebesar Rp21,94 triliun dari Rp579 triliun pada akhir Juni, menjadi Rp600,94 triliun pada akhir Juli.
Pinjaman luar negeri tersebut berasal dari pinjaman bilateral sebesar Rp339,12 triliun, pinjaman multilateral sebesar Rp233,31 triliun, pinjaman komersial sebesar Rp25,77 triliun, dan suppliers sebesar Rp320 miliar. Sedangkan pinjaman dari dalam negeri naik dan berada di kisaran Rp1,82 triliun.
Rupiah Ambruk, Hutang ke Jepang, Perancis & Jerman pun Naik
Quote:
Kamis, 22 Agustus 2013 I10:47 wib
Martin Bagya Kertiyasa I Okezone
JAKARTA - Pemerintah mencatatkan kenaikan utang pada akhir Juli menjadi Rp2.102,56 triliun. Pinjaman luar negeri tercatat mengalami kenaikan. Kenaikan ini lantaran nilai tukar rupiah tercatat melemah dari Rp9.929 per USD menjadi Rp10.278 per USD.
Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kamis (22/8/2013), posisi pinjaman luar negeri berdasarkan kreditur, masih ditempati oleh Jepang sebesar Rp223,60 triliun, posisi pinjaman ini naik Rp80 miliar dari Juni lalu sebesar Rp223,52 triliun.
Tempat kedua ditempati oleh Prancis dengan besar pinjaman Rp22,12 triliun. Pinjaman ini mengalami kenaikan sebesar Rp710 miliar dari posisi Mei di Rp21,41 triliun.
Mengikuti Prancis, Jerman telah memberikan pinjaman sebesar Rp20,24 triliun pada Juli, naik Rp590 miliar dari posisi Juni sebesar Rp19,65 triliun.
Sementara untuk pinjaman bilateral lainnya, berada naik Rp2,05 triliun dari Rp61,30 triliun menjadi Rp63,35 triliun. Adapun total pinjaman bilateral pemerintah, mengalami kenaikan Rp13,42 triliun dari Rp325,89 triliun menjadi Rp339,31 triliun.
namun ironisnya realisasi penarikan utang ini masih tergolong kecil dibandingkan dengan target. Jepang misalnya, baru 4,4 persen dari target APBN sebesar Rp9,417 triliun. Dan World Bank sebesar 4,4 persen dari target APBN sebesar Rp5,894 triliun.
Sedangkan untuk lembaga, posisi pertama masih ditempati oleh Bank Dunia, dengan pinjaman sebesar Rp129,24 triliun, diikuti oleh Asian Development Bank (ADB) sebesar Rp96,89 triliun, Islamic Development Bank (IDB) sebesar Rp5,41 triliun, dan pinjaman multilateral lainnya sebesar Rp2,19 triliun.
Adapun pinjaman multilateral, naik Rp7,03 triliun dan berada di kisaran Rp233,72 triliun dari Rp226,69 triliun, sementara untuk komersial Rp25,77 triliun, dan suppliers sebesar Rp320 miliar.
()
SUMBER 1
SUMBER BERITA 2
tanggapan Ane sbg warga negara yg baik , kita harus ikuti anjuran pemerintah dan Menkeu untuk tidak panik dalam kondisi apa pun
Quote:
Kamis, 22 Agustus 2013 I10:17 wib
Martin Bagya Kertiyasa I Okezone
JAKARTA - Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang Indonesia mengalami lonjakan Rp66,42 triliun selama periode Juli - Agustus 2013.
Melansir data yang diterbitkan DJPU, Kamis (22/8/2013), total utang Indonesia pada Juli ini naik ke Rp2.102,56 triliun dari posisi Juni sebesar Rp2.036,14 triliun. Hal ini lantaran nilai tukar Rupiah yang terus mengalami pelemahan dari Rp9.929 menjadi Rp10.278 per USD.
Hutang tersebut didominasi penerbitan obligasi alias surat berharga negara (SBN) yang mengalami kenaikan sebesar Rp44,48 triliun dari Rp1.457,14 triliun pada akhir Juni, menjadi Rp1.501,62 triliun pada akhir Juli ini.
Namun jika dibandingkan dengan 2012, maka utang tersebut mengalami kenaikan Rp741,46 triliun dari posisi pada 2012 sebesar Rp1.361,10 triliun. Adapun obligasi itu terdiri dari denominasi Rupiah sebesar Rp1.181,13 triliun dan denominasi valuta asing (valas) sebesar Rp320,48 triliun.
Di sisi lain, pinjaman luar negeri tercatat mengalami kenaikan sebesar Rp21,94 triliun dari Rp579 triliun pada akhir Juni, menjadi Rp600,94 triliun pada akhir Juli.
Pinjaman luar negeri tersebut berasal dari pinjaman bilateral sebesar Rp339,12 triliun, pinjaman multilateral sebesar Rp233,31 triliun, pinjaman komersial sebesar Rp25,77 triliun, dan suppliers sebesar Rp320 miliar. Sedangkan pinjaman dari dalam negeri naik dan berada di kisaran Rp1,82 triliun.
Rupiah Ambruk, Hutang ke Jepang, Perancis & Jerman pun Naik
Quote:
Kamis, 22 Agustus 2013 I10:47 wib
Martin Bagya Kertiyasa I Okezone
JAKARTA - Pemerintah mencatatkan kenaikan utang pada akhir Juli menjadi Rp2.102,56 triliun. Pinjaman luar negeri tercatat mengalami kenaikan. Kenaikan ini lantaran nilai tukar rupiah tercatat melemah dari Rp9.929 per USD menjadi Rp10.278 per USD.
Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kamis (22/8/2013), posisi pinjaman luar negeri berdasarkan kreditur, masih ditempati oleh Jepang sebesar Rp223,60 triliun, posisi pinjaman ini naik Rp80 miliar dari Juni lalu sebesar Rp223,52 triliun.
Tempat kedua ditempati oleh Prancis dengan besar pinjaman Rp22,12 triliun. Pinjaman ini mengalami kenaikan sebesar Rp710 miliar dari posisi Mei di Rp21,41 triliun.
Mengikuti Prancis, Jerman telah memberikan pinjaman sebesar Rp20,24 triliun pada Juli, naik Rp590 miliar dari posisi Juni sebesar Rp19,65 triliun.
Sementara untuk pinjaman bilateral lainnya, berada naik Rp2,05 triliun dari Rp61,30 triliun menjadi Rp63,35 triliun. Adapun total pinjaman bilateral pemerintah, mengalami kenaikan Rp13,42 triliun dari Rp325,89 triliun menjadi Rp339,31 triliun.
namun ironisnya realisasi penarikan utang ini masih tergolong kecil dibandingkan dengan target. Jepang misalnya, baru 4,4 persen dari target APBN sebesar Rp9,417 triliun. Dan World Bank sebesar 4,4 persen dari target APBN sebesar Rp5,894 triliun.
Sedangkan untuk lembaga, posisi pertama masih ditempati oleh Bank Dunia, dengan pinjaman sebesar Rp129,24 triliun, diikuti oleh Asian Development Bank (ADB) sebesar Rp96,89 triliun, Islamic Development Bank (IDB) sebesar Rp5,41 triliun, dan pinjaman multilateral lainnya sebesar Rp2,19 triliun.
Adapun pinjaman multilateral, naik Rp7,03 triliun dan berada di kisaran Rp233,72 triliun dari Rp226,69 triliun, sementara untuk komersial Rp25,77 triliun, dan suppliers sebesar Rp320 miliar.
()
SUMBER 1
SUMBER BERITA 2
tanggapan Ane sbg warga negara yg baik , kita harus ikuti anjuran pemerintah dan Menkeu untuk tidak panik dalam kondisi apa pun