Mari kita berandai-andai sejenak.
Andaikata Pak Prabowo tidak menarik diri dari proses rekapitulasi suara.
Andaikata Pak Prabowo tidak mengajukan PHPU ke MK.
Andaikata Pak Prabowo menerima hasil perhitungan KPU.
Maka saat ini Pak Jokowi sudah pasti akan dilantik menjadi Presiden RI ke-7 Oktober nanti.
Sepertinya itu memang lebih baik dibanding dengan apa yang sebenarnya terjadi. Namun jika direnungkan lebih dalam, jika Pak Prabowo bisa legowo, massa pendukungnya akan tetap setia, mungkin akan lebih mengidolakan beliau, karena beliau menunjukkan sikap yang sportif dan elegan. Dukungan untuk Pak Prabowo akan tetap kuat, bahkan makin menguat.
Jika demikian, Indonesia saat ini masih 'terbelah dua', hampir sama rata, 46,85% dan 52,15%. Konfilk antar pendukung rentan terjadi. Tentu situasi ini akan menyulitkan Pak Jokowi dalam menjalankan pemerintahan karena masih banyak masyarakat Indonesia yang masih setia kepada Pak Prabowo.
Tapi kenyataannya, Pak Prabowo menarik diri dari proses rekapitulasi suara dan mengajukan PHPU ke MK. Manuver ini ternyata malah berdampak negatif terhadap dukungan masyarakat kepadanya. Berdasarkan survey terbaru LSI, dukungan untuk Pak Prabowo turun hingga hanya 30,39%, sementara dukungan untuk Pak Jokowi naik menjadi 57,06% ( sumber)
Menurunnya dukungan kepada Pak Prabowo membuat situasi Indonesia lebih kondusif karena 'perpecahan' yang tadinya hampir berimbang dan kuat, kini sudah berkurang dan melemah. Masyarakat Indonesia menjadi lebih bersatu. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahaan Pak Jokowi meningkat.
Berdasarkan pemikiran tersebut, menurut pendapat saya, gugatan Pak Prabowo terhadap hasil rekapitulasi Pemilu berdampak positif kepada masyarakat Indonesia dan pemerintahan Pak Jokowi. Terima kasih Pak Prabowo, Anda sudah menunaikan tugas Anda untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik. Sekali lagi, Terima Kasih.
Link: http://adf.ly/r1XdQ
