Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Sineas Muda Produksi Sinetron Kisah Hubungan SBY dan Megawati

Saturday, October 11, 2014



Tarik ulur komunikasi politik antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (PD) rupanya menarik perhatian seorang sineas muda yang ingin mengangkat cerita keduanya ke layar televisi dalam bentuk sinetron.

Garang Sulaksana, sineas berkebangsaan Indonesia yang kini bermukim di London, Inggris Raya, mengatakan bahwa saatnya telah tiba untuk mengangkat hubungan antara kedua tokoh politik tersebut ke layar kaca. Melalui surat elektronik, sineas yang lebih terkenal dengan karya film-film pendek bertema politik seperti '(Malu) Aku Jadi Anak Muda' dan 'Bad Top, Worse Bottom' yang telah meraih penghargaan di ranah internasional tersebut bercerita kepada POS RONDA.

"Setelah sepuluh tahun, saya rasa kini saatnya tepat untuk mengangkat cerita mengenai keduanya. Kisah ini akan berbentuk serial, di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan sinetron. Saya sangat yakin ini akan menjadi sinetron dengan genre politik pertama yang sukses di tanah air. Bahkan saya sudah merencanakan hingga sepuluh musim," ujarnya optimis.

Menurut Garang, kisah sinetron yang diberi judul 'Catatan Hati Seorang Presiden dan Mantan Presiden' ini akan dimulai dari titik di mana Megawati didapuk menjadi wakil presiden sementara SBY kemudian diangkat menjadi Menteri Pertambangan dan Energi (kini Menteri ESDM) pada masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid.

Cerita sinetron ini akan berkembang mengikuti dinamika politik nasional serta pendalaman karakter pada sosok pribadi Megawati dan SBY, hingga akhirnya keduanya berseteru secara politik dan hampir tidak pernah bertegur sapa ataupun ada pembicaraan formal selama sepuluh tahun. Jauh di lubuk hati keduanya sebenarnya merindu dan saling menunggu, namun penuh kekesalan. SBY kesal terhadap sikap jual mahal Megawati, sementara Megawati kesal menunggu kata 'maafkan aku' dari SBY.

Garang juga mengatakan bahwa musim ke-sepuluh akan menjadi suguhan yang sangat menarik, mengingat keduanya mulai melunak dan membuka diri untuk berkomunikasi satu sama lain, namun tidak semulus itu. SBY menunggu berunding dengan Megawati untuk membentuk kerjasama politik, sementara Megawati menunggu membentuk kerjasama politik dahulu dengan SBY baru mau berunding. Akhirnya kedua figur itu menjadi pemberi harapan palsu (PHP) bagi satu sama lain karena gengsi yang terlalu tinggi.

"Proyek ini akan saya anggap sebagai karya terbesar saya. Sinetron politik yang berlangsung selama sepuluh musim dengan berbagai sandiwara di dalamnya. Bukankah itu yang disukai masyarakat kita, sinetron yang penuh dengan tokoh-tokoh bintang namun dengan plot yang memusingkan, menjengkelkan, dan tidak kunjung selesai?" ungkap Garang.

Proses pencarian aktor dan aktris untuk sinetron ini akan dimulai di akhir tahun ini, dan akan menggunakan metode audisi terbuka. Siapapun bisa mengirimkan video kepada para produser dan casting director.

Meski demikian, proyek ini juga akan menetapkan standar yang ketat untuk menetapkan kriteria pemeran tokoh tertentu. Mengutamakan realisme yang kuat, Garang menyatakan akan memberikan porsi tokoh-tokoh utama ke aktor dan aktris berumur yang memiliki perawakan dan sifat-sifat seperti para politisi tersebut.

"Kami membutuhkan aktor yang melankolis dan sering curhat seperti SBY, juga aktris yang gemar nyinyir seperti Megawati. Nanti juga ada karakter pendukung, seperti Prabowo Subianto yang menggebu-gebu dan Joko Widodo yang cengangas-cengenges. Tokoh-tokoh seperti Ani Yudhoyono, Gus Dur, Taufik Kiemas, Puan Maharani, Amien Rais, Jusuf Kalla, Hamzah Haz, dan lain-lain juga akan diperankan dalam sinetron ini. Demi realisme, kami akan memilih pemeran yang usianya sesuai. Tidak mungkin, misalnya, kami berikan peran SBY kepada Reza Rahardian dan Megawati kepada Bunga Citra Lestari, sebaik apapun akting mereka," tegasnya.


Istana Negara, pusat kekuasaan eksekutif di Indonesia. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, pertelevisian Indonesia hampir tidak pernah mengangkat tema kepresidenan sebagai cerita sentral dalam serial drama politik. Kondisi ini jelas tertinggal dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris, bahkan India.

Sinetron drama politik berseri, terutama bertema kepresidenan, merupakan hal yang langka di Indonesia. Dulu sempat ditayangkan acara televisi serial Republik BBM, namun sifatnya parodi. Di negara lain, tema politik yang bersentral kepada sang presiden atau kepala pemerintahan sudah biasa untuk diangkat ke layar kaca.

Amerika Serikat (AS) pernah menayangkan serial West Wing dan Commander-in-Chief, Inggris juga pernah memiliki serial House of Cards yang kini diadaptasi di AS. Serial Pradhanmantri juga pernah mengudara di India. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, pertelevisian Indonesia tertinggal dalam produksi tema sejenis.

Produksi sinetron ini diharapkan akan berlangsung paling lambat akhir tahun 2015, dan musim perdananya diproyeksikan untuk siap tayang pada pertengahan 2016.


SUMBER


Luar Biasa Nih

Dikutip dari: http://adf.ly/smUhb
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive