Jakarta – Grup Sinar Mas tidak menghendaki salah satu unit usahanya, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), melakukan merger dengan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Sinar Mas hanya mendukung kerja sama berbagi jaringan (network sharing) antara dua operator telekomunikasi berbasis code division multiple access (CDMA) tersebut.
"Kami tidak pernah mengarah ke aksi merger dengan Bakrie Telecom. Yang kami kaji adalah rencana kerja sama spektrum," kata Managing Director Grup Sinar Mas Gandhi Sulistyanto kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (22/10).
Gandhi menjelaskan, terkait rencana berbagi jaringan, Smartfren masih menunggu keputusan dari pemerintah. Pada dasarnya, perseroan turut mendukung program Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk mengurangi jumlah operator di Tanah Air. Hal itu supaya industri telekomunikasi lebih sehat dan efisien.
Selain berbagi jaringan, kata Gandhi, Smartfren juga masih mengkaji opsi tukar saham (share swap) sebagai jalan menuju konsolidasi. Namun, perseroan belum bisa menargetkan waktu pelaksanaan konsolidasi tersebut. "Belum ada yang bisa diputuskan, kami tunggu dulu Menteri Kominfo yang baru," ujar dia.
"Kami tidak pernah mengarah ke aksi merger dengan Bakrie Telecom. Yang kami kaji adalah rencana kerja sama spektrum," kata Managing Director Grup Sinar Mas Gandhi Sulistyanto kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (22/10).
Gandhi menjelaskan, terkait rencana berbagi jaringan, Smartfren masih menunggu keputusan dari pemerintah. Pada dasarnya, perseroan turut mendukung program Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk mengurangi jumlah operator di Tanah Air. Hal itu supaya industri telekomunikasi lebih sehat dan efisien.
Selain berbagi jaringan, kata Gandhi, Smartfren juga masih mengkaji opsi tukar saham (share swap) sebagai jalan menuju konsolidasi. Namun, perseroan belum bisa menargetkan waktu pelaksanaan konsolidasi tersebut. "Belum ada yang bisa diputuskan, kami tunggu dulu Menteri Kominfo yang baru," ujar dia.
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Smartfren Merza Fachys. Dia mengatakan, perseroan tidak ingin terburu-buru menetapkan aksi korporasi terkait Bakrie Telecom. Smartfren terus mematangkan opsi yang paling ideal bersama direksi Bakrie Telecom sambil menunggu menteri yang baru.
Smartfren Telecom dan Bakrie Telecom mengkaji tiga opsi skema penggabungan usaha, yaitu berbagi jaringan (network sharing), merger, dan tukar saham (share swap).
Pada September 2014, Smartfren dan Bakrie Telecom sudah melayangkan proposal ke Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos (SDPP) Informatika Kementerian Kominfo terkait rencana penggabungan usaha.
Menurut Kominfo, mekanisme yang memungkinkan dari kerja sama Smartfren dan Bakrie Telecom adalah pengelolaan bersama aset frekuensi dan base transceiver station (BTS). Saat ini, Smartfren dan Bakrie Telecom masing-masing memiliki 5 MHz di frekuensi 850 Mhz.
Frekuensi Bakrie Telecom selebar 5 Mhz itu berpotensi diserahkan kepada Smartfren. Nantinya, pihak yang menjadi penyelenggara jaringan adalah Smartfren. Dengan demikian. Bakrie Telecom tidak akan terbebani oleh pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi.
Pada akhirnya, Bakrie Telecom berpotensi hanya menjadi penyelenggara jasa. Perseroan hanya berkewajiban membayar BHP telekomunikasi dan universal service obligation (USO). Seluruh aset seperti base transceiver station (BTS) sepenuhnya akan dikelola Smartfren.
http://www.beritasatu.com/pasar-moda...e-telecom.html
tak ingin gan
Dikutip dari: http://adf.ly/tB838


