Selasa, 30 September 2014 , 23:53:00 WIB
RMOL. Presiden SBY telah berhasil membangun demokrasi dan di saat bersamaan mengokohkan pondasi ekonomi Indonesia selama 10 tahun menduduki kursi RI-1. Begitu antara lain pernyataan Rektor Universitas Ritsumeikan, Profesor Kiyofumi Kawaguchi, dalam pidato pemberian gelar Doktoris Honoros Causa untuk SBY di kampus itu hari Senin kemarin (29/9).
Menurut informasi yang diperoleh dari KBRI Tokyo, Prof. Kawaguchi juga memuji peran SBY dalam menjaga stabilitas di kawasan Asia Pasifik.
SBY adalah orang Indonesia pertama yang menerima gelar tersebut dan menjadi bagian dari sejarah para tokoh penting dunia yang juga mendapatkan kehormatan serupa, seperti Kim Daejung, mantan Presiden Republik Korea Selatan; Dr. Mahathir Mohammad, Mantan PM Malaysia, dan Amartya Sen, penerima Nobel Ekonomi.
Menurut Prof. Kawaguchi, di bawah kepemimpinan Presiden Yudhoyono, Indonesia telah memainkan peran signifikan di dunia internasional, baik di kawasan Asia Pasifik maupun secara global. Salah satunya adalah dengan memajukan nilai-nilai perdamaian dan demokrasi. "Atas capaiannya, Presiden Yudhoyono pantas menerima gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Ritsumeikan, dan akan menjadi salah satu pemimpin ternama yang capaiannya akan terus dikenang di Asia Pasifik," ujar Prof. Kawaguchi.
Gelar Doktor kehormatan dari Universitas Ritsumeikan ini menambah daftar penghargaan atas capaian dan kerja keras Presiden Yudhoyono selama dua periode pemerintahannya. Beberapa gelar lainnya yang telah ia terima dari berbagai universitas ternama di dunia adalah dari Universitas Webster, Inggris (2005), Universitas Thammasat, Thailand (2005), Universitas Keio, Jepang (2006), Universitas Tsinghua, RRT (2012), Universitas Utara Malaysia, Malaysia (2012) dan Universitas Teknologi Nanyang, Singapura (2013
http://politik.rmol.co/read/2014/09/...gun-Demokrasi-
Selasa, 02 Oktober 2012 | 19:28
Presiden SBY Mengunjungi Maket Pengembangan Kawasan Tanjung Lesung
SBY meminta kepada semua pihak termasuk para anggota ISEI untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dengan baik agar tidak mengalami penurunan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku dirinya tersipu-sipu malu atas perhatian dan sanjungan dunia internasional atas prestasi Indonesia dalam meningkatkan perekonomian paska krisis ekonomi global 2008-2009 lalu. "Terus terang saya suka tersipu-sipu dan merasa kikuk karena pengakuan dan penghargaan datang silih berganti," ujarnya dalam acara silaturahmi dengan pengurus pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia di Istana Negara, hari ini.
Hal itu ia temui dalam forum internasional yang ia marak hadiri. Apresiasi ini menurut SBY karena dunia internasional ingin mengetahui lebih dalam Indonesia. Ia memberi contoh saat dirinya menghadiri Nuclear Security Summit di Seoul, Korea Selatan beberapa bulan lalu. SBY menceritakan dalam acara itu dirinya bercakap-cakap dengan Wakil Perdana Menteri Inggris Nick Clegg."Tiba-tiba dia tanya, Indonesia berapa tumbuhnya tahun lalu? 6,5 persen, dia langsung 'Apa?! Berikan satu persen untuk Inggris' karena waktu itu rendah. Omongan sepe rti itu masih ada," ujarnya.
Oleh karena itu, SBY meminta kepada semua pihak termasuk para anggota ISEI untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dengan baik agar tidak mengalami penurunan. Menurutnya, perekonomian Indonesia mendapatkan apresiasi karena tetap memberikan stimulus dan menjaga defisit agar tidak membengkak dan jumlah pengangguran tidak tinggi.
SBY meminta kepada ISEI untuk mengkaji secara keseluruhan bagaimana Indonesia bisa tetap bertahan di tengah krisis ekonomi globa. Dengan demikian, Indonesia bisa lebih siap dalam menghadapi tantangan global di masa mendatang. Ia juga mengatakan dirinya mencegah Indonesia jangan sampai menerapkan "austerity measures" atau prinsip kehati-hatian dalam kebijakan ekonomi yang bisa memiliki protes dan ongkos sosial yang tinggi.
Dengan demikian, dirinya mendorong agar perekonomian Indonesia tetap dilandasi dengan strategi konsumsi, atau keep buying strategy. Dengan adanya masyarakat yang masih membeli barang dan jasa yang diproduksi, artinya konsumsi berjalan dan ekonomi bergerak.
Untuk itulah diperlukan bantuan kepada masyarakat menengah seperti program BLT dan proteksi sosial agar mereka masih bisa membeli. "Keep buying strategy tidak melumpukan ekonomi. Sekarang Eropa berhadapan dengan rakyatnya, social protesnya besar sekali, social cost tinggi sekali. Mari kita kembangkan suatu solusi jangan sampai kita masuk ke austerity measures," kata SBY.
http://www.beritasatu.com/ekonomi/75...sipu-sipu.html
Kamis, 21 Maret 2013, 21:14
VIVAnews - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tak henti disorot dunia. Setelah Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan 6,2 persen tahun ini, laporan Citi terbaru memprediksi lebih fantastis.
Perekonomian Indonesia yang diukur dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diprediksi masuk 10 besar dunia pada 2025. Indonesia akan mengungguli dua kekuatan ekonomi Eropa, Prancis dan Inggris. Indonesia dinilai memiliki berbagai peluang di berbagai sektor untuk terus tumbuh.
Pemerintah Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 pun menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen tahun ini. Meski target tersebut cukup tinggi di tengah kondisi krisis global saat ini, pemerintah tak menyerah untuk menggenjot laju pertumbuhan ekonomi domestik itu.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 yang "hanya" 6,23 persen, dan di bawah target dalam APBN-P 2012 sebesar 6,5 persen, akan menjadi cambuk untuk memacu pertumbuhan selama 2013. Sepanjang 2012, produk domestik bruto Indonesia sudah mencapai Rp8.241,9 triliun.
Dalam laporan Citi terbaru bertajuk "ASEAN Economic Long View: Indonesia: En Route to a Top-10 World Economy by 2025" menunjukkan, pada 2025, pangsa pasar negara-negara berkembang terhadap PDB dunia diperkirakan naik menjadi 58 persen dari 39 persen pada 2012. Indonesia pada 2025 akan berada di posisi delapan.
"Pada saat itu, Indonesia diperkirakan masuk 10 besar ekonomi terbesar dunia mengikuti negara-negara berkembang lainnya seperti China, India, Rusia, dan Brasil," kata Country Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, dalam laporan tersebut, Kamis 21 Maret 2013.
Pada 2025, pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai US$4.000. Meski angka itu masih di bawah Malaysia dan Thailand, tapi lebih tinggi dibanding Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Derasnya investasi asing yang menyerbu ASEAN akan dapat dimanfaatkan Indonesia sebagai negara paling besar di kawasan itu. Indonesia memiliki berbagai sektor unggulan yang masih bisa dikembangkan di hilir ataupun hulu, seperti otomotif, perbankan, telekomunikasi, semen, ritel, jalan tol, perkebunan, kawasan industri, dan properti.
Setiap sektor industri memiliki berbagai tantangan, seperti otomotif yang membutuhkan lebih banyak infrastruktur jalan, baik di Jakarta dan luar Jakarta. Upaya itu untuk menunjang tumbuhnya penjualan kendaraan bermotor di Indonesia.
Tantangan di sektor perkebunan dan jalan tol, hambatan terbesar yang ditemui adalah pembelian lahan yang dapat mengganggu investasi asing. Khusus untuk sektor hilir perkebunan, Indonesia masih membutuhkan peningkatan pabrik pengolahan sawit yang selama ini masih dikuasai oleh berbagai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura.
Berbeda dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina yang telah mengandalkan ekspor sektor teknologi serta manufaktur, ekspor Indonesia saat ini masih mengandalkan komoditas utama, yakni mencapai 50 persen. Indonesia harus menggenjot kinerja ekspor sektor lain dengan memanfaatkan investasi asing yang deras masuk ke Indonesia.
Untuk itu, pemerintah harus membenahi logistik dan infrastruktur yang masih buruk. Indonesia saat ini di peringkat 59 dalam World Bank's Logistics Performance Index, di belakang Filipina (52), Malaysia (29), dan Thailand (38). Syarat lainnya adalah stabilitas politik Indonesia.
Analis Citi masih berpandangan positif terhadap perkembangan politik di Indonesia. Hasil pemilihan gubernur beberapa waktu lalu menunjukkan kematangan demokrasi Indonesia. Ada keinginan kuat untuk memilih pemimpin baru dan tegas.
Namun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan dapat menahan godaan untuk memulai kebijakan populis yang dapat menghambat perdagangan dan arus modal asing menjelang 2014. Keputusan untuk membubarkan BP Migas beberapa waktu lalu menimbulkan ketidakpastian hukum dan membuat investor putus asa.
"Indonesia telah pulih dari krisis ekonomi 1998. Fundamental ekonomi dan politik saat ini telah kuat dan berada di jalur untuk menjadi negara maju. Kami percaya, untuk mencapai tujuan akhir, tidak bisa ditempuh dengan cara autopilot," katanya.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle, memperkirakan, kondisi ekonomi Indonesia bisa tetap tumbuh dengan baik ke depan. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6,2 persen tahun ini," ujar Koeberle di Jakarta, pekan ini.
Menurut dia, selama ini, ketahanan ekonomi Indonesia memang layak mendapat pujian, karena pertumbuhan relatif stabil meski kondisi perekonomian global melesu.
Koeberle menuturkan, Indonesia bisa meningkatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dengan membuat kebijakan yang tepat. Arus urbanisasi yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat dengan menyediakan lapangan kerja yang berkualitas.
Artinya, dia menjelaskan, pemerintah harus membuka lapangan kerja sebanyak mungkin untuk memberdayakan jumlah angkatan kerja yang makin hari kian meningkat.
Dalam laporan kuartal I-2013, Bank Dunia menyoroti sejumlah hal yang dapat menjadi sumber tekanan terhadap prospek ekonomi, antara lain perlambatan pertumbuhan investasi.
Koeberle mengatakan, risiko terbesar terhadap pertumbuhan jangka pendek berasal dari investasi dalam negeri yang berkontribusi 40 persen dari pertumbuhan pada 2012.
Beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga perlu diwaspadai. Bank Dunia mencermati bahwa subsidi BBM pada 2012 yang mencapai 2,6 persen dari pendapatan domestik bruto turut menambah tekanan terhadap neraca perdagangan luar negeri dan menjadi beban yang signifikan terhadap sektor fiskal.
Menurut data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2013, Bank Dunia mencermati adanya peningkatan tekanan-tekanan serupa, karena kebijakan ekonomi domestik.
Namun, Indonesia terbukti sebagai salah satu negara berkembang di Asia yang mampu bertahan di tengah hantaman krisis ekonomi global saat ini. Kondisi tersebut menjadi salah satu alasan Indonesia berpotensi sebagai negara pemimpin dunia.
Chairman PT Bakrie Global Ventura, Anindya Novyan Bakrie, pun mengungkapkan pendapat senada. Pergeseran motor ekonomi dunia saat ini terus terjadi. Negara-negara besar di Asia seperti China, India, dan khususnya Indonesia mengemban harapan besar dunia, guna mengisi kekosongan pertumbuhan ekonomi yang masih negatif di sejumlah negara.
"Jadi, kepercayaan kepada Indonesia sangat besar, sangat tinggi. Terutama, tentang satu hal, karena stabilitas ekonomi dan politik yang baik," ujar Anindya di acara diskusi panel Globe Asia Power, belum lama ini.
Menurut Anindya, ketahanan fiskal di Indonesia yang kuat saat ini membuat stabilitas ekonomi tetap terjaga di tengah krisis global yang menghantam negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia.
Selain itu, dia menjelaskan, kuatnya fundamental ekonomi tersebut didukung dengan besarnya konsumsi domestik. Kondisi itu dapat menjadi pemikat negara-negara lain untuk terus berinvestasi di Indonesia.
"Ini semua membuat Indonesia mempunyai kesempatan untuk terus berkembang, bahkan menjadi salah satu pemimpin dalam pertumbuhan ekonomi dunia," tuturnya.
http://fokus.news.viva.co.id/news/re...-ekonomi-dunia
10 Jul 2013 21:01
Dengan pengaruh perlambatan pertumbuhan ekonomi China pada negara-negara bekembang, nama Indonesia kembali muncul sebagai salah satu negara yang siap menghadapi berbagai dampak dari kondisi tersebut. Bahkan Indonesia dipuji mampu menerima dampak terkecil dari negara dengan skala ekonomi terbesar kedua di duni aitu.
Analis Investasi dengan pengalami lebih dari dua dekada, David Sterman menilai, Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat berkat peningkatan pesat kelas menengah di tanah air. Tak hanya itu, konsumsi dalam negeri Indonesi ajuga terhitung cukup untuk berlindung dari terpaan perdagangan global yang muncul.
Indonesia tercatat mengalami kenaikan peringkat sebagai negara ke-17 dengan skala ekonomi terbesar di dunia. Menurut data International Monetary Fund (IMF), peringkat Indonesia ini berada di atas Turki dan tepat di bawah Korea Selatan.
Sterman yang pernah menjadi Equity Reseach di Smith Barney ini menilai Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dengan berbagai data statistik yang mengesankan. Tengok saja, penjualan mobil di tanah air yang meningkat lebih besar 17,8% di kuartal I tahun ini daripada di periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan lain terjadi di bidang investasi dimana jumlah modal asing langsung melonjak 27% di kuartal I menjadi sekitar US$ 7 miliar. Jumlah tersebut mencerminkan tingkat pertumbuhan tercepat dibanding 50 negara berkembang lainnya di dunia.
Belakangan ini bahkan banyak investasi langsung pihak asing yang menyasar konsumen Indonesia, bukan pada industri pertambangan tradisional yang merupakan tulang punggung ekonomi negara.
Setiap tahun, menurut laporan IMF, ekonomi Indonesia berkembang 6% dalam tiga tahun terakhir ini. Pertumbuhan tersebut juga dikatakan IMF tak akan berhenti.
Masalah ekonomi di China diperkirakan hanya akan memangkas 1% atau 2% pertumbuhan ekonomi Indonesia. Prediksi IMF terkini menyatakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dalam negeri sebesar 6,3% tahun ini dan naik menjadi 6,4% pada 2014.
Goncangan terbesar untuk ekonomi Indonesia bukanlah China, melainkan korupsi dan birokrasi. Meski mengalami pertumbuhan 6%, Indonesia sebenarnya bisa tumbuh hingga 10%.
Untungnya, saat ini pemerintah Indonesia secara agresif melakukan pembenahan pada proses pengajuan bisnis baru dan menggencarkan upaya-upaya anti korupsi. Sejak lima tahun yang lalu, tindakan penyauapan dikenakan denda berat atau hukuman penjara.
Waktu untuk investasi
Saham-saham Indonesia telah melonjak lebih dari 300% usai krisis ekonomi pada 2008 dan para investor yang menunggu momen merasa kecewa mengingat pasar Indonesia yang terus berkembang baik. Dalam beberapa minggu terakhir, para investor sudah bisa masuk.
Meski begitu, berinvestasi di pasar-pasar berkembang terhitung cukup berisiko karena meski menemukan tempat berinvestasi seringkali mereka tergelincir sebelum akhirnya tetap mendapat untung.
Indonesia tampaknya melakukan pola perekonomian yang sama seperti Jepang, Korea Selatan, atau China yang fokus mengembangkan jumlah kelas menengah. Meski belum jelas arah saham Indonesia selama tiga atau enam bulan ke depan, tapi para investor jangka panjang dapat meraup keuntungan yang besar
http://bisnis.liputan6.com/read/6355...merging-market
KAMIS, 03 APRIL 2014 | 20:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menjadikan berbagai program pemerintah sebagai komoditas untuk dijual dalam kampanyenya. Dalam pidato sepanjang 52 menit di Jakarta International Expo, SBY memaparkan berbagai keberhasilan pemerintah. "Namun manusia mudah lupa dan khilaf," kata SBY saat berpidato di depan ribuan kader Demokrat, Kamis, 3 April 2014. Untuk mengingatkan keberhasilan pemerintah, SBY lalu memaparkan sejumlah keberhasilan pemerintahnya selama 10 tahun. "Tentu datanya dari sumber jelas, dari negara dan pemerintah."
SBY memulai orasinya dengan memaparkan kondisi Indonesia sebelum Pemilu 2004. Dia mengatakan ada perkembangan, kemajuan, dan keberhasilan selama dia memerintah sejak 2004. Dia mengatakan prestasi pemerintahnya ini menjadi refleksi perjalanan 10 tahun ke belakang dan proyeksi 5-10 tahun ke depan. "Hasil dan kemajuannya nyata," katanya. SBY lalu menyinggung sejumlah pencapaian pemerintah di bidang ekonomi, keamanan, dan demokrasi. Dia menuturkan, pada 2004, dia pernah berjanji akan menjadikan Indonesia lebih sejahtera, aman, damai, dan demokratis.
SBY juga menyinggung prestasinya yang tidak dia janjikan pada 2004 silam. Misalnya, pelunasan utang kepada IMF, penghentian sanksi militer, normalisasi kerja sama militer, penyelesaian perkara tuduhan pelanggaran HAM, dan perbaikan hubungan dengan Timor Leste, serta keikutsertaan Indonesia dalam kelompok G-20.
http://www.jpnn.com/read/2014/10/16/...ndukan-Rakyat-
----------------------------------

Bisa nggak yak kalau memrintah nanti, Pakdhe Jokowi mengimbangi prestasi SBY yang mendunia ini?



