Simulasi Sirene Tsunami Tak Terdengar Warga Aceh

Sejumlah warga yang dekat dengan lokasi sirene tsunami mengaku tak mendengar bunyi sirene tersebut saat simulasi kesiapan bencana tsunami digelar pemerintah Aceh, Ahad, 26 Oktober 2014. "Suara sirene terlalu kecil. Kami tak mendengarnya," kata Zainuddin, seorang warga di warung Dhapu Kupi, Blang Oi, Banda Aceh.
Padahal lokasi sirene tsunami di desa itu yang dibunyikan pada pukul 10.15 WIB hanya terletak sekitar 1,5 kilometer dari tempatnya nongkrong. "Mungkin ada masalah, saya tak mendengarnya," ujarnya.
Tempo yang berada 5 ratusan meter dari lokasi sirene mendengar bunyi sirene tsunami yang kecil diselingi suara pengumuman "jangan panik" yang ditujukan kepada warga.

Sejumlah warga yang dekat dengan lokasi sirene tsunami mengaku tak mendengar bunyi sirene tersebut saat simulasi kesiapan bencana tsunami digelar pemerintah Aceh, Ahad, 26 Oktober 2014. "Suara sirene terlalu kecil. Kami tak mendengarnya," kata Zainuddin, seorang warga di warung Dhapu Kupi, Blang Oi, Banda Aceh.
Padahal lokasi sirene tsunami di desa itu yang dibunyikan pada pukul 10.15 WIB hanya terletak sekitar 1,5 kilometer dari tempatnya nongkrong. "Mungkin ada masalah, saya tak mendengarnya," ujarnya.
Tempo yang berada 5 ratusan meter dari lokasi sirene mendengar bunyi sirene tsunami yang kecil diselingi suara pengumuman "jangan panik" yang ditujukan kepada warga.
Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh, Eridawati, mengatakan simulasi sirene telah berjalan baik. "Enam sirene yang diuji coba semuanya berbunyi," ujarnya kepada Tempo. Enam titik sirene yang dibunyikan adalah di Desa Lampulo, Blang Oi, depan kantor Gubernur, Lam Awe, Kajhu, dan Lhoknga.
Ketika ditanyakan kenapa suaranya kecil, Eridawati menjelaskan, secara teknis, suara sirene seharusnya terdengar dalam radius 2 kilometer. Dalam simulasi tersebut, jenis suara yang digunakan adalah suara tes yang disertai dengan pengumuman suara orang. Berbeda dengan kalau terjadi bencana sebenarnya, suaranya lain dan lebih besar. "Mungkin itu pengaruhnya. Kita akan terus kaji dan evaluasi untuk ke depan. Mungkin juga terganggu suara kendaraan, dan warga kurang peduli," ujarnya.
Yang terpenting, kata Eridawati, semua sirene berfungsi dengan baik dan berbunyi saat simulasi tersebut. Diakuinya, selama ini, untuk menjaga peralatan, pihaknya yang berada di bawah koordinasi BMKG Pusat selalu melakukan pembunyian sirene setiap bulan. "Tapi dengan memakai speaker dalam, tidak memakai speaker luar agar masyarakat tidak panik," kata Eridawati. "Tapi, kalau pihak pemerintah Aceh siap untuk simulasi kepada masyarakat setiap bulan, kami siap," ujarnya.
SUMBER
Dikutip dari: http://adf.ly/tPhXV


