Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Cerpen untuk Pemerintah berjudul "Garuda, yang sedang di cabuti bulunya"

Sunday, October 5, 2014
Garuda, yang sedang di cabuti Bulunya
Karya Moch Fikri Apriandi, Tjl

Indonesia adalah sebuah negeri yang berdaulat dan memiliki banyak warisan kekayaan alam yang melimpah serta memiliki kebudayaan yang sangat kental. Garuda adalah lambang negara ini, bagi kami garuda memiliki arti banyak yang tak bisa di jelaskan oleh lisan tapi satu, garuda sendiri adalah lambang dari pancasila. Pancasila adalah lambang dari kedaulatan rakyat Indonesia.

Indonesa memiliki rakyat terbesar ketiga di dunia ini namun Indonesia sendiri bukan negara yang bisa di bilang berposisi di depan antrian kemakmuran, justru sebaliknya Indonesia adalah negara yang saat ini sedang berkembang namun kami akui cukup lambat emang, entah alasan apa yang membuat Indonesia lamban berkembang menjadi negara yang bisa di bilang berada di atas angin.
Kami rakyat Indonesia merasa seperti adanya hal yang ganjil, padahal

Garuda sendiri sudah bisa mengepakan sayapnya dengan lebar, terbang tinggi layaknya burung dewasa dan mampu melewati banyak tempat dengan sekali mengepakan Sayapnya, namun Garuda saat ini masih belum sampai di tempat yang di sebut kemakmuran.
Kepala bisa di ibaratkan sebagai bagian terpenting pada tubuh sang

Garuda, layaknya burung Garuda seharusnya yaitu memiliki badan yang tegap serta berani berkomitmen untuk melindungi diri dari serangan burung lain, akan tetapi burung Garuda milik kami seakan tidak memiliki kebeneranian seperti seharusnya, terlihat ketika burung Garuda kebanggaan kami melewati burung-burung yang lebih kecil maka kepala burung Garuda seakan tertunduk takut sehingga bisa di tunggangi burung-burung yang sebenernya jauh lebih lemah namun mereka telah bertengger lebih dahulu di dahan pohon kemakmuran.

Kami tidak tahu pasti kenapa sang Garuda tidak berani menegapkan tubuhnya dan menenggakan kepalanya di depan burung lain, namun tidak di pungkiri emang tidak sedikit bantuan yang burung-burung lain berikan kepada kami dan menolong kami dari masalah ekonomi di dalam roda pemerintahan kami, namun semua itu percuma bagi kami karna kami tidak merasakan bantuan itu secara langsung.

Entah kemana bantuan itu datang tapi kami rasa bantuan itu secara tidak sengaja membantingakan stir pada kantong tebal milik orang-orang yang berada di bagian kepala, entah siapa orang itu? tapi kami akan tetap selalu memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi milik kami.

Kami hidup pada bagian tubuh Garuda sendiri tidak hanya menumpang layaknya kutu-kutu yang mengambil darah Garuda ini secara perlahan, Kami membayar pajak yah walaupun tidak sedikit orang yang masih belum mampu membayarnya, tapi yang seharusnya hasil dari pajak sendiri itu untuk kami tapi sekali lagi, entah kemana sesuatu yang seharusnya menjadi milik kami itu.

Kami mencoba bersuara dan bertanya kepada orang-orang pada bagian kepala dengan cara berdemo sedikit demi sedikit kami mengumpulkan orang-orang yang merasa di abaikan. karna kami ingat, kami sendiri memilik hak politik, namun mereka hanya diam membisu tak pernah sekalipun menoleh kan kepala mereka ke arah kami. Mereka malah membalas kami dengan kekerasan dan tindakan fisik lain, padahalkan kami cuma ingin suara kami di dengan oleh mereka.

Tidak hanya sampai di situ mirisnya kehidupan sang Garuda yang katanya gagah dan berani itu, kami merasa bulu-bulu garuda kebangaan kami sedang di cabuti perlahan-lahan oleh burung-burung lain. Sumber daya alam kami di keruk sedalam-dalamnya, Kebudayaan kami banyak yang di curi, bahkan teman-teman kami pun yang tadinya berniat mencari nafkah demi sesuap nasi di luar bagian tubuh Garuda ini malah mendapatkan kekerasan, penyiksaan serta hukuman, dan sekali lagi ternya kepala Garuda masih belum berbalik ke arah kami.

Kami lelah, kami bingung, dan kami tidak tahu lagi harus bagaimana agar suara kami di dengar oleh orang-orang yang merasa dirinya adalah pemimpin. Padahal seblum mereka duduk di atas singgasana mereka yang mewah. Mereka melontarkan janji-janji yang katanya akan mensejahterakan kami, tapi untuk sekian kalinya kami tidak merasakan janji itu di buktikan oleh pemimpin kami.

Kami sendiri memang tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak banyak memberikan sesuatu pada negeri ini, tapi kami adalah bagian terkecil dari tubuh Garuda namun sangat penting yaitu rakyat Indonesia itu sendiri.

Entah berapa lama sang Garuda akan menundukan kepalanya, kami akan selalu berusaha untuk membantu Garuda kebangaan kami untuk terus mengepakan sayapnya sehingga kami bersama-sama sampai di dahan pohon kemakmuran. Dengan cara apa? Yah kami masih belum tahu, karna suara kami sampai sekarang masih belum terdengar jelas di telinga orang yang katanya pemimpin negeri ini.

Hebat memang pemimpin kami, mereka yang seharusnya mewakili suara kami tapi malah mengabaikan kami. baru-baru telah di sahkan Peraturan baru mengenai pemilihan kepala daerah secara tidak langsung, kami tersentak seakan tidak percaya hasil dari rapat yang menghabiskan waktu berjam-jam itu.

Kedaulatan kami semakin terancam, hak politik kami semakin di perkecil, sekarang kami tidak bisa menentukan siapa yang akan memimpin kami dan menuntun kami menuju kesejahteraan. Miris memang tapi yah mau gimana lagi suara kami masih belum di dengar jelas oleh pemimpin kami.

Mungkin dengan adanya Peraturan tersebut akan ada banyaknya praktik korupsi dan akan membuat kami sepenuhnya kehilangan sesuatu yang seharusnya menjadi milik kami yaitu kedaulatan, Kami pasrah tapi kami anggap itu adalah sebuah perbuatan baik kami kepada mereka, karna secara tidak langsung kami merasa telah memberi makan tikus-tikus berdasi yang menggunakan kendaraan berkilau dari uang kami.

Tapi kami berjanji walaupun kami pasrah akan tindakan para pemimpin kami, kami akan selalu membantu Garuda kebangaan kami untuk berdiri tegap dan mengepakan kedua sayapnya, sehingga bisa sampai di dahan pohon kemakmuran.

Karna kami yakin dan percaya suatu saat nanti burung Garuda kebanggaan kami akan bisa sampai di depan antrian kemakmuran, serta mampu menegakan badannya dan menenggakan kepalanya di depan burung-burung lainya juga melawan burung lainya yang berusaha mencuri sumber daya alam dan kebudayaan milik kami.

Doa kami adalah, Terbanglah lebih cepat kepakan sayapmu lebih kencang sehingga bisa menghembuskan angin yang dapat mengibarkan sang saka merah putih. Damai negeriku, sejahtera rakyatmu, dan kuat pendirianmu.

Dikutip dari: http://adf.ly/sdYSi
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive