SITUS BERITA TERBARU

[WAJIB DIBACA] Primbon Penyusunan Menteri

Tuesday, October 28, 2014
Memaknai Susunan Kabinet Lewat Primbon

Minggu, 26 Oktober 2014, pukul 17.17 WIB, Presiden Joko Widodo berada di podium halaman Istana Negara untuk mengumumkan susunan Kabinet Kerja.

Mengenakan atasan putih dan celana gelap, Joko Widodo didampingi ibu negara Iriana dan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta Mufidah Kalla.

Inilah penantian selama sepekan lebih yang mengundang polemik di tengah masyarakat. Tepat pada hari keenam setelah pelantikan, jokowi menjawab penasaran masyarakat dengan mengumumkan susunan kabinetnya. Meski dinilai lamban dalam mengumumkan kabinetnya, namun Jokowi mengatakan, pengumuman ini lebih cepat delapan hari dari yang diamanahkan undang-undang tentang Kementrian Negara. Seperti diketahui, undang-undang Kementrian Negara menegaskan, batas akhir seorang presiden mengumumkan kabinetnya adalah 14 hari setelah dirinya dilantik.

Saat berpidato Joko Widodo mengemukakan, bahwa proses penetapan menteri ini dilakukan dengan hati-hati dan cermat. "Ini menjadi keutamaan, karena kabinet akan berkerja lima tahun, kita ingin mendapatkan orang-orang terpilih dan bersih, sehingga kami mengonsultasikan lebih dulu ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) agar akurat dan tepat. Kita semua percaya pada KPK dan PPATK karena mereka memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang baik," papar Jokowi.

Setelah memberikan pengantar, Joko Widodo pun mengumumkan susunan Kabinet yang dia beri nama Kabinet Kerja, sesuai dengan jargon yang dia sebutkan saat pidato pertamanya di depan Sidang Paripurna MPR, 20 Oktober 2014. Joko Widodo kala itu mengatakan, yang utama bagi dirinya dan masyarakat adalah "Kerja, kerja, dan kerja!"

Maka Joko Widodo pun menyebut satu demi satu nama-nama menterinya beserta data singkat mengenai mereka. Setelah membaca 34 nama-nama para pembantunya di Kabinet Kerja, acara pun usai pada pukul 17.40 WIB.

Don dan Juha masih melototin televisi yang menyiarkan secara langsung pengumuman anggota kabinet itu. Keduanya saling berpandangan saat presiden dan wakilnya berlalu menuju ke dalam Istana Negara.

"Ada yang menarik?" tanya Juha kepada Don di Minggu senja itu.
"Selalu ada yang menarik di mana pun Jokowi berada, termasuk senja ini," Don menjawab.
"Bisa kau sebut yang menarik itu?"
"Pengumuman dilakukan pada hari Minggu pukul 17.17 WIB."
"Apa maknanya?"

"Dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan. Jadi, batas suatu hari adalah pk.5 sore. Berarti saat diumumkan sudah masuk hari Senin. Senin Wage. Senin adalah hari yang baik untuk semua keperluan. Menurut kepercayaan Jawa, jika anda lahir pada hari Senin Wage maka anda jarang terjebak dalam keadaan yang memalukan! Ini dikarenakan anda suka merencanakan dan menimbang pilihan anda dengan hati-hati jauh sebelum mengambil tindakan. Sedangkan angka 17 bagi orang Indonesia dinilai angka keramat, itulah sebabnya Bung Karno memilih tanggal 17 saat memerdekan bangsa ini."

"Terus apa lagi ang menarik?"

"Presiden beserta wakilnya dan menteri-menterinya berpakaian putih. Warna putih adalah simbol kebaikan, keadaan tak bersalah, kemurnian, segar, bersih."

"Ya, ya, putih adalah juga representasi kehadiran seluruh warna dasar dalam keadaan maksimum dengan proporsi sama besar. Putih, seperti juga hitam dan abu-abu, tidak bisa dikatakan didefinisikan sebagai warna tertentu. Putih dalam pengertian ideal berarti kehadiran seluruh warna dengan cahaya maksimum sehingga tidak bisa lagi direpresentasikan oleh mata atau sensor kamera, berkebalikan dengan definisi ideal hitam," Juha ikut berkomentar.

"Warna putih dikategorikan sebagai warna netral. Putih melambangkan kedamaian dan kepolosan. Warna putih mampu menunjukkan rasa permohonan maaf, spiritualitas, kesederhanaan, kesempurnaan dan keamanan. Warna putih juga memberikan aura kebebasan serta keterbukaan," Don menimpali.

"Memangnya Pak Jokowi masih membawa serta ke-Jawa-annya meski sudah hidup di Jakarta?"
"Orang Jawa di mana pun berada tetap orang Jawa, sama dengan orang dari suku-suku lainnya. Di mana pun mereka tinggal, tentulah mereka sudah bersama dengan tradisi dan kebiasan di dalam pikiran dan hatinya."

"Bisa kau sebut ciri-cirinya orang Jawa?"

"Dalam kehidupan masyarakat Jawa dikenal adanya istilah 'hari baik' dan 'hari buruk'. Maksudnya, ada suatu kepercayaan bahwa hari-hari dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh kegaiban tertentu bagi manusia, ada yang pengaruhnya baik, ada yang pengaruhnya buruk, dan pengaruh tersebut dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia secara jangka panjang."

"Terus...?"

"Dalam melakukan sesuatu perbuatan yang bersifat penting, biasanya orang Jawa akan menyesuaikan waktu dan hari pelaksanaannya, supaya hasilnya baik seperti yang diharapkan dan tidak ada nasib buruk yang dialami di belakang hari. Misalnya, yang akan pindah rumah atau bepergian jauh akan menghindari hari Jum'at dan Sabtu, karena hari Jum'at banyak yang rusuh, banyak masalah, banyak pertengkaran dan perselisihan, dan hari Sabtu banyak naas, nasib buruk dan musibah."

"Wah tahayul banget ya orang Jawa itu..."

"Dengar dulu penjelasanku. Dalam budaya Jawa juga ada konsep ilmu petungan (perhitungan), yang melibatkan alam pemikiran makro dan mikrokosmos, jagad gedhe dan cilik, alam semesta dan diri manusia. Petungan bukan dibuat atas dasar tahayul, tetapi atas dasar titen, yaitu mengamati dan memahami alam, sehingga muncullah konsep pranata mangsa, ilmu tentang ramalan cuaca (perilaku alam), yang sehari-harinya banyak digunakan sebagai patokan
hari untuk rencana menanam padi dan panenan."

"Baiklah. Jadi menurutmu, apa yang dilakukan oleh Joko Widodo sebagai orang Jawa sudah bener?"
"InsyaAllah sudah bener."
"O... pantas saja waktu pengumuman diundur, dari yang semula rencananya mau diumumkan pukul 16.00, akhirnya diumumkan di atas pukul 17.00 WIB."
"Emang kamu tahu maknanya Minggu Pon?"
"Sebentar, saya buka primbon dulu," Juha membuka lembar-lembar halaman primbon milik Don.

"Menurut primbon, watak mereka yang lahir pada hari pasaran Pon itu suka marah kepada keluarga, jalan pikirannya sering berbeda dengan pandangan umum, dan suka berbantahan," sambung Don.

Ha ha ha... Sepasang sahabat itu pun pecah tawanya.

"So, ada yang menarik lagi nggak menurutmu?"
"Ada. Sebagian menteri-menteri itu ternyata dari keturunan orang-orang hebat."
"Misalnya."
"Puan Maharani, selain cucu Presiden Sukarno, juga puteri presiden kelima Megawati."
"Kemudian..."
"Ada Ryamizard Ryacudu yang bekas KSAD dan anak dari Mayjen TNI Musanif Ryacudu. Ayah Rymizard adalah salah satu perwira tinggi TNI AD yang dikenal sangat dekat dengan Presiden Soekarno atau Soekarnois."

Selanjutnya Don pun bercerita mengenai asal-usul menteri lainnya. Indroyono Soesilo, adalah anak dari Jenderal Soesilo Soedarman. Bambang Brojonegoro, anak dari Mentri Prof. Dr. Ir. R. M. Soemantri Brodjonegoro (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia pada tahun 1967 hingga 1973 dan juga mantan Menteri Pendikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1973. Ia juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Indonesia. Ia meninggal dunia dalam masa jabatannya sebagai Mendikbud dan digantikan oleh Syarief Thayeb).

Anies Baswedan, anak dari AR Baswedan, Menteri Muda Penerangan di zaman Bung Karno. AR Bawesdan pula yang bertaruh nyawa pergi ke Mesir dan akhirnya Indonesia meraih pengakuan pertama atas eksistensi Republik Indonesia secara de facto dan de yure oleh Mesir. AR Baswedan sangat sederhana dan tidak pernah memikirkan harta material. Sampai akhir hayatnya AR Baswedan tidak memiliki rumah. Dia dan keluarga menempati rumah pinjaman di dalam kompleks Taman Yuwono di Yogyakarta, sebuah kompleks perumahan yang dipinjamkan oleh Haji Bilal untuk para pejuang revolusi saat Ibukota di RI berada di Yogyakarta. Mobil yang dimilikinya adalah hadiah ulang tahun ke 72 dari sahabatnya Adam Malik, saat menjabat Wakil Presiden.

"Moga-moga saja nama-nama hebat itu menjadi spirit bagi keturunannya dan menteri-menteri lainnya ya, agar nama mereka seharum nama para tokoh itu?" timpal Juha.

"Iya, mulailah mereka kerja, kerja, dan kerja," Don menyahut.
"Tapi jangan juga terus-terusan kerja, bisa-bisa kehilangan kepribadiannya sebagai manusia."
"Tenang aja, Pak Jokowi kan pandai mencairkan suasana. Jadi, meski bekerja keras tetap dalam suasana yang santai."
"Kita kasih kesempatan kabinet ini bekerja. Jangan belum bekerja sudah kita nyinyiri."
"Kalau kerja mereka baik kita dukung. Kalau mereka menyeleweng, kita tempeleng."
"Akur!"

Adzan maghrib berkumandang. Perbincangan sepasang sahabat itu berhenti. Senja sempurna luruh menuju malam.

(sumber) : http://nasional.kompas.com/read/2014....Lewat.Primbon

-------------------------------

Namanya aja uthak athik gathuk,,,,tapi baik sejak jamannya Soeharto, banyak orang yang mencoba melihat kebijakan pemimpin negara dari perspektif kultural (primbon) . Sah-sah aja sih menurut ane, menurut agan2 gimana ya....

Link:
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive