SITUS BERITA TERBARU

Jokowi Dipanggil Satrio Piningit di Yogyakarta

Saturday, December 28, 2013
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Menghadiri acara temu alumni di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta bersama Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri, Gubernur DKI Jakarta Jokowi dipanggil Satrio Piningit.

Panggilan Satrio Piningit untuk Jokowi dilontarkan oleh moderator diskusi sebelum Gubernur DKI Jakarta itu memberikan pandangannya terkait semangat kebangsaan.

"Kalau di Jawa, sosok seperti Pak Jokowi itu dikenal sebagai Satrio Piningit," ujar Darmanto, moderator acara diskusi temu alumni USD, Sabtu (28/12/2013).

Ia mengungkapkan, sosok Jokowi cenderung pendiam, tetapi banyak bekerja, bahkan mau turun sampai ke kalangan masyarakat yang tidak mampu. Jokowi juga rendah hati dan tidak suka mengumbar janji-janji palsu. Sifat dan sosok ini mirip dengan karakter Satrio Piningit.

Dalam acara acara temu alumni USD, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dan Gubernur DKI Jakarta hadir sebagai pembicara diskusi bertema "Semangat Kebangsaan".

Acara temu alumni ini merupakan rangkaian acara memperingati 100 tahun kelahiran Driyarkara, rektor pertama USD. Prof Dr N Driyarkara SJ adalah sahabat Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno sekaligus yang mengawal pemikiran-pemikiran Soekarno, terutama Pancasila dan semangat kebangsaan.

Bahkan, Soekarno pada tahun 1966 sempat menanam pohon beringin yang sampai saat ini masih berdiri kokoh di kawasan USD. Kehadiran Megawati dengan pandangan-pandangannya diharapkan mampu menghadirkan kembali semangat kebangsaan bagi para alumni dalam konteks kehidupan zaman sekarang. (Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)

sumber


Masyarakat jawa selalu mengharapkan adanya seorang juru selamat berbentuk pemimpin baru pada saat menghadapi jaman yg penuh dengan kekacauan. Juru selamat itu biasanya dikenal dengan "satrio piningit : kesatria yang disimpan/tersimpan"
Saya kurang setuju penggunaan idiom-idiom kesukuan untuk konteks nasional indonesia.
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive