SITUS BERITA TERBARU

Mertua Assad di Inggris 'Diteror' Para Tetangganya

Sunday, January 12, 2014
TEMPO.CO, London - Perang saudara di Suria 'merembes' hingga Inggris. Tepatnya di Acton, lingkungan bergaya tahun 1930-an di London Barat, di mana mertua Presiden Bashar Al-Assad tinggal.

Pertempuran itu tidak dengan Kalashnikov, artileri, dan bom mobil, tetapi dengan coretan, penghinaan, dan hubungan yang terputus dengan para tetangganya.

Di rumah mewah ini, keluarga dr Fawaz Akhras, orang tua Asma Assad--istri Bashar Al-Assad--tinggal. Untuk melayani keluarga itu, menurut Mail Online, mereka mempekerjakan seorang pekerja rumah tangga asal Indonesia, yang tampaknya diambil dari Suriah.

Kebencian terhadap keluarga ini mulai muncul setelah beredar kabar Akhras diam-diam menyarankan menantunya mengambil tindakan tegas terhadap demonstran.

Demonstrasi pernah dilakukan di depan rumah mereka. Saat itu, dinding taman roboh, jendela-jendela rusak, dan bom cat memenuhi dinding rumah mereka. Sebuah spanduk putih besar disampirkan, bertuliskan mereka harus keluar dari kawasan ini, dan menyatakan bahwa "semua parfum di dunia Arab tidak akan menghapus bau rezim Assad".

Seorang tetangganya menyatakan mereka memperlakukan pasangan ini seperti sampah masyarakat. "Ketika saya melihat mereka, saya lebih baik memalingkan wajah," kata seorang tetangga yang pernah menganggap keluarga itu teman.

"Orang-orang merasa jijik pada mereka," kata Malik al-Abdeh, seorang wartawan oposisi yang orang tuanya tinggal tepat di seberang rumah Akhras. "Mereka dianggap sangat tidak berperasaan, egois, hanya mengejar kekayaan, dan namanya tercemar justru karena dekat dengan rezim Assad."

Foto tentang keluarga ini sempat mengundang kemarahan publik. Saat itu, ketika di Suriah tindakan brutal sedang diambil terhadap demonstran, Asma hadir di rumah itu untuk menyelenggarakan pesta ulang tahun anaknya dan berpose di belakang meja penuh dengan makanan.

Pasangan ini jarang membuka pintu depan. Keluar-masuk rumah dilakukan melalui pintu belakang. Selama Ramadan musim panas lalu, Sahar Otri, istri Akhras, tidak pergi ke masjid di dekat King Fahad Academy seperti kebiasaannya selama ini.

Di Inggris, Akhras masih bekerja sebagai kardiolog, mengemudikan sendiri mobil ke kliniknya di Harley Street atau Rumah Sakit Cromwell di Kensington, London Barat.

Mohammed, tetangganya yang telah berpuluh tahun tinggal di kawasan itu, menyatakan keluarga Akhras adalah keluarga terhormat pada awalnya. Sahar adalah seorang sekretaris pertama di kedutaan Suriah, mengumpulkan uang untuk amal Suriah, dan menyapa siapa saja saat berjalan-jalan.

Akhras mendirikan perkumpulan Masyarakat Inggris-Suriah untuk mempromosikan hubungan yang lebih baik antara kedua negara. Enam bulan sebelum dimulainya pemberontakan, Ratu mengundang mereka untuk jamuan makan kenegaraan di Windsor Castle untuk menghormati Emir Qatar.

Asma disebut Huda, tetangga yang lain, sebagai gadis yang baik, normal, dan ramah. Dia bersekolah di sebuah sekolah swasta di Marylebone, London Tengah, dan ke King College London, sebelum menjadi seorang bankir. Kemudian pada 2000 ia menikah dengan Assad. Tak seorang pun di lingkungan ini tahu sampai setelah acara tersebut.

"Kami terkejut," kata Huda. "Bagaimana mungkin sebuah keluarga Sunni membiarkan putri mereka menikah dengan seorang Alawi?"

Tapi, sejak konflik dimulai, kecurigaan waspada telah berubah menjadi kebencian. Apalagi, hampir setiap keluarga di lingkungan dengan penghuni kebanyakan berdarah Suriah ini memiliki kerabat yang tewas, dipenjara, disiksa, atau terpaksa tinggal di kamp-kamp pengungsi.

"Orang-orang akan meludahi wajahnya, jika pun tidak menyerangnya," kata seorang muslim setempat. "Semua orang jijik."

Sumber

Mulai tidak tenang
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive