SITUS BERITA TERBARU

IniLah Akibatnya Kalau Daftar Lewat Calo

Tuesday, October 1, 2013
Anak Gagal Jadi Polisi, Hasni Kehilangan Rp 355 Juta

[imagetag]


TRIBUNNEWS, WATAMPONE - Seorang warga Lingkungan Pao, Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone, Hasni, menyebutkan sindikat calo masuk Kepolisian Republik Indonesia di Kabupaten Bone. Selain ke dua anaknya gagal masuk polisi, uang sebesar Rp 355 juta pun raib dibawa oknum polisi yang mengurusnya.

Peristiwa itu berawal ketika Hasni mendaftarkan dua anaknya Wandika Wardana dan Fitriani masuk bintara kepolisian setelah diajak oleh oknum kepolisian yang bertugas di Polsek Pelabuhan Bajoe Aiptu M Jufri. Kala itu, Jufri yang mendatangi rumahnya memberikan jaminan 95 persen selama diurus oleh putranya Briptu Hendra Perdana Nur yang bertugas di Propam Poldam Sulsel.

"Saya diminta membayar secara bertahap. Sebagian uang itu dianggap uang mati atau uang bimbingan persiapan ujian masuk dan sebagiannya lagi untuk melalui sejumlah tes ujian. Bahkan ada juga yang katanya untuk disetorkan kepada komandannya," ungkap Hasni kepada wartawan, Selasa (1/10) saat ditemui di Kantor LSM Latenritatta.

Ia menyebutkan, selain menjamin kelulusan kedua anaknya, Aiptu Jufri juga menjanjikan akan mengembalikan uangnya jika ternyata salah satu anaknya gagal masuk pendidikan kepolisian.
Hasni merincikan, tidak hanya kedua oknum polisi itu saja yang terlibat dalam kepengurusan anaknya.

Meski Hendra telah tertangkap namun, sejumlah oknum yang terlibat hingga saat ini masih berkeliaran di luar, termaksud Aiptu M Jufri yang pertama kali mengajaknya. Ironisnya, saat meminta kembali uangnya, oknum Hendra dan Jufri malah menyebut bahwa uang itu sudah disetorkan kepada Wakapolda Sulsel.

"Wandika gagal dites kesehatan sedangkan Fitriani gagal tes tulis.
Tapi setelah gagal, Hendra tetap meminta uang untuk diikutkan di tes Pantohir. Padahal anak saya sudah jelas tidak bisa ikut ujian selanjutnya karena gagal pada ujian sebelumnya," kata Hasni.

Sementera itu, kepada Tribun Fitriani menyebutkan, sebelum pendaftaran dibuka, ia telah diboyong ke Makassar untuk mengikuti pembimbingan dan pelatihan mengikuti tahapan ujian masuk polisi. Tidak hanya ia sendiri saja yang diurus, karena di rumah Hendra ternyata sudah ada enam orang yang ikut tergiur dengan jaminan yang ditawarkan oknum polisi tersebut.

"Waktu saya gagal ujian tulis, saya dialarang memberitahu orang tua saya makanya orang tua saya tetap mengirim uang meski saya telah gagal masuk Polwan," tutur Fitriani.

Ia menuturkan, selama di Makassar, ia dan sejumlah pendaftra lainnya yang diurus oleh Hendra mengikuti pelatihan di sejumlah rumah oknum polisi Polda Sulsel. Seperti pelatihan psikologi digelar di rumah anggota Polda Sulsel yang tidak diketahuinya.

Korban pun menuntut kembali uang yang telah disetorkannya dan melaporkan Henra atas kasus penipuan di Mapolda Sulsel. Meski Hendra telah dibekuk namun, korban merasa uang itu tidak hanya dinikmati Hendra seorang, melainkan juga sejumlah pejabat kepolisian yang ada di Polda.

Ketua LSM Latenritatta Muhawas menyebutkan, pihaknya akan meneruskan laporan itu ke Mabespolri dan sejumlah jawatan yang berwenang. Dari keterangan korban, ia menduga, selain kedua oknum polisi itu, Kabid Dokkes Polda Sulsel sebagai penentu kelulusan pada tes polisi dan
Ajudan Kabid Dokkes selaku orang turut serta menyakinkan korban serta Dokter Desy bagian penetu kelulusan juga terlibat dalam kasus tersebut.

"Kami akan usut calo kepolisian di tubuh Polri ini dan membeberkan hasilnya kepada media," ungkap Muhawas.

Sementara itu, Kasi Propam Polres Bone Andi Abdurrahman yang ditemui Tribun tidak mau memberikan komentar soal keberadaan kurir di jajaran Polres Bone yang kerap merekrut korbannya. Begitupula Wakapolres Bone Kompol Agung Kanigoro juga enggan memberikan komentar dan mengarahkan mengkonfirfasi kasus tersebut ke Kapolres Bone baru yang belum mengisi ruang kerjanya.

"Tahapan ujian masuk polisi sudah jelas dan terpampang di Mapolda Sulsel. Jadi sudah jelas kalau tidak lulus tahapan itu maka pasti tidak jelas," ungkap Agung.

Ia menyebutkan, tingkah oknum polisi yang seperti itu salah satu faktor yang membuat kinerja kepolisian menurun. Agung menghimbau agar masyarakat tidak tergiur dengan janji seperti itu.

"Jadi Polisi itu tidak pakai uang tapi harus melalui tahapan ujiannya sesuai kemampuan calon pendaftar," tutur Agung.

Sumber:
http://pontianak.tribunnews.com/2013...an-rp-355-juta

Daftar polisi lewat calo? Apakah rata-rata begitu ya jadi polisi di Indonesia? [imagetag] [imagetag] [imagetag] [imagetag] [imagetag]
Klopun lolos jadi polisi, tar jadinya polisi korup, krn buat balikin modal calo..... [imagetag] [imagetag] [imagetag]
Jadi PNS, jd pejabat, jd hakim, dll pada pakai calo... jgn2 jd mentri juga ada colonya... [imagetag] [imagetag] [imagetag]
Sepertinya semua hal di Indonesia penuh dengan calo-calo, yg paranya lagi ada oknum org dalam yg jadi mafia calonya..... [imagetag] [imagetag] [imagetag]

Sepertinya Calo ga ada matinye...... [imagetag] [imagetag] [imagetag]
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive