SITUS BERITA TERBARU

Air mata dari mata air Aqua

Wednesday, October 2, 2013
[imagetag]


Panas begitu menyengat Selasa pekan lalu di Kampung Pojok, Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dua bocah lelaki dan perempuan asyik bermain di pinggir kolam dijadikan warga sebagai tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK) sumbangan dari Aqua.

Air di kolam itu keruh. Warnanya coklat dan tidak layak digunakan untuk mencuci, apalagi buat diminum. Airnya bercampur sampah plastik dan daun kering gugur dari pohon mengelilingi kolam berukuran 45 meter meter persegi ini. Namun siang itu, Siti, 42 tahun, tengah membasuh sabun di atas piring, mangkuk dan sendok. Perlahan dia mengguyur air keruh itu membilas perabotan rumah tangga dia cuci.

"MCK ini sumbangan dari pabrik Aqua. Airnya kini tidak mengalir dan warga setiap hari gunakan air keruh ini untuk kebutuhan sehari-hari," kata Siti, warga RT 02/ RW 05 Kampung Pojok, kepada merdeka.com.

Siti mengeluhkan sejak berdiri pabrik Aqua di bawah rumahnya, air sumur di kediamannya mulai mengering. Kekeringan kian parah di musim kemarau. "Kalau untuk air minum baru kita pakai pompa di rumah. Sisanya pakai air di sini," ujar Siti. Jika sumurnya kering, dia harus berjalan menanjak dan menurun sekitar satu kilometer menuju mata air juga digunakan penduduk Kampung Pojok.

Suaminya, Ari, baru pulang dari sawah langsung mendekati Siti. Dia mencuci kakinya di kolam itu dengan sabun colek. Sehabis itu, dia menggosok gigi dan berkumur memakai air keruh baru saja digunakan istrinya mencuci. "Sudah biasa seperti ini," tutur Ari.

Kenyataan dihadapi Siti sekampung memang sulit dipercaya lantaran Sukabumi merupakan nafas industri air kemasan kelas dunia. Di sekitar Desa Babakan Pari, mulai dari jalan raya menuju Kota Sukabumi terdapat tiga pabrik air kemasan: Aqua-Danone, You C 1000, dan Pocari Sweat. Tidak jauh dari sana masih ada pabrik 2 Tang, PT Indolakto, dan Kratingdaeng.

Menurut data Dinas Pertambangan dan Energi Sukabumi, kini berubah nama menjadi Dinas Pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral, tiga tahun lalu di Kecamatan Cidahu ada sebelas perusahaan mengambil dan memanfaatkan air di daerah itu. Mereka adalah PT Aqua Golden Mississippi, PT Ades Water Indonesia Tbk, PT Tirta Food Aritama, PT Cisalada Jaya Tirtatama, PT Baksomas Sugiharto, PT Subur Tirta Sejuk, PT Tri Banyan Tirta, PT Agrawira Tirtamitra, PT Asia Health Energi Beverages, PT Airess Mega Utama, dan PT Tirta Investama.

Hasil penelitian Direktorat Geologi bekerja sama dengan Bagian Lingkungan Hidup Kabupaten Sukabumi menemukan 37 mata air di dua kecamatan, yakni Cicurug dan Cidahu. Total debit air dari mata-mata air itu 1.335 liter per detik.

Hasil riset 2012, kata Irfan Zamzami, peneliti dari Amrta Institute for Water Literacy, eksploitasi air di Kabupaten Sukabumi telah membuat warga menderita. Sebagian besar miskin dan sulit memperoleh air bersih.

"Sebanyak 48 persen atau hampir separuh pengambilan air tanah di Kabupaten Sukabumi dilakukan oleh tiga perusahaan penghasil produk terkemuka di dunia, yaitu Aqua, Pocari Sweat, dan Indomilk," kata Irfan melalui surat elektronik Senin pekan lalu.

Dia menemukan 24 persen warga tinggal di sekitar perusahaan air kemasan tergolong miskin. Selain itu, temuannya di Kecamatan Cidahu, mayoritas penduduknya berada di sekitar perusahaan air kemasan, seperti Aqua, Pocari Sweat, Indomilk, Kratingdaeng, dan Alto kesulitan air bersih. "Di Kecamatan Cidahu banyak yang kesulitan terhadap akses air bersih," ujar Irfan.

Hingga berita ini dilansir, pihak Aqua Danone belum memberikan konfirmasi soal itu. "Akan saya koordinasikan di dalam dulu, ya Mas. Mohon diberi waktu, terima kasih banyak," tutur juru bicara Aqua Danone Clarissa Idarto melalui pesan BlackBerry Messenger Sabtu pekan kemarin.

sumur

Sedalam sedotan Aqua
Jutaan meter kubik air di bawah tanah terus dirongrong perusahaan air minum dalam kemasan. Kini warga Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sulit mendapatkan akses air bersih.

Saban hari mereka harus menggunakan air keruh mengalir dari persawahan. Air itu berasal dari aliran Sungai Cigoong telah bercampur limbah rumah tangga. Di bagian hulu, terdapat sebuah MCK (mandi, cuci, kakus) terbuat dari batako dan beratap asbes.

"Kadang suka ada pisang goreng juga nyangkut," kata Wawan, warga Kampung Kuta, Selasa pekan lalu mengantarkan merdeka.com mencari sumber muara air keruh digunakan penduduk Babakan Pari.

Pisang goreng dimaksud Wawan ialah kotoran manusia. Namun warga tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tetap menggunakan air keruh itu untuk kebutuhan sehari-hari lantaran sumur mereka kering. "Ini hulu air digunakan warga," ujarnya saat menunjukan tempat itu.

Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra)Kabupaten Sukabumi menuding Aqua melanggar prinsip tata kelola perusahaan dan merugikan masyarakat. Lewat riset berjudul Relasi Aktor Politik Ekonomi Lokal Sukabumi, Fitra menemukan dampak negatif akibat eksploitasi air oleh Aqua lewat bendera PT Tirta Investama memanfaatkan mata air Cikubang. Fitra menyimpulkan warga Desa Babakan Pari kekurangan air bersih. Selain itu, semua kampung di desa ini kesulitan pasokan air buat mengairi sawah mereka.

Mantan Kepala Dinas Pertambangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (PESDM) Kabupaten Sukabumi Dadang mengatakan potensi air tanah di wilayahnya sekitar 34 juta meter kubik. Dia mengungkapkan penurunan air tanah di Kecamatan Cidahu perlu perhatian pemerintah secara khusus.

Jika dibiarkan terus, 106 perusahaan air minum kemasan bisa menyedot habis semua cadangan itu. "Kalau tidak ada antisipasi, perkiraan saya 20 tahun akan habis potensi air di Sukabumi," kata Dadang melalui telepon selulernya Senin lalu.

Dadang menilai penghijauan dilakukan perusahaan-perusahaan pengguna air tanah itu telat. Dia menambahkan pemerintah kabupaten telah memantau penggunaan air oleh Aqua.

Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas PESDM Kabupaten Sukabumi Iyus menjelaskan pendapatan pajak terbesar dari 106 perusahaan di daerah itu berasal dari Aqua. Aqua menjadi perusahaan terbesar menenggak air tanah, sekitar 200 ribu meter kubik tiap bulan. Urutan kedua ditempati Pocari Sweat lewat PT Amerta Indah Otsuka. "Pocari Sweat masuk urutan nomor dua, tapi masih suka berganti dengan perusahaan lain. Sedangkan yang ketiga itu PT Indolakto," ujar Iyus melalui telepon selulernya kemarin.

Jumlah pendapatan dari pajak perusahaan air minum kemasan meningkat seiring naiknya pajak air tanah menjadi Rp 1.500 per meter kubik. "Aqua bayar pajak paling besar sekitar Rp 5,6 miliar," tuturnya.

Data Dinas PESDM terbaru tentang air disedot Aqua saban bulan dari empat mata air milik mereka sungguh fantastis. Dari mata air pertama mereka mampu menghasilkan 432 meter kubik per hari.

Melalui mata air kedua dan ketiga sama-sama menyedot 864 meter kubik tipa hari. Sedangkan ladang air keempat paling besar hasilnya, yakni 6.048 meter kubik saban hari.

Aqua punya pandangan lain terkait tudingan sebagai penyebab keringnya sumur-sumur warga di Desa Babakan Pari. Dalam proses produksinya di mata air Cikubang, Aqua mengaku mengambil air dari lapisan dalam. berbeda dengan masyarakat memakai air di lapisan permukaan.

"Sumber air itu dipisahkan oleh lapisan batuan kedap air. Secara teknis kedua sumber air ini tidak berhubungan," kata Chrysanthi Tarigan, Coorporate Communications Manager PT Tirta Investama saat berkunjung ke kantor merdeka.com kemarin.

sumur

kasian[imagetag] tinggal di wilayah air bersih tapi gak dapet air coz di ambil oleh orang2 serakah yang mw cari untung.

[imagetag]
40 tahun aqua 40 tahun kalian menyiksa rakyat kecil
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive