SITUS BERITA TERBARU

YANI W SULISTYOWATI; Menjawab Tantangan Pembangunan Aceh

Sunday, September 8, 2013
Tak mudah bagi Yani Wage Sulistyowati untuk memutuskan langkah politiknya. Menjadi calon wakil rakyat Aceh di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), di Senayan--dengan berbagai macam tarik menarik kepentingan di dalamnya--merupakan sebuah keputusan yang harus diambilnya melalui proses diskusi yang panjang dengan hati dan keluarganya. Hingga suatu hari, dia memantapkan dan meluruskan niat untuk memberikan pengabdian kepada daerah yang baru dikenalnya tujuh tahun terakhir ini.

"Ada satu anggapan keliru yang berkembang luas dan seolah-olah tanpa bantahan. Banyak orang yang menganggap Aceh sebagai daerah bermasalah. Dan ini adalah tantangan buat siapa saja yang mengenal Aceh untuk menjelaskan bahwa Aceh adalah daerah yang berhak memiliki kehidupan yang bermartabat, sama seperti daerah lain," kata wanita yang kerap disapa Bunda kepada acehonline.info, Jumat (6/9) di Banda Aceh.

Misi Yani pertama kali menginjakkan kaki di Aceh, Awal 2005 pasca Tsunami, adalah kemanusiaan. Saat itu, dia merupakan seorang konsultan bidang kontruksi yang menjadi mitra Kementerian Perhubungan. Dalam pesawat, sesaat sebelum mendarat di Aceh, dia menyaksikan langsung kerusakan para akibat tsunami dari udara. Saat itu, dia segera mengatakan kepada salah seorang pejabat yang ikut dalam penerbangan itu, untuk melakukan satu langkah penting: bahwa yang harus dilakukan segera adalah membangun jalan dan jembatan untuk memobilisasi bantuan ke seluruh korban.

Namun rasa cinta kepada Aceh tumbuh saat Yani melihat langsung kekuatan mental para penyintas tsunami. Selama di Aceh, tak sekalipun dia melihat seorang yang meratapi kehancuran dan kehilangan yang begitu besar, baik nyawa maupun materi. Kekuatan mental ini yang menjadi jawaban pertanyaan Yani, "Mengapa harus Aceh yang dilanda Tsunami?"

"Dalam menghadapi musibah itu, saya melihat masyarakat Aceh sangat tegar, dan bangkit dengan mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Itu menurut saya sesuatu yang luar biasa. Masyarakat Aceh memilih untuk tidak tidak meratapi kehilangan dan kesedihan dari musibah itu."

***
Ada sebuah fakta miris yang terjadi di Aceh. Meski daerah ini memiliki kekayaan alam melimpah, mayoritas masyarakat di daerah terpencil Aceh, hidup di bawah garis kemiskinan. Masyarakat yang hidup jauh dari pusat-pusat pemerintahan cenderung tak mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan yang baik. Bahkan jika dibandingkan dengan sejumlah daerah di Kalimantan dan wilayah timur Indonesia, kondisi Aceh sangat tertinggal meski cukup dekat dengan Pusat Pemerintahan Indonesia; Jakarta.

Ironi ini menyisakan banyak pertanyaan di benak wanita kelahiran Jakarta, berdarah Madura ini. Di tengah kesibukannya mengurusi perusahaan, Yani yang saat ini menetap di Aceh mendatangi daerah-daerah itu untuk memberikan penyuluhan kesehatan. Dia merasa masyarakat memerlukan tangan-tangan di luar pemerintah untuk membantu mereka mengatasi berbagai masalah dalam menjalani hidup.

"(Tingkat) pendidikan dan kesehatan di Aceh sangat kurang. Banyak ibu dan anak-anak di pedesaan yang menderita. Ini belum lagi ditambah angka pengangguran yang cukup tinggi akibat tidak bergeraknya sentra industri masyarakat kecil. Pemerintah pun seperti tidak kreatif dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya industri di Aceh. Walaupun Aceh memiliki banyak sumber daya alam yang layak dan lebih baik dari daerah lain, namaun itu tidak dioptimalkan dengan baik, karena banyak 'lahan tidur' di Aceh," kata calon anggota DPR RI Partai Gerindra Daerah Pemilihan satu-Aceh nomor urut 5 ini.

Akibat banyak penderitaan yang dirasakan masyarakat Aceh, Yani mejelaskan, hal tersebut membuat dirinya terketuk hati ingin berbuat sesuatu untuk rakyat Aceh yang akan diperjuangkannya di Senayan (DPR-RI).

Dia memikiki sebuah strategi untuk mengajak masyarakat bangkit dan hidup dengan derajat kesejahteraan yang baik. Jika banyak politisi memilih perkotaan sebagai simbol kemakmuran, Yani beranggapan bahwa kesejahteraan itu berawal dari gampong-gampong (desa) di seluruh Aceh, sebagai tempat tinggal dan mencari nafkah sebagian besar masyarakat Aceh. Jika kelak terpilih, dia juga mendorong pemetaan masalah, agar pembangunan benar-benar dilaksanakan sesuai kebutuhan masyarakat.

Masyarakat gampong di seluruh Aceh harusnya mendapatkan prioritas untuk bangkit dan mendapatkan hidup yang sejahtera. Karena mereka merupakan korban konflik yang sebenarnya. Konflik panjang di Aceh mengakibatkan masyarakat di gampong-gampong sengsara. Mereka kehilangan banyak nyawa kerabat dan harta benda. Namun, di masa damai, pembangunan Aceh lebih dirasakan di kota-kota besar.

"Ini adalah pandangan yang salah. Kesejahteraan di gampong akan memberikan dampak besar bagi kesejahteraan kota. Kota itu adalah representasi, gampong-lah tempat pembangunan yang sebenar-benarnya," kata Yani.

Pengalaman selama menetap di Aceh juga mengubah cara pandangan Yani terhadap masyarakat Aceh. Jika dahulu dia sering mendengar Aceh sebagai daerah bermasalah, pandangan itu berubah total kini. Bahkan masyarakat Aceh dinilainya sangat memuliakan pendatang.

Yani mengaku pernah ditahan oleh sejumlah orang yang mempertanyakan motivasi kedatangannya ke Aceh. Yani dituduh mengambil keuntungan dari Aceh lewat proyek-proyek yang dikerjakannya. Namun setelah duduk bersama dan bersilaturahmi, anggapan bahwa Yani adalah ancaman bagi mereka, berubah menjadi sebuah persahabatan. Bahkan kelompok tersebut mendukung Yani untuk bekerja dan siap membantu Yani jika menghadapi masalah.

Yani juga menolak anggapan dia mencari keuntungan dari masyarakat dengan mencalonkan diri sebagai wakil rakyat Aceh. Secara finansial, kata Yani, dia memiliki kemampuan yang cukup. Bahkan dia siap meninggalkan seluruh bisnisnya saat bertugas menjadi wakil rakyak, kelak.

"Jika nanti terpilih, saya menerima gaji dari negara untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat di Aceh. dan saya berjanji tidak akan mengambil sepeser pun dana aspirasi. Karena dana itu sepenuhnya hak masyarakat di Aceh. Yang saya butuhkan adalah kesempatan untuk mengabdi kepada masyarakat Aceh, sebagai bekal di hari 'akhir' nanti," imbuhnya.(sumber)


Yakin dipilih di negeri orang buk??? [imagetag]
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive