SITUS BERITA TERBARU

kecewa, perkataan yang menyakitkan, pungli, oleh abdi masyarakat

Thursday, September 5, 2013
maaf kalau salah kamar, tolong bantu rate gan, agar bisa menjadi pembelajaran bagi yang lain [imagetag] [imagetag] [imagetag]
Dear admin, saya adalah salah satu warga desa Kajen kecamatan Talang kabupaten Tegal. Tertanggal 5 september 2013 saya mengurus administrasi untuk pembuatan KTP baru dikarenakan KTP lama saya hilang. Saya mendapat informasi tentang tatacara mengurus KTP yang hilang dari bapak xxx (sebut saja begitu) pegawai kantor kepala desa Kajen, kecamatan Talang, kabupaten Tegal dan saya tidak mengetahui apa jabatan bapak xxx. Informasi yang saya terima dari beliau adalah bahwa untuk mengurus hal ini salah satu prosedurnya adalah meminta surat kehilangan KTP pada kantor Kepolisian.
Segera setelah mendapat informasi tersebut saya langsung menuju ke polsek Dukuhturi kabupaten Tegal. Tidak lama menunggu, surat kehilangan KTP diterbitkan oleh polsek tersebut. Saya sangat puas dengan pelayanan di polsek ini. Alasan saya mengapresiasi baik untuk polsek dukuhturi adalah bukan kali ini saja, tepatnya ketika dompet saya hilang satu tahun, saya mencarinnya tetapi tetap tidak dapat ditemukan. saya segera mengurusnya ke polsek tersebut, dengan pelayanan yang ramah, cepat dan tepat surat kehilanganpun diterbitkan. Terima kasih kepada jajaran polsek Dukuhturi, kalian adalah pelayan rakyat yang baik.
Segera setelah saya mendapatkan surat kehilangan kepolisian, saya kembali lagi ke kantor kepala desa Kajen untuk melanjutkan melengkapi berkas pengurusan KTP. Di awal-awal pengerjaan, saya dilayani baik oleh petugas bapak xxx, dengan baik meminta syarat-syarat yang tadi diperintahkan, saya pun menyerahkan apa yang beliau minta. Setelah semua form di isi, tanda tangan Sekdes (sekratris desa) atas nama bapak yyy (sebut saja begitu), serta setempel, formulir diserahkan ke saya yang rencana akan saya bawa ke kantor kecamatan sebagai pengantar. Saya dimintai uang administrasi Rp. 5000 (lima ribu rupiah) oleh bapak xxx. Saya pun heran, dan disaat itu dimulailah dialog kami di kantor kepala desa antara saya, bapak xxx, serta sekdes dan serta total 5 (lima) orang pegawai kantor desa selain saya ditempat itu.

Bapak xxx : ini mas administrasinya lima ribu.
Saya : saya boleh Tanya pak ?
Bapak xxx : boleh
Saya : administrasi itu buat apa yah pak ?
Bapak xxx : yah, buat kertas ini, fotokopi.
Saya : setahu saya, administrasi itu sudah dibackup sama pemerintah pak.
Bapak xxx : yah mas, kan dialokasikan yang lain, nggak Cuma fotokopi, tetapi untuk wedang (minuman teh, jajan). Sambil menunjuk ke jajan kecil di meja petugas. (mulai ngeles).
Saya : terdiam, tiba-tiba dari sebelah kiri saya sekdes ikut-ikutan bicara.
Sekdes : kalo mau ngasih, ngasih aja, gak usah Tanya-tanya, saya paling benci kalo ada orang nanya-nanya begitu.
Saya : loh pak, itu kan hak saya, saya nanya begitu, wajar kalo saya menanyakan uang itu buat apa saja, karena setahu saya semua itu sudah di backup sama pemerintah.
Sekdes : mas, uang itu buat beli ATK (alat tulis kantor) setahun jatah yang kita terima dari pusat dua ratus ribu. (sambil menujuk tumpukan kertas yang ada di atas meja), apa itu cukup ? (dengan nada tinggi, ketus). Seketika orang-orang disitu langsung memperhatikan dialog kami yang mulai panas.
Saya : loh pak, saya tau, setau saya ngurus begini itu gratis, selow aja pak, gak usah marah-marah, saya kan nanya.
Sekdes : kamu kalo mau ngasih ya ngasih, nggak usah nanya-nanya. Kamu itu manusia apa ? ngasih segitu aja jadi masalah.
Sekdes : kalo mau ngasih ya ngasih nggak usah Tanya, kalo nggak ngasih yah sudah.
Saya : terdiam mendengar perkataan itu, sakit hati sekali rasanya, saya dibilang manusia apa ?
Saya : akhirnya dengan sakit hati dan dipermalukan di depan pegawai kantor yang lain saya memberikan uang di meja yang diminta oleh bapak xxx.
Bapak xxx : kasih ke bendahara mas (sambil menunjuk wanita yang duduk di meja, dibelakang saya).

Saya : memberikan uang ke bendahara yang ditunjuk oleh bapak xxx, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih dan berlalu pergi.


Alasan utama saya menanyakan hal ini adalah bahwa yang saya tahu, setiap dana yang dihimpun dari masyarakat itu ada dasar hukumnya, ada pertanggungjawabannya. Semua kegiatan pemerintahan pemerintah juga sudah ada dananya untuk operasional kantor kepala desa. Lalu apa alasan yang tepat mereka meminta administrasi untuk mengurus KTP ? . saya lebih suka menyebut ini adalah pungli (pungutan liar).
Saya tidak mempermasalahkan nominal uang yang saya berikan, tetapi yang saya permasalahkan adalah uang itu mau dipergunakan untuk apa ? . kalaupun itu kembali lagi kemasyarakat, saya sangat senang, dengan harapan infrastruktur yang ada di desa saya bias dibenahi, bersih, rapi.
Saya sangat sakit hati sekali mendengar salah satu wakil rakyat yang berada di kantor kepala desa mengatakan hal seperti itu kepada saya. Toh dia baru memiliki jabatan sekdes (sekretaris desa), mau jadi apa nantinya Negara ini jika orang seperti itu memiliki jabatan yang lebih tinggi ? .
Saya percaya, masih ada orang baik yang bisa mendengar keluh kesah saya, atas apa yang terjadi pada saya, dan menindaklanjuti hal ini semata-mata untuk perbaikan birokrasi sehingga pelayan masyarakat dapat diutamakan tanpa adanya pungli. Mungkin saya adalah salah satu dari banyak masyarakat yang mempunyai waktu untuk menuliskan surat kecil ini, maklum.
Semua orang pada umumnya juga ingin, Negara kita bisa maju, sejajar dan bahkan bisa melebihi Negara-negara tetangga yang hebat, tentunya semua ini bisa diawali dari diri kita masing-masing, diawali dengan model pemerintah yang open, transparent. Jika sudah seperti ini, toh kebaikan buat anda juga.

Akhir kata, jayalah bangsaku, jayalah indonesiaku.

sumber : pengalaman pribadi.
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive