SITUS BERITA TERBARU

Untuk Nilai A, Mahasiswi Kupang Serahkan Tubuhnya

Sunday, August 25, 2013
Sumber : http://regional.kompasiana.com/2013/...ya-583877.html

Moral bangsa ini sudah mendekati titik nadir, segalanya berpacu cepat, untuk memperoleh hal terbaik, terbanyak dan melimpah. Sayangnya, untuk memperoleh itu, segala cara dilakukan, kalau perlu dengan cara instant, tanpa perlu susah payah dan berkeringat-keringat. sudah menjadi rahasia umum, bagaimana mahasiswa ketika ujian, selalu mengandalkan contekan, kalau nyontek saja bisa lulus, mengapa harus bersusah payah belajar. Sudah lama kita mendengar ada istilah ayam kampus, kalau bisa menemani tidur seseorang yang memerlukan tubuh kita dalam hitungan jam atau semalam, kenapa harus susah payah mencari uang yang halal. Tokh, tak ada yang hilang disitu, �barang� yang sudah dipakai itu, tetap menjadi miliknya, tak berkurang suatu apa, tetapi imbalan yang diterima dari �meminjamkan� barang itu, mereka bisa poya-poya dan membeli barang-barang yang selama ini menjadi impian.

Modus terbaru, dengan melayani sang dosen. Banyak mahasiswi di Kupang yang mengaku terpaksa melayani nafsu bejat para dosen, hanya untuk mendapat imbalan berupa nilai tertinggi dalam perkuliahan. Setidaknya, hal itu diakui oleh Ike (21 tahun; nama samaran) dan Lisa (22; nama samaran), dua mahasiswa di satu perguruan tinggi yang sama, dalam wawancara ekslusif dengan Pos Kupang, Jumat (23/8/2013). Demikian TRIBUNNEWS.COM, KUPANG.

Sebenarnya, kejadian yang terjadi pada Mahasiswi Kupang ini, bukan dominasi kita saja, sebelumnya, di Singapura, kejadian serupa pernah juga terjadi, yakni pada Profesor hukum Universitas Nasional Singapura Tey Tsun Hang, 42, yang menerima gratifikasi dalam bentuk hadiah dan seks dari Darinne Ko Wen Hui, mahasiswa perempuan di kampusnya untuk memberi nilai bagus sebagai syarat kelulusan.

Pertanyaannya, mengapa hal demikian dapat terjadi? Inilah dampak budaya instant yang kian menggejala di Negara kita. Untuk membuat kuliner enak, ibu-ibu tidak perlu membuat dan mencampur bumbu masak, semua tersedia instant, tinggal beli bumbu instant, lalu masak air, masukkan bumbu instant yang sudah dibeli, kemudian semua siap di sajikan. Untuk membuat BBM yang layak untuk masyarakat, gak perlu repot, panggil perusahaan asing, lakukan agreement, lalu sebagian gratifikasi masuk kantong, BBM siap didistribusikan pada masyarakat.

Untuk mengurangi kemacetan, panggil investor, lalu buat jalan toll, terima gratifikasi dari investor lalu masuk kantong pribadi, maka jalan toll, siap dipakai.

Akibat semua itu, ibu-ibu jadi tidak berdaya karena semua rempah bumbu dikuasai pabrikan yang memproduksi bumbu instant, pemerintah tidak berdaya karena tambang yang menyangkut kebutuhan rakyat banyak dikuasai asing, Jalan toll yang mulus ternyata hanya mampu mengurangi kemacetan dalam hitungan 6 s/d 1 tahun saja, karena solusi mengatasi kemacetan ternyata bukan pada pembangunan Jalan Toll.

Jadilah bangsa ini, bangsa yang tergantung seluruhnya pada pihak lain, pada pabrikan, pada bangsa asing dan pada investor atau mereka yang memiliki modal, hingga untuk memperoleh nilai A saja, pada mata kuliah yang sebenarnya tidak sulit untuk dicapai, mahasiswi kita rela menukarkannya dengan tubuh mereka.

Sudah saatnya, kita semua berpikir ulang tentang kesalahan selama ini tentang karakter building bangsa, nilai-nilai tentang kejujuran, kerja keras, memiliki harga diri, kegigihan memperjuangkan cita-cita, kesederhanaan, dan hukum sebab akibat, diajarkan kembali pada generasi penerus, sedangkan mereka yang mengajarkan atau para orang tua, mencontohkan apa yang diajarkan tersebut, pada kehidupan rielnya sehari-hari. Harapan itu, akan selalu ada, selama kita yakin dan komit untuk selalu mengerjakannya�� InsyaAllah
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive