SITUS BERITA TERBARU

Kompas: Selain 638 Tewas, "Pembantaian" Mesir Juga Lukai 4.000 Orang

Friday, August 16, 2013
[imagetag]

KAIRO, KOMPAS.com � Selain menyatakan setidaknya 638 orang tewas, Kementerian Kesehatan Mesir juga menyebutkan tak kurang dari 4.000 orang terluka dalam insiden berdarah yang bermula dari upaya paksa pihak keamanan Mesir mengusir demonstran pendukung Presiden terguling Mesir Muhammad Mursi pada Rabu (14/8/2013).

Diperkuat kendaraan lapis baja dan buldoser, polisi anti-huru-hara Mesir menghancurkan perkemahan dan aksi duduk para demonstran di dua lokasi utama tempat pendukung Mursi telah menggelar aksi protes selama 6 pekan terakhir. Aksi pendukung Mursi berlangsung sejak militer menggulingkan kekuasaan Mursi yang terpilih dalam pemilu demokratis pada Juli 2012.

Kementerian Kesehatan Mesir dalam pernyataannya mengatakan, 288 korban tewas berasal dari perkemahan terbesar demonstran di distrik Nasr Kota Kairo. Sementara 90 korban tewas lain berasal dari perkemahan yang lebih kecil di al-Nahda Square di dekat Universitas Kairo. Selebihnya tewas dalam bentrok pendukung Mursi dan pasukan keamanan di beragam tempat.

Mohammed Fathallah, juru bicara kementerian, mengatakan sebelumnya bahwa tubuh berlumuran darah yang berderet di Masjid El Imam di kota Nasr tidak termasuk dalam korban tewas resmi. Tidak ada pernyataan yang memastikan apakah data terbaru ini sudah memasukkan korban tewas yang dikumpulkan di masjid tersebut.

Sementara itu, di dalam masjid, nama para korban tewas tertulis di kain kafan mereka. Sebagian jenazah terlihat bekas terbakar. Selain itu, nama 265 korban meninggal juga terpampang dalam selembar daftar yang ditempel di dinding masjid. Bau mayat tak tertahankan dari dalam masjid ini.

Banyak kalangan mengeluh pihak berwenang mencegah pemberian izin penguburan jenazah para korban ini, meskipun Ikhwanul Muslimin telah mengumumkan beberapa pemakaman diadakan untuk para korban yang telah teridentifikasi pada Kamis (15/8/2013). Fathallah membantah ada pencegahan pemberian izin itu.

Omar Houzien, relawan yang membantu mencari korban "pembantaian" itu, mengatakan, jenazah-jenazah tersebut dibawa ke dalam masjid dari pusat medis di perkemahan demonstran pada saat-saat terakhir penyapuan polisi ke perkemahan karena ada kekhawatiran jenazah itu akan dibakar polisi.

Terpisah, Pemerintah Mesir menguburkan 43 petugas kepolisian yang juga menjadi korban dalam insiden "Rabu berdarah" tersebut. Menteri Dalam Negeri Mohammed Ibrahim, yang juga membawahi kepolisian, memimpin langsung penguburan itu.

Meski data korban tewas yang dilansir Pemerintah Mesir sudah mengerikan, Ikhwanul Muslimin mengatakan, korban tewas sesungguhnya diperkirakan mencapai 2.600 orang. Korban luka pun mencapai 10.000-an orang.

Kecaman dan kutukan bertubi-tubi datang pada Pemerintah Mesir, baik dari kalangan Muslim maupun Barat, atas insiden "pembantaian" ini. Presiden Amerika Barack Obama juga sudah menyatakan membatalkan latihan militer bersama tahunan kedua negara meski tak ada pernyataan menghentikan bantuan 1,3 miliar dollar AS untuk militer Mesir ataupun menyebut penggulingan Mursi adalah kudeta.

sumber


sniper tembaki demonstrans
video


Mesir Jadi Kolam Darah, Jenderal Al Sisi Bantai 2.200 Rakyat Mesir Hanya dalam 7 Jam
[imagetag]

By. Masykur A. Baddal

Kekhawatiran yang dirasakan oleh dunia internasional terhadap rencana pembersihan bunderan Rab�ah Adawiyah, Nahdah dan tempat-tempat lainnya di seantaro Mesir oleh militer Mesir, akhirnya terjadi juga. Peristiwa terburuk dalam sejarah modern Mesir ini betul-betul sangat menyayat hati. Hanya dalam durasi waktu tujuh jam saja serdadu Jenderal Al Sisi berhasil membantai rakyat Mesir sebanyak 2200 orang lebih korban tewas, dan puluhan ribu lainnya luka-luka.

Memang sangat disayangkan, sampai detik ini belum ada satu negara dunia pun yang serius membantu menyelesaikan kasus pembantaian berseri ini secara serius, kecuali negeri Turki. Dengan seluruh jalur diplomasi, ekonomi dan politisnya, Turki sejak awal pecahnya konflik politik di Mesir terus berupaya mencari berbagai solusi untuk mengembalikan pemerintah legitimasi ke posisinya. Namun nyatanya tembok yang harus dihadapi oleh Turki sendiri cukup tebal, sehingga usaha ekstra keras itupun hingga kini belum mampu memberikan hasil maksimal, sebagaimana yang diharapkan.

Dari informasi yang ditayangkan secara live oleh Aljazeera TV. Operasi pembantaian tersebut mulai dilancarkan sejak jam 06.30 waktu Cairo. Yaitu dengan mengerahkan mobil keamanan dan militer ke arah bunderan Rab�ah dan Nahdah. Kemudian operasi meningkat dengan menyemprotkan berbagai jenis gas ke dalam kerumunan massa pro legitimasi. Puncaknya adalah melepaskan peluru tajam baik dari darat maupun udara dengan menggunakan heli militer. Akhirnya, jatuhnya korban ribuan jiwa pun sudah tidak dapat dihindari lagi.

Menurut saksi mata di lapangan, sebagaimana yang diinformasikan oleh Aljazeera TV. Sehari sebelum penyerangan, di sekitar bunderan Rab�ah banyak terlihat mobil ambulan, sehingga membuat curiga sebagaian massa disana. Malah ada saksi mata yang melihat, jika ambulan tersebut secara sembunyi-sembunyi memasok senjata api ke wilayah itu. Akhirnya paska pembantaian, skenario itupun menjadi jelas, bahwa senjata api tersebut digunakan sebagai pembenaran atas aksi barbarisme yang dilakukan oleh Alsisi dan konco-konconya, dengan dalih massa pro legitimasi sedang menyiapkan penyerangan, dengan senjata-senjata tersebut.

Kini sungai darah sudah mengalir di Mesir, yang berhulu dari tangan jenderal Al Sisi. Nampaknya sungai tersebut bakal terus mengalir tanpa dapat dibendung lagi. Kecuali jika ada kekuatan dahsyat yang mampu menghentikannya, atau mukjizat Ilahi.

Melihat perkembangan situasi keamanan yang semakin memburuk, KBRI Cairo bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat Indonesia di Mesir, sudah mulai melakukan koordinasi dan pemantauan lapangan langsung, demi mengantisipasi berbagai kemungkinan akibat memburuknya situasi keamanan di negeri fir�aun tersebut. Yaitu dengan menyediakan hotline di: 02-27947200 / 02-27947209.

[imagetag]

video
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive