SITUS BERITA TERBARU

Harga Kedelai Terus Naik, Pembuat Tahu Tempe Ancam Mogok Produksi Lagi

Friday, August 23, 2013
Harga Kedelai Terus Naik, Pembuat Tahu Tempe Ancam Mogok Produksi Lagi

Jakarta - Dalam dua bulan terakhir, harga kedelai terus mengalami kenaikan signifikan. Harga kedelai yang semula hanya sekitar Rp 7.000, terus melonjak hingga mencapai Rp 8.900 per Kamis (22/8). Jika tidak ada langkah serius yang dilakukan pemerintah dalam menangani persoalan ini, para pembua tempe dan tahu menyatakan akan kembali mogok produksi seperti yang pernah dilakukan tahun lalu.

"Kalau pemerintah tidak melakukan apa-apa, kami akan kembali turun ke jalan dan mogok produksi lagi," kata Sekretaris Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Indonesia (Gakoptindo), Suyanto, saat ditemui di Kantor Primer Koptind, hari ini, Jumat (23/8).

Suyanto mengungkapkan, terus melonjaknya harga pokok kedelai disebabkan berbagai faktor. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menyebabkan ongkos distribusi meningkat. Selain itu, lonjakan juga disebabkan tingginya permintaan sejak sebelum bulan puasa lalu. Hal itu diperparah dengan melemahnya perekonomian negara yang ditandai dengan semakin terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Seriakt.

Untuk itu, Suyanto meminta pemerintah segera bertindak. Hal itu bisa dilakukan jika Kementerian Perdagangan (Kemdag) dan Badan Urusan Logistik (Bulog) merealisasikan Peraturan Presiden 32/2013 tentang penugasan kepada Bulog untuk Pengamanan harga dan Penyaluran Kedelai serta Permendag nomor 26/M-DAG/PER/5/2013 yang menyatakan harga beli kedelai kepada petani dipatok Rp 7.000 dan harga kepada pembuat sebesar Rp 7.450.

"Tapi nyatanya mana? Seringkali kami rapat di Kemdag dan Bulog, meminta operasi pasar kedelai, tapi tak bisa dipenuhi dengan alasan izin impor belum keluar dari pemerintah pusat," jelas Suyanto.

Suyanto menduga melambungnya harga pokok kedelai karena adanya permainan mafia impor. Alasannya, alih-alih adanya operasi pasar, semenjak Perpres dan Permendag tersebut keluar, harga kedelai terus merangkak naik.

"Kedelai yang dijual sudah mulai dibatasi oleh importir dan mulai langka di pasaran. Akibatnya, harganya malah terus naik. Berarti kebijakan pemerintah diabaikan," ungkapnya.

Akibat terus melonjaknya harga pokok kedelai, Suyanto mengaku, belum menghitung total penurunan produksi tempe dan tahu. Normalnya, kata Suyanto dibutuhkan sekitar 120.000 ton kedelai per bulan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Di beberapa daerah, tak sedikit perajin tempe dan tahu yang mengeluh, bahkan hingga menghentikan produksinya. Menurut Suyanto, kedelai merupakan sumber utama bahan baku pengrajin tahu dan tempe di seluruh Indonesia yang mencapai 135.000 pengrajin. Apabila harga kedelai terus melonjak, Suyanto khawatir akan lebih banyak pengrajin yang akan menghentikan produksinya.

"Di Indramayu misalnya, sudah ada sejumlah perajin tahu dan tempe yang berhenti produksi," katanya.
Suyanto khawatir akan semakin banyak pengrajin yang tidak produksi. Padahal 90% masyarakat golongan lemah membutuhkan tempe dan tahu.

"Belum lagi keluarga pengrajin. Jika mereka tidak dapat produksi, ada berapa banyak yang akan jadi pengangguran, dan putus sekolah," ungkap Suyanto.

sumber

Produksi Kedelai RI Rendah, Ini Penjelasan Kementan

Jakarta - Produktivitas kedelai di Indonesia masih tergolong kurang. Per tahun, total produksi kedelai Indonesia hanya mencapai sekitar 600 ribu ton. Masih jauh dibanding kebutuhan yang mencapai 1,5 juta ton/tahun. Apa penyebabnya?

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Haryono mengatakan, kurangnya produksi kedelai disebabkan karena beberapa faktor. Karena itu, kedelai tidak akan sanggup memenuhi swasembada di tahun 2014.

"Kedelai ini pertama sulitnya karena apa. Karena harga, tapi alhamdulillah sekarang sudah ada HPP Rp 7.000 sehingga para petani bergairah kembali walaupun agak lambat," kata Haryono saat ditemui di Badan Pusat Litbang Kementan, Jalan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (25/7/2013).

Haryono mengatakan, petani sempat kurang bergairah menanam kedelai karena harganya yang relatif lebih rendah dibanding komoditi lain seperti bawang merah, bawang putih, jagung, dan produk holtikultura lainnya.

Selain itu, sambung Haryono, permasalahan lahan pun menjadi kendala utama. Lahan perkebunan kedelai saat ini di Indonesia hanya tersedia sekitar 500 ribu hektar.

"Dulu itu 1,2 juta hektar, turun dengan sendirinya karena berkompetisi dengan jagung dan lain-lain," jelasnya.

Yang ketiga, faktor yang mempengaruhi kurangnya produktivitas kedelai di Indonesia adalah benih. Benih dan tanaman kedelai rentan terhadap hama penyakit.

"Secara umum menanam kedelai lebih sulit dibanding menanam padi dan jagung. Karena banyak hama penyakit, padi bisa tahan 6 bulan, kalau kedelai cuma 3 bulan," paparnya.
sumber

Kementan: Indonesia Swasembada Kedelai 2014

KBR68H, Jakarta - Kementerian Pertanian optimistis Indonesia bisa mencapai target swasembada kedelai sebanyak 2,7 juta ton pada 2014 nanti.

Direktur Aneka Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kementerian Pertanian Maman Suparman mengatakan, target itu bisa dicapai karena Indonesia memiliki lahan yang memadai. Menurut dia saat ini terdapat 750 ribu hektar lahan di Jawa dan Sumatera yang bisa ditanami kedelai setelah panen padi.
Sementara jika areal lahan kedelai ditambah 1,3 juta hektar dengan biaya investasi Rp 6,8 triliun hingga 2014, Indonesia bisa mencapai surplus kedelai sampai 127 ribu ton. Cara ini dinilai lebih menguntungkan Indonesia daripada terus-menerus mengimpor kedelai.

Sudah pernah swasembada tahun 1992. Dan potensi yang ada tadi saya sebutkan, itu lahan-lahan itu ada. Nah sekarang tinggal, kita semua mau tidak untuk membangun swasembada ini? Untuk tahun 2012 ini, hasil simulasi itu butuh dana untuk membantu petani itu 1,1 triliun, untuk mengembangkan kedelai ya. Dalam arti, peran swasta harusnya ada. Misalnya importir bisa masuk, investasi, kata Maman.

Sementara Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Listyani Wijayanti mengungkapkan swasembada sulit dicapai jika melongok hasil selama dekade terakhir ini. Hingga kini produksi kedelai dalam negeri masih terbatas sehingga impor pun masih menjadi jalan terbaik untuk memenuhi kebutuhan kedelai domestik. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah untuk mencapai swasembada kedelai.
sumber

liat dari kronologis berita,
kelihatan bahwa kementan ringan dibicara, mereka target swasembada tapi setengah dari target aja belum tercapai.[imagetag]
bahkan sampai berani merestriksi impor beberapa produk yg produksinya rendah.[imagetag]
ujung-ujungnya nanti kalau ada kenaikan harga, kementan adem-adem aja dilempar masalahnya ke kementerian lain kayak perdagangan.[imagetag]
akhir-akhir ini bahkan terlihat kemendag kayak jadi single fighter untuk urusan harga pangan.
kementan dengan menterinya kelihatan seperti gak ada tindakan, seperti angkat tangan atas kegagalannya.[imagetag]
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive