SITUS BERITA TERBARU

Asumsi Mengawang Tuan Presiden......

Wednesday, August 21, 2013
Membedah Anggaran Tahun Terakhir SBY
[imagetag]
Quote:Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menuntaskan salah satu tugas terakhirnya sebagai kepala pemerintahan, yaitu menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk 2014. Sejumlah asumsi makro yang menjadi dasar perhitungan anggaran sudah dicetuskan.

Masalahnya, sebagian besar asumsi itu, oleh sejumlah pengamat dan analis, dianggap terlalu optimistis dan bakal sulit dicapai. Contohnya adalah asumsi pertumbuhan ekonomi 2014 akan mencapai 6,4 persen.

Untuk mencapainya, kata Yudhoyono, pemerintah akan mengoptimalkan dan mempercepat proyek-proyek infrastruktur. �Pemerintah juga akan mendorong percepatan penyelesaian proyek-proyek investasi yang sedang berjalan, dan terus memperbaiki iklim investasi di tanah air,� kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato penyampaian RAPBN dan Nota Keuangan 2014, pada akhir pekan lalu.

Tapi David Sumual, ekonom dari Bank Central Asia, menilai asumsi pertumbuhan ekonomi terlampau optimistis di tengah situasi global dan domestik yang tak kondusif. Rasanya berat mencapai target pertumbuhan di atas 6 persen pada tahun depan.

�Investasi dan ekspor belum pulih benar. Saya rasa pertumbuhan ekonomi 6 persen sudah bagus,� kata David, pada awal pekan ini.

Asumsi inflasi dipatok 4,5 persen. Sebelumnya, inflasi melonjak pada 2013 akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah memperkirakan tahun depan inflasi akan lebih 'jinak'.

Tapi lagi-lagi itu dinilai tak realistis. Menurut Ahmad Erani Yustika, Direktur Eksekutif Indef, masih ada faktor lain yang bisa membuat inflasi melonjak. Seperti rupiah yang kemungkinan masih akan melemah, lantas pemilihan umum yang akan meningkatkan jumlah uang yang beredar.

Guru besar ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, ini memperhitungkan inflasi berada di kisaran 5 - 5,5 persen. Memang lebih lambat dibandingkan 2013 yang bisa lebih dari 8 persen. Tetapi, asumsi itu lebih tinggi dibandingkan apa yang dipikirkan pemerintah.

Terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang dipatok Rp 9.750 per dolar Amerika, Yudhoyono mengatakan itu bisa terjaga melalui penerapan kebijakan moneter yang berhati-hati dan menjaga stabilitas ekonomi.

Tapi David berpendapat, di tengah kondisi rupiah yang saat ini terperangkap di angka Rp 10.000 sampai Rp 11.000 per dolar Amerika, asumsi itu terlalu percaya diri. �Sepertinya Rp 10 ribu lebih pas,� ujarnya.

Pemerintah kemudian mengasumsikan rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) selama tiga bulan adalah 5,5 persen. �Pemerintah akan terus menjaga kesehatan fundamental ekonomi dan fiskal, agar instrumen Surat Utang Negara tetap memiliki daya tarik yang tinggi bagi investor,� ujar Yudhoyono.

Lantas, harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) diasumsikan sebesar US$ 106 per barel. Lalu lifting minyak ditetapkan 870 ribu barel per hari dan lifting gas 1,24 juta barel setara minyak.

�Beberapa tahun terakhir ini, kapasitas produksi kedua sumber daya alam itu menunjukkan penurunan, terutama disebabkan faktor usia sumber yang semakin kurang produktif. Namun demikian, pemerintah terus berupaya untuk mengatasinya,� kata Yudhoyono lagi.

Komaidi Notonegoro, pengamat energi ReforMiner Institute, menilai asumsi ICP sudah cukup realistis. Dengan potensi kenaikan permintaan dari Eropa dan Asia Pasifik, kemungkinan harga minyak dunia akan bertahan di atas US$ 100 per barel.

Meski begitu, menurut Komaidi, pemerintah harus mewaspadai potensi lonjakan harga minyak akibat krisis politik di Timur Tengah, di mana separuh pasokan minyak dunia berasal dari sana. Jika situasi terus memanas, bisa saja jalur pengiriman minyak tertutup sehingga terjadi kelangkaan yang memicu kenaikan harga.

Sementara untuk lifting minyak, asumsi yang diajukan pemerintah dinilai terlalu optimistis. �Sepertinya 850 ribu barel per hari sudah maksimal. Bisa saja mencapai 870 ribu barel per hari, dengan syarat Blok Cepu sudah beroperasi penuh,� katanya.

Masalahnya, Blok Cepu belum bisa berproduksi penuh lantaran hambatan perizinan dan koordinasi dengan pemerintah daerah Bojonegoro. Dengan potensi produksi yang diperkirakan mencapai 170 ribu barel per hari, Blok Cepu baru bisa menghasilkan 20 ribu barel per hari.


kalau kata dosen ane, ekonomi makro itu ilmu ngawang-ngawang. mungkin itulah alasan kenapa Pak Beye mengawang-ngawang dalam RAPBN 2014.
yang makin ane heran, Wakil Presiden kita itu kan "Ahli Ekonomi" (katanya), tapi ko ga keliatan perannya dalam perekonomian yaa. kerjaannya ngapain??? [imagetag]
Rupiah udah 11.050/USD broooo
[imagetag]
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive