SITUS BERITA TERBARU

Telkomvision dijual ke Trans/CT, alasannya karena merugi terus..

Friday, July 12, 2013
Ini Alasan Telkom Lepas Telkomvision ke CT
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...omvision.ke.CT

[imagetag]

JAKARTA, KOMPAS.com � PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) melepas 80 persen saham televisi kabel mereka, Telkomvision, ke pengusaha media Chairul Tanjung. Apa alasan Telkom?
"Kami memang sudah melakukan conditional sales purchase agreement (CSPA) dengan Trans Corp. Kami memang mencari mitra yang memang di bidangnya," kata Direktur Utama Telkom Arief Yahya, Jumat (14/6/2013). Tujuannya, sebut dia, untuk pengembangan Telkomvision ke depan, di tengah persaingan bisnis televisi kabel yang semakin sengit.
Arief mengatakan, dengan melepas 80 persen saham Telkomvision ke Trans Media�salah satu divisi usaha Trans Corp�Telkom akan fokus sebagai penyedia infrastrukturnya. Sementara Trans Media akan bertindak sebagai penyedia konten.
Soal kepemilikan saham yang tinggal 20 persen setelah pelepasan ini, Arief mengatakan, selama ini Telkom memang tak menggantungkan laba dari bisnis televisi kabel tersebut. Menurut dia, mayoritas laba PT Telkom masih berasal dari bisnis seluler melalui PT Telekomunikasi Seluler, yang dikenal sebagai operator Telkomsel.
"Soal merugi, ya tentu kami tidak senaif itu. Soal keuntungan kami tidak akan tergerus. Soalnya core business kita kan di seluler. Untuk media (Telkomvision) keuntungannya masih relatif kecil ke induk," tambah Arief. Namun, dia menolak menyebutkan nilai pelepasan 80 persen saham Telkomvision ini.
Sejumlah sumber menyebutkan, nilai akuisisi 80 persen Telkomvision sekitar 100 juta dollar AS. Didirikan pada 1997 dan mulai beroperasi pada 1999, saham televisi kabel ini dimiliki oleh Telkom, PT Telkomindo Primabhakti (Megacell), PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), dan PT Datakom Asia (Datakom Asia).
Namun, pada 2003, Telkom menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi saham 98,75 persen, dengan saham selebihnya dimiliki Datakom. Hingga saat ini, pelanggan Telkomvision disebut melampaui 2 juta pelanggan. Masuknya Trans Corp ke bisnis televisi berbayar akan semakin meramaikan bisnis ini yang belakangan cukup marak di Indonesia.

Pencaplokan TelkomVision oleh CT Corp Dipersoalkan
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...p.Dipersoalkan
JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menjual anak usahanya, TelkomVision, kepada CT Corp mulai dipersoalkan. Penjualan ini dinilai tidak memiliki urgensi terhadap kinerja BUMN tersebut.
"Apa alasan strategis Telkom menjual TelkomVision? Tidak ada alasan sama sekali!" tegas ekonom Sustainable Development Indonesia, Drajad H Wibowo, Sabtu (15/6/2013). Justru, kata dia, dengan menjual TelkomVision, perusahaan telekomunikasi itu kehilangan kesempatan bisnis yang menjadi andalan di masa depan.
"Jika Telkom membutuhkan likuiditas, dia dapat meraih dana dari pasar dengan mudah. Apalagi hanya 100 juta dollar AS lebih. Satu obligasi korporasi sudah cukup dan akan diburu investor," ujar Dradjad. Menurut Drajad, jika Telkom ingin memperbaiki governance TelkomVision, hal itu bisa dilakukan dengan cara mengganti direksi, meningkatkan kinerja komisaris, meningkatkan pengawasan atau masuk ke pasar modal.
Sementara itu terkait dengan konten, menurut Drajad, pelanggan TV berbayar adalah segmen menengah dan atas (segmen A dan B). Segmen ini, kata dia, berlangganan bukan untuk mencari konten lokal. "Di sisi lain, TransCorp milik Chairul Tanjung, lebih banyak terlibat dalam konten lokal yang lebih cocok untuk FTA (free-to-air). Padahal TelkomVision sendiri sudah mampu menyediakan konten yang cocok dengan segmen TV berbayar," jelasnya.
Drajad mengaku bahwa dia sudah melakukan konfirmasi ke beberapa pejabat negara terkait. Para pejabat yang dihubungi umumnya menjawab tidak ikut-ikutan atau tidak tahu menahu. Mereka juga tidak yakin jika Presiden SBY tahu dan atau merestui pencaplokan ini.
"Perlu dicatat, TIDAK SEMUA pelaku usaha televisi, baik FTA maupun TV berbayar, diundang mengikuti tender," ungkap Dradjad. Dia pun berpendapat kedekatan CT dengan Presiden bisa menimbulkan gosip politik yang merugikan Presiden.
"Misalkan, pencaplokan ini digosipkan untuk menggalang dana kampanye. Karena, terdapat potensi capital gain yang sangat besar jika TelkomVision di-IPO-kan pada akhir 2013 atau awal 2014 setelah dicaplok," jelas Drajad.

Busettt.. demi dana kampanye semua dilakukan.. BBM naek, proyek di korupsi, perusahaan negara dijual [imagetag]

Penjualan TelkomVision ke CT Corp Tak Berdasar
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...p.Tak.Berdasar
JAKARTA, KOMPAS.com - Penjualan TelkomVision oleh PT Telekomunikasi Indonesia kepada CT Corp memunculkan beragam pertanyaan. Perusahaan televisi kabel itu sebenarnya telah secara ekstensif menggunakan teknologi satelit dan kabel sekaligus.
Ekonom Sustainable Development Indonesia, Drajad H. Wibowo mengungkapkan TelkomVision mempunyai keuntungan dibanding pesaingnya, karena menggunakan satelit milik Telkom sendiri, yaitu Telkom 1 (C-band). Selain itu, TelkomVision juga diuntungkan karena menggunakan infrastruktur kabel yang sebagian besar sudah tersedia.
"Pemain terbesar TV berbayar saja, yaitu Indovision milik MNC group baru mulai masuk ke kabel. First Media milik Lippo Group juga menggunakan kabel, namun belum seluas jaringan Telkom. Saat ini cakupan TV kabel analog TelkomVision meliputi Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Bali. Sementara layanan kabel digital tersedia di Jakarta, Bandung dan Surabaya," jelas Drajad Wibowo dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (15/6/2013).

Untuk itu, penjualan TelkomVision kepada CT Corp tidak memiliki alasan sama sekali. Jika Telkom membutuhkan likuiditas, BUMN telekomunikasi ini dapat meraih dana dari pasar dengan mudah, apalagi hanya 100 juta dollar lebih.
"TelkomVision adalah salah satu masa depan Telkom. Bisnis seluler sekarang ini cenderung menurun ARPU-nya (average revenue per user). Penerimaan per user dari suara dan pesan singkat cenderung turun, dan bisnis seluler makin tergantung pada layanan data," jelas Drajad.
Sebelumnya diberitakan, CT Corp mengakuisisi 80 persen saham TelkomVision dengan nilai di atas 100 juta dollar AS.Setelah akuisisi, Telkom hanya memiliki 20 persen. CT Corp nanti lebih banyak menyediakan konten, sementara infrastruktur menjadi tanggung jawab Telkom. Telkom menggunakan Morgan Stanley sebagai penasihat keuangan.

jaringan paling luas tp kok merugi??? [imagetag]

Telkomvision Dilego ke Trans, Ekonomi atau "Bau" Politik?
http://nasional.kompas.com/read/2013...au.Bau.Politik
JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah kemelut isu BBM dan koalisi, pada pekan pertama Juni 2013 ada aksi korporasi yang rawan menjadi skandal politik dan sekaligus ekonomi. Aksi korporasi itu adalah pelepasan hampir seluruh saham TelkomVision milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) ke Trans Corp milik taipan Chairul Tanjung.
"Apa alasan strategis Telkom menjual saham TelkomVision? Tidak ada alasan sama sekali!" ujar ekonom dari Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad Hari Wibowo, akhir pekan lalu. Bila alasan ekonomi benar-benar menjadi dasar dilepasnya hampir seluruh saham anak perusahaan Telkom ini, menurut dia terlalu mengundang pertanyaan untuk dipatahkan.
Sementara, lanjut Dradjad, kedekatan Chairul Tanjung dengan Presiden justru rentan menjadi gosip politik. "Termasuk bakal digosipkan untuk menggalang dana kampanye," kata dia. Bagaimana pun potensi membuat capital gain sangat besar bila setelah "akuisisi" ini TelkomVision ditawarkan ke lantai bursa (IPO) pada akhir 2013 atau 2014.
Dengan jabatan Chairul Tanjung di Komite Ekonomi Nasional, Dradjad berpendapat semestinya dia lebih menahan diri untuk tak menyentuh BUMN dan anak perusahaannya. "Direksi BUMN tentu 'keder' melihat kedekatannya dengan Presiden," kata dia. Kedekatan Chairul dengan Presiden, menurut informasi yang didapat Dradjad bahkan melampaui kedekatan Presiden dengan para menteri di kabinetnya.
Kalau Chairul Tanjung benar-benar hanya ingin merambah bisnis televisi berbayar, menurut Dradjad akan jauh lebih elok bila mengadopsi cara VivaSky atau pemain lama seperti MNC dan First Media, atau bahkan membuat barang baru seperti Aora. "Bukan mencaplok anak usaha BUMN yang sudah matang," kata dia.

Terlalu murah
Kekhawatiran pelegoan ini rentan dibelokkan untuk kepentingan politik 2014, imbuh Dradjad, juga berdasarkan informasi bahwa nominal yang digelontorkan Trans Corp untuk TelkomVision dinilai terlalu rendah. Terutama dengan sudut pandang TelkomVision adalah provider TV berbayar yang sudah memiliki infrastruktur dan beroperasi.
Sebagai perbandingan, Dradjad menyebutkan Viva Media mengumumkan investasi 120 juta dollar AS selama tiga tahun untuk mulai membangun VivaSky. Dari jumlah itu, 80 juta dollar AS merupakan pinjaman dari Deutsche Bank. "Itu TV berbayar yang baru mulai dibangun, belum punya infrastruktur dan basis pelanggan, butuh 120 juta dollar AS. Bagaimana mungkin TelkomVision dengan semua infrastruktur dan pengalamannya dinilai dengan harga yang sama?" kecam Dradjad.
Tidak ada pengumuman resmi berapa nilai akhir penjualan TelkomVision ke Trans Corp. Namun beredar luas bahwa aksi korporasi tersebut bernilai sekitar 100 juta dollar AS. Bila informasi ini sahih, tutur Dradjad, berarti nilai keseluruhan saham TV berbayar ini hanya di kisaran 126,6 juta dollar AS, dengan 125 juta dollar AS adalah harga 98,75 persen saham Telkom.
Bila "skenario" IPO benar dijalankan, Dradjad mengaku mendapatkan informasi bahwa nominal yang mungkin diraup ada di kisaran 200 juta dollar AS. "Itu pun dengan kondisi perusahaan sekarang dengan banyak inefisiensi," kata dia. Di luar nilai murni TelkomVision, tambah Dradjad, peluang keberhasilan IPO juga ditunjang kekuatan dan kredibilitas brand Telkom yang inheren dalam brand TelkomVision.
Batalkan!
Dengan menimbang segala sisi, ekonomi maupun politik, Dradjad menyarankan pencaplokan TelkomVision oleh CT Corps ini dibatalkan saja. "Lebih baik Telkom mengembangkan sendiri TelkomVision sesuai strategi bisnis awal," tegas dia.
Dradjad pun mengaku telah meminta konfirmasi kepada beberapa pejabat terkait soal TelkomVision ini. "Umumnya mereka menjawab tidak ikut-ikutan atau tidak tahu," kata dia.
Para pejabat yang dia minta konfirmasi pun mengaku tak yakin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahu soal hal ini. "Kalaupun tahu, belum tentu juga merestui," ujar Dradjad menirukan para pejabat yang dia mintai konfirmasi. Menurut dia, gosip politik yang mungkin timbul dari aksi korporasi ini hanya akan merugikan citra Presiden.
Dradjad pun mempertanyakan sikap diam Menteri BUMN atas divestasi TelkomVision. "Mengapa diam saja melihat bakal hilangnya aset BUMN?" kecam dia. Dradjad juga mengingatkan para pejabat Telkom, bahwa bila di belakang hari divestasi ini menjadi skandal, maka mereka lah yang pertama kali akan menjadi tersangka.
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive