SITUS BERITA TERBARU

Sri Narendra Dyah Balitung Saif Al-Din Wa Al-Daulah

Tuesday, July 2, 2013


Malam ini bertempat di Hotal Kartika Chandra, digelar Silaturrahim Para Raja, Sultan, dan Pemangku Adat dan Tokoh Bangsa se-Nusantara, saya didaulat dan diamanahkan meneriam gelar Sri Narendra Dyah Balitung Saif al-Din wa al-Daulah oleh Para Raja, Sultan dan Pemangku Adat se-Nusantara.
Sebagai rasa syukur dan bentuk tanggung jawab atas amanah itu, saya sampaikan jawaban berupa pidato Peneriamaan Amanah, di hadapan sekitar 200-an hadirin. berikut teks lengkapnya, semoga bermanfaat.

KATA-KATA PENERIMAAN AMANAH
PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA
SRI NARENDRA SYAH BALITUNG SAIF AL-DIN WA AL-DAULAH

As-Salaamu�alaikum warahmatuklahi wabarakatuh.

Para Paduka Yang Mulia Raja, Sultan dan Pemangku Adat se-Nusantara
Para Tokoh Bangsa,
Hadirin yang saya muliakan,

Izinkanlah saya untuk pertama-tama mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah Azza wa Jalla, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia yang diberikan-Nya kepada semua, sehingga pada malam yang berbahagia ini, kita dapat berkumpul bersama-sama untuk bersilaturrahim, mempererat landasan kebangsaan bersama-sama dengan Para Paduka Yang Mulia Raja, Sultan dan Pemangku Adat se-Nusantara, serta dengan tokoh-tokoh bangsa kita. Mudah-mudahan silaturrahim malam ini membawa keberkahan, hidayah dan kebahagiaan kepada kita semua.

Izinkan pula saya, bersama dengan istri saya Rika Tolentino Kato Mahendra, anak-anak saya, serta seluruh keluarga besar saya mengucapkan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Para Paduka Yang Mulia Raja, Sultan dan Para Pemangku Adat se-Nusantara, yang pada malam hari ini telah memberikan amanah kepada saya untuk meneruskan perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita luhur bangsa: kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi seluruh warga bangsa tanpa kecuali. Kepada saya, diberikan pula amanah untuk memikirkan dan mengambil langkah-langkah untuk menempatkan posisi yang sepantasnya bagi kerajaan-kerajaan, kesultanan-kesultanan dan masyarakat adat Nusantara beserta hak-hak tradisionalnya berdasarkan hukum adat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat kita, dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, dibawah naungan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Amanah yang dipikulkan ke pundak saya bukanlah amanah yang ringan. Amanah itu adalah suatu beban yang maha berat, yang wajib saya tunaikan dengan segala daya dan kemampuan yang ada pada diri saya yang dhaif ini. karena itu, saya mohon doa restu dan bimbingan dari Para Paduka Yang Mulia Raja, Sultan dan Pemangku Adat Masyarakat se-Nusantara, agar saya diberi kekuatan lahir dan batin dalam menunaikan amanah yang maha berat itu.

Para Paduka Yang Mulia Raja, Sultan dan Pemangku Adat se-Nusantara,
Para Tokoh Bangsa,
Para Hadirin dan hadirat yang saya muliakan,

Keberadaan kerajaan-kerajaan, kesultanan-kesultanan dan Masyakarat Adat Nusantara adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah bangsa yang tidak dapat kita abaikan begitu saja. Jauh sebelum lahirnya Negara Republik Indonesia, kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan telah tegak berdiri di seluruh kawasan Nusantara untuk mempertahankan kedaulatan, membangun, memajukan dan memakmurkan bangsa kita. Perjuangan itu takkan pernah berhenti dan kini wajib diteruskan dengan wadah negara Republik Indonesia. Sebagai sebuah bangsa yang besar, kita sekali-kali tidak boleh melupakan sejarah. Karena sejarahlah yang telah membentuk kita dalam wujud seperti keadaan sekarang ini.

Karena itu, keberadaan Negara Republik Indonesia, hendakanya mampu meneruskan cita-cita luhur kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan serta masyarakat adat se-Nusantara. Kita wajib membangun kehidupan berbangsa dan bernegara kita di atas fondasi nilai-nilai dan budaya bangsa kita sendiri. Kita tidak boleh menjadi orang asing di negeri kita sendiri. Sebuah bangsa takkan pernah akan mencapai kemajuan jika mereka tercabut dari akar-akar, nilai-nilai, tradisi dan budayanya sendiri. Sebab itulah, tradisi dan budaya kerajaan-kerajaan, kesultanan-kesultanan serta masyarakat adat se-Nusantara wajib untuk dipelihara dan dikembangkan dalam membina dan membangun bangsa dengan wadah Negara Republik Indonesia. Sebagai konsekuensi dari semua itu, wajib pulalah kita menghormati dan mengakui hak-hak tradisional kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan serta masyarakat adat se-Nusantara yang didasarkan atas kaidah-kaidah hukum adat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat kita.

Keragaman kita sebagai sebah bangsa, yang terdiri atas berbagai suku, adat istiadat, agama, budaya dan bahasa yang berbeda-beda adalah sesuatu yang patut kita syukuri, bukan kita sesali. Karena itu, wajib pilalah kita memelihara dan menghormati keragaman, termasuk pula keragaman hukum adat yang berkembang di seluruh wilayah Nusantara. Di atas keragaman itulah, kita meletakkan fondasi yang kokoh bagi persatuan, dengan sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Negara yang kita bentuk dengan penuh kesadaran, dan telah kita bela dengan segala pengorbanan, bukanlah sarana untuk menghapuskan keragaman itu, melainkan untuk memelihara dan meneguhkannya.

Sebab itu, sudah sewajarnya jika kita wajib memikirkan untuk menempatkan posisi yang tepat dari keberadaan kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan serta masyarakat adat se-Nusantara sejauh masih ada dan masih tegak berdiri dalam perjalanan sejarah hingga ke masa sekarang, dan ke depan, dalam konteks strukktur pemerintahan di daerah-daerah di negara kita yang tercinta ini, dengan tidak mengabaikan asas kerakyatan yang telah kita sepakai sejak Proklamasi 17 Agustus 1945.

Para Paduka Yang Mulia Raja, Sultan dan Pemangku Adat se-Nusantara,
Para Toko Bangsa,
Para Hadirin dan hadirat yang saya muliakan,

Demikianlah kata-kata penerimaan saya atas amanah yang diberikan oleh Para Paduka Yang Mulia Raja, Sultan dan Pemangku Adat se-Nusantara. Semoga Allah Azza wa Jalla, Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberikan kekuatan lahir dan batin kepada saya dalam mengemban amanah yang maha berat ini.

Wabillahit Taufiq wal hidayah,
Wassalamu�alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 27 September 2012

Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra.

Sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/0...ah-496886.html
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive